Mungkin selayaknya durjana mencari tempat untuk berteduh di rumput kering
Dengan langkah semangat bergerimis keringat usang
Lelah mendapati asa yang tak kunjung tercapai
Aku bersandar pada tiang-tiang besi pagar
Beralaskan celana biru ini, menatap layar laptop dengan tatapan menunduk
Memikirkan apa yang selama ini aku kejar
Dalam konteks cinta aku tidak seberuntung malam ini
Yang menjadi terang ketika cahaya lampu memendarkan gelap yang sesungguhnya
Dirimu yang sulit ku capai, sedang menikmati masa studi mu disana
Terhanyut akan impian dan target ke depanmu
Menenggelamkan keinginan kecil dariku
Malam ini, aku tidak ingin mencumbu mu
Aku hanya ingin bersandar pada pundak letihmu
Setelah kau menjalani mimpi besar itu
Namun apa aku harus memaksa kehendak nafsu?
Jika dirimu saja tidak sempat membalas sapaanku?
Bukan tidak sama sekali, namun sedikit saja respon mu padaku
Cinta, betapa berat dirimu ku pikul?
Bagaimana memikul, meraih mu saja aku butuh penantian lebih lama lagi disini?
Asap putih pun sempat aku hidupkan bersama tarikan nafas panjang dari lelahku
Harus berapa lama lagi aku sambut MalaikatMu Tuhan?
Tidak cukupkah ratusan hari ini aku duduk sendiri?
Masihkah ada hari-hari yang akan ku nantikan di sana? Di atas samudra keraguan
Kapan aku bisa mengakses kapan saja kemurahan hati dari belahanku?
Masih lamakah masaku untuk merasakan pahitnya kesepian?
Atau boleh jadi aku akan merasakannya bersama sayap rapuhku di masa tua?
Entahlah....aku tidak mengerti alur cerita ini.
Dengan langkah semangat bergerimis keringat usang
Lelah mendapati asa yang tak kunjung tercapai
Aku bersandar pada tiang-tiang besi pagar
Beralaskan celana biru ini, menatap layar laptop dengan tatapan menunduk
Memikirkan apa yang selama ini aku kejar
Dalam konteks cinta aku tidak seberuntung malam ini
Yang menjadi terang ketika cahaya lampu memendarkan gelap yang sesungguhnya
Dirimu yang sulit ku capai, sedang menikmati masa studi mu disana
Terhanyut akan impian dan target ke depanmu
Menenggelamkan keinginan kecil dariku
Malam ini, aku tidak ingin mencumbu mu
Aku hanya ingin bersandar pada pundak letihmu
Setelah kau menjalani mimpi besar itu
Namun apa aku harus memaksa kehendak nafsu?
Jika dirimu saja tidak sempat membalas sapaanku?
Bukan tidak sama sekali, namun sedikit saja respon mu padaku
Cinta, betapa berat dirimu ku pikul?
Bagaimana memikul, meraih mu saja aku butuh penantian lebih lama lagi disini?
Asap putih pun sempat aku hidupkan bersama tarikan nafas panjang dari lelahku
Harus berapa lama lagi aku sambut MalaikatMu Tuhan?
Tidak cukupkah ratusan hari ini aku duduk sendiri?
Masihkah ada hari-hari yang akan ku nantikan di sana? Di atas samudra keraguan
Kapan aku bisa mengakses kapan saja kemurahan hati dari belahanku?
Masih lamakah masaku untuk merasakan pahitnya kesepian?
Atau boleh jadi aku akan merasakannya bersama sayap rapuhku di masa tua?
Entahlah....aku tidak mengerti alur cerita ini.