Tbh, banyak + dan - nya apabila ***** disah kan di Indonesia.
Point pertama : kenapa ***** sangat susah untuk mendapatkan legalitas untuk medis di Indonesia adalah banyaknya petinggi² dari Pemerintahan dari sebelum atau sampai sekarang yg turut berbisnis di bidang Farmasi yg mana kita tau obat²n yg kita konsumsi dari Farmasi berasal dari bahan Kimia. Maka apabila disahkan, bisnis mereka terancam.
Point kedua : ***** bisa disalah gunakan apabila dijual bebas, mayoritas orang Indonesia sangat kurang edukasi dan susah untuk diedukasi mengenai penggunaan ***** dengan Bijak. Di negara² yg sudah melegalkan banyak "Apotek" ***** yg sudah menjadi sumber penghasilan mereka, tentunya mereka menjual dengan Dosis tertentu untuk kapasitas "Rekreyasi". Dan untuk medis sendiri, mereka sudah sangat siap dengan SDM di negara mereka dan berkomitmen dengan hukum negara mereka sehingga melegalkan ***** dapat direalisasi.
Untuk saya pribadi, saya bisa dibilang "user" beberapa tahun yg lalu, kebutuhannya untuk terapi penyakit Insomnia.
Satu linting ***** saya gunakan untuk satu minggu dengan dosis yg sudah saya atur sendiri.
Apabila dirasa sudah cukup membuat rilex dan kantuk, saya stop menggunakannya. Selama satu minggu, tidur saya kembali normal dari yg sebelumnya saya tidak bisa tidur selama 2bulan penuh.
Dan setelah saya mendapatkan tidur yg teratur, saya berhenti menggunakan ***** sebagai terapi saya.
Sebelum menggunakan *****, saya pernah mengkonsumsi obat tidur yg dijual di pasaran. 1 striip saya minum tidak memberikan efek apa².
Karena itu saya menggunakan ***** sebagai terapi saya