Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Cerita Musso, tokoh PKI yang ternyata anak kiai besar

Merdeka.comOleh Imam Mubarok | Merdeka.com – Sen, 4 Feb 2013

Temuan baru muncul mengungkap siapa sebenarnya Musso atau Munawar Musso alias Paul Mussote (nama ini tertulis dalam novel fiksi Pacar Merah Indonesia karya Matu Mona), tokoh komunis Indonesia yang memimpin Partai Komunis Indonesia (PKI) pada era 1920-an. Nama Musso terus berkibar hingga pemberontakan Madiun 1948.

Musso dilahirkan di Kediri, Jawa Timur 1897. Sering disebut-sebut, Musso adalah anak dari Mas Martoredjo, pegawai kantoran di Kediri. Penelusuran merdeka.com mengungkap cerita lain, bahwa Musso ternyata putra seorang kiai besar di daerah Kecamatan Pagu, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Kiai besar itu adalah KH Hasan Muhyi alias Rono Wijoyo, seorang pelarian pasukan Diponegoro.

Kabar bahwa Musso diragukan sebagai anak Mas Martoredjo muncul dari informasi awal Ning Neyla Muna (28), keluarga Ponpes Kapurejo, Pagu, Kediri yang menyebut Musso itu adalah keluarga mereka.

Sulit untuk dipercayai, jika Musso anak pegawai kantoran biasa di desa, bisa menjadi pengikut Stalin dan fasih berbahasa Rusia. Bahkan untuk berteman dengan Stalin dan bisa melakukan aktivitasnya yang menjelajah antarnegara hanya bisa dilakukan oleh orang-orang kaya di masa itu.

Kalau bukan anak orang berpengaruh, sulit pula baginya menjadi pengurus Sarekat Islam pimpinan H.O.S Tjokroaminoto. Selain di Sarekat Islam, Musso juga aktif di ISDV (Indische Sociaal-Democratishce Vereeniging atau Persatuan Sosial Demokrat Hindia Belanda).

Saat di Surabaya Musso pernah kos di Jl. Peneleh VII No. 29-31 rumah milik HOS Tjokroaminoto, guru sekaligus bapak kosnya. Selain Musso di rumah kos itu juga ada Soekarno, Alimin, Semaun, dan Kartosuwiryo.

Musso, Alimin, dan Semaun dikenal sebagai tokoh kiri Indonesia. Sedangkan nama yang terakhir, menjelma menjadi tokoh Darul Islam, ekstrem kanan. Mereka dicatat dalam sejarah perjalanan revolusi di Indonesia.

Saat kos itu, Musso menjadi salah seorang sumber ilmu Bung Karno dalam setiap percakapan. Seperti misalnya saat Musso menyoal penjajahan Belanda, "Penjajahan ini membuat kita menjadi bangsa kuli dan kuli di antara bangsa-bangsa."

Merdeka.com menemui KH Mohammad Hamdan Ibiq, pengasuh Ponpes Kapurejo, Pagu Kediri untuk bertanya tentang siapa Musso. "Saya hanya mengetahui Musso memang keluarga besar Ponpes Kapurejo, namun yang paham itu adalah KH Muqtafa, paman kami. Yang saya pahami Musso itu anak gawan (bawaan), jadi saat KH Hasan Muhyi menikahi Nyai Juru, Nyai Juru sudah memiliki putra salah satunya Musso. Makam keduanya berada di komplek Pondok Pesantren Kapurejo," kata Gus Ibiq paggilan akrab KH Hamdan Ibiq, akhir bulan lalu.

Penelusuran dilanjutkan ke rumah KH Muqtafa di Desa Mukuh, Kecamatan Kayen Kidul, Kabupaten Kediri. Tiba di rumah KH Muqtafa, si empunya rumah tampak sedang asyik mutholaah kitab kuning (membaca dan memahami kitab kuning) tepat di depan pintu rumahnya.

Setelah mengucapkan salam dan dijawab, kemudian Kyai Tafa mempersilakan masuk. Rumah lelaki pensiunan pegawai Departemen Agama ini tampak asri, tembok warna putih dan ada bagian gebyog kayu jati yang menandakan pemiliknya orang lama. Ditambah beberapa hiasan kaligrafi Arab yang ditulis dengan indah menempel di antara dinding rumahnya. Selanjutnya Kiai Tafa masuk ke rumah induk dan berganti pakaian yang semata-mata dia lakukan untuk menghormati tamunya.

Lima menit berlalu, Kiai Tafa keluar dan menanyakan maksud kedatangan. Sebelumnya lelaki yang sudah tampak uzur ini menyatakan meski keturunan keluarga pesantren, dia tak memiliki santri. Sebab dia harus menjadi pegawai negeri dan berpindah-pindah tempat.

