Orangtua mungkin menjadi khawatir bila buah hatinya mulai tidak jujur atau berbohong. Tetapi studi terbaru menemukan fakta menarik bahwa semakin awal seorang anak mulai berbohong, akan lebih mungkin ia menjadi orang yang sukses di kemudian hari.
Penelitian ini mungkin akan menuai banyak komentar miring dari para orangtua. Tapi peneliti telah menemukan bahwa kemampuan anak untuk berbohong saat masih berusia dua tahun menandakan otaknya berkembang pesat, dan berarti bahwa lebih mungkin untuk memiliki kehidupan yang sukses kelak.
Peneliti menemukan bahwa kebohongan lebih masuk akal. Semakin cepat anak mulai berbohong semakin cepat otaknya mengembangkan kecerdasan di tahun-tahun kemudian dan kemampuan berpikirnya pun akan lebih baik sehingga lebih cepat berjalan.
Hal ini juga berarti anak telah mengembangkan 'fungsi eksekutif', yaitu kemampuan menciptakan kebohongan untuk menjaga keyakinan di balik pikirannya.
"Orangtua tak perlu khawatir jika anak mereka berkata bohong," ujar Dr Kang Lee, direktur Institute of Child Study di Toronto Universit, yang melakukan studi ini, seperti dilansir dari Telegraph, Senin (17/5/2010).
Menurut Dr Lee, hampir semua anak berbohong. Anak yang memiliki perkembangan kognitif yang lebih baik akan berbohong lebih baik, karena anak tersebut dapat menutupi jejaknya.
Berbohong melibatkan beberapa proses otak, seperti mengintegrasikan sumber informasi dan memanipulasi data untuk keuntungannya.
Hal ini terkait dengan perkembangan daerah otak yang memungkinkan 'fungsi eksekutif' dan penggunaan berpikir tingkat tinggi serta penalaran.
Dalam penelitiannya, Dr Lee mempelajari 1.200 anak usia 2-16 tahun.
Mayoritas anak-anak tersebut berbohong, tetapi anak-anak dengan kemampuan kognitif lebih baik akan menjadi pembohong yang lebih baik pula.
Persentase berbohong pada anak adalah:
Mendekati kedewasaan, remaja atau dewasa muda akan belajar menggunakan 'kebohongan putih' yang tidak berbahaya, untuk menghindari menyakiti perasaan orang lain.
Peneliti mengatakan bahwa tak ada hubungan antara kebohongan yang dilakukan pada masa kanak-kanak dengan kecenderungan orang berbuat curang dalam ujian atau menjadi penipu di kemudian hari.
"Orangtua yang menemukan anaknya berbohong, tidak boleh memperlakukan anak dengan buruk atau kasar, tetapi harus dijadikan sebagai 'momen mendidik'", ujar Dr Lee.
Dr Lee menuturkan, orangtua tidak boleh memukul atau berteriak kepada anak, tetapi harus memberitahu dengan lembut dan sabar tentang pentingnya kejujuran dan negatif dari perilaku berbohong.
Pada saat usia 8 tahun, peluang anak untuk berbohong akan semakin kecil dan jarang terjadi.
Sumber : detik.com
-----
Yang suka bohong, absen...
Penelitian ini mungkin akan menuai banyak komentar miring dari para orangtua. Tapi peneliti telah menemukan bahwa kemampuan anak untuk berbohong saat masih berusia dua tahun menandakan otaknya berkembang pesat, dan berarti bahwa lebih mungkin untuk memiliki kehidupan yang sukses kelak.
Peneliti menemukan bahwa kebohongan lebih masuk akal. Semakin cepat anak mulai berbohong semakin cepat otaknya mengembangkan kecerdasan di tahun-tahun kemudian dan kemampuan berpikirnya pun akan lebih baik sehingga lebih cepat berjalan.
Hal ini juga berarti anak telah mengembangkan 'fungsi eksekutif', yaitu kemampuan menciptakan kebohongan untuk menjaga keyakinan di balik pikirannya.
"Orangtua tak perlu khawatir jika anak mereka berkata bohong," ujar Dr Kang Lee, direktur Institute of Child Study di Toronto Universit, yang melakukan studi ini, seperti dilansir dari Telegraph, Senin (17/5/2010).
Menurut Dr Lee, hampir semua anak berbohong. Anak yang memiliki perkembangan kognitif yang lebih baik akan berbohong lebih baik, karena anak tersebut dapat menutupi jejaknya.
Berbohong melibatkan beberapa proses otak, seperti mengintegrasikan sumber informasi dan memanipulasi data untuk keuntungannya.
Hal ini terkait dengan perkembangan daerah otak yang memungkinkan 'fungsi eksekutif' dan penggunaan berpikir tingkat tinggi serta penalaran.
Dalam penelitiannya, Dr Lee mempelajari 1.200 anak usia 2-16 tahun.
Mayoritas anak-anak tersebut berbohong, tetapi anak-anak dengan kemampuan kognitif lebih baik akan menjadi pembohong yang lebih baik pula.
Persentase berbohong pada anak adalah:
- Pada usia 2 tahun, 20 persen anak-anak akan berbohong.
- Presentase akan meningkat sampai 50 persen pada anak usia 3 tahun
- Hampir 90 persen pada usia 4 tahun.
- Usia yang paling cerdik adalah 12 tahun, yang mana hampir setiap anak berbohong.
- Kecenderungan berbohong akan menurun menjadi 70 persen pada saat anak berusia 16 tahun.
Mendekati kedewasaan, remaja atau dewasa muda akan belajar menggunakan 'kebohongan putih' yang tidak berbahaya, untuk menghindari menyakiti perasaan orang lain.
Peneliti mengatakan bahwa tak ada hubungan antara kebohongan yang dilakukan pada masa kanak-kanak dengan kecenderungan orang berbuat curang dalam ujian atau menjadi penipu di kemudian hari.
"Orangtua yang menemukan anaknya berbohong, tidak boleh memperlakukan anak dengan buruk atau kasar, tetapi harus dijadikan sebagai 'momen mendidik'", ujar Dr Lee.
Dr Lee menuturkan, orangtua tidak boleh memukul atau berteriak kepada anak, tetapi harus memberitahu dengan lembut dan sabar tentang pentingnya kejujuran dan negatif dari perilaku berbohong.
Pada saat usia 8 tahun, peluang anak untuk berbohong akan semakin kecil dan jarang terjadi.
Sumber : detik.com
-----
Yang suka bohong, absen...