"Mau bagaimana lagi memang harus seperti itu," kata Kiai Tafa membuka perbincangan.

Setelah mengutarakan maksud dan tujuan untuk mengetahui sejarah Ponpes Kapurejo, kemudian penuh semangat, Kiai Tafa menjelaskan secara gamblang dengan suara yang sangat berwibawa.

Belum membuka pembicaraan tentang Musso, merdeka.com hanya ingin mengetahui arah pembicaraannya seperti yang disampaikan Gus Ibiq, bahwa Kyai Tafa –lah yang menjadi kunci silsilah keluarga Pondok Pesantren, Kapurejo.

"KH Hasan Muhyi itu orang Mataram, sebenarnya namanya adalah Rono Wijoyo. Beliaulah pendiri Pondok Pesantren Kapurejo. Beliau menikah sebanyak tiga kali, istri pertamanya adalah Nyai Juru. Dari pernikahannya yang pertama itu KH Hasan Muhyi diberikan 12 putra. Dan maaf salah satunya mungkin orang mengenal dengan nama Musso," ujar Kiai Tafa yang sedikit canggung ketika menyebut nama Musso.

Meski canggung, Kiai Tafa kembali menegaskan itulah fakta sejarah. "Mau bagaimana lagi itulah fakta sejarah," tukasnya.
 
Ama DN Aidit tinggian muso yah mbah jabatanyan dii PKI?.... :huh:
 
Kalo ada forum PKI Musso tuh Master Suhunya suhu DN aidit. Githu ya gan? Soalnya Musso tuh biangnya Pemberontakan PKI di Madiun, Nah Kalo DN Aidit tuh memberontak setelah pemberontakan PKI madiun. Namun skalanya lebih besar. Setahu ane sih...
 
Yah..bukankah tidak semua tanaman buahnya bisa masak dipohon.dan tidak semua anak kiai menjadi kyai pula.pun begitu anak pencuri juga tidak otomatis menjadi pencuri
 
kudu belajar sejarah lagi kalo baca beginian.. :D
 
warna warni sejarah bangsa....harusnya pembelajaran sjarah d sekolah perlu juga blajar model gini.jd mkin cerdas..*** terdoktrin tp justru membuka mindset siswa bahwa apapun buruk baik sejarah...ttaplah sejarah dan tanpa sejarah mka tak ade hari ini...krn hari ini jg akan jd sejarah bagi masa yg akan datang.nice thread.brother
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
boleh dicantumin link sumbernya ?
 
Beberapa Tokoh Komunis di Indonesia memang punya background agama yang kuat, seperti halnya Tan Malaka, beliau adalah tokoh Komunis, tapi beliau juga paham agama dan menjadi kyai di Sumatera Barat, Al-Qur'an pun beliau hapal, Indonesia pada masa lalu memang belum pantas mengenal Komunis yang Visioner, tapi apabila sekarang berkembang, Komunisme terlanjur dicap sebagai ideologi pemberontak di Indonesia. Jadi percuma saja. Pancasila masih relevan untuk Indonesia. MERDEKA!!!
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Komunis, hendaknya tidak usah dipermasalahkan ideologi usang ini.
Uni Sovyet telah pecah, China lebih kapital daripada amerika, negara dengan kesetaraan sosial hanyalah mimpi.
Lalu masihkah kita "alergi" akan ideologi lapuk ini ???

Masih ada lagi kok, Korea Utara ya kan, tapi yah gitu dah jadi bangsa primitif menutup diri jadi katak dalam tempurung
 
yaaa....mgkin sulit diterima tapi kalo faktanya memang seperti itu mau gmana lagi...hal biasa dan tidak terlalu erlebihan..
 
mantaf infonya. Jadi intinya biang keladi indonesia itu HOS cokroaminoto.
 
Guru SMU saya pernah menjelaskan bahwa Komunisme masuk lewat aktivis muslim yang tergabung di dalam Sarekat Islam.
 
sejarah itu milik para pemenang
kalau umpama saat itu pki yang menang ya pastinya soeharto dan pendukungnya yang dicap jelek
berhubung pki yang kalah ya dn aidit dan pendukungnya yang dicap jelek

seperti halnya sejarah china kalo saja mao tse tung bersama tentara rakyatnya (tentara merah) didukung partai komunis yang kalah pasti mereka yang tersingkir
berhubung yang kalah jendral ciang kai sek dan angkatan darat china yang didukung partai koumintang ya merekalah yang dicap pengkhianat dam tersingkir ke formosa (taiwan)
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd