Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Curbside

BadFace

Adik Semprot
Daftar
14 Sep 2016
Post
145
Like diterima
59
Aku mengaduh, menadah
Mengapa engkau tidak datang?
Aku mencari, menerka, dimana?
Aku menuju rumahmu, kau membisu

Banyak hal yang mengusikku
Wajah-wajah asing, juga yang kukenal
Mereka bergantian memberiku senyum
Muak! aku muak melihat empati itu!

Kau tahu?
Aku hanya perlu menemuinya
Kau itu menyebalkan
Bicaralah sepatah dua kata
 
Aku berjalan dengan langkah keraguan
Mencoba menemuimu yang tiap hari diagungkan
Tak di rumahmu, di pusat perbelanjaan, maupun di reruntuhan
Dimana engkau sebenarnya?

Aku terbaring disini
Aku tidak dapat merasakan waktu
Atau merasakan perasaan yang dulu sering menyelimutiku
Kini t’lah dingin, membeku

Kekagumanku mulai memudar
Kau tetap membisu
Tanganku kini diselimuti ragu saat menyebutmu
Memohon cara untuk kembali mendekapnya
 
Seonggok raga tanpa jiwa
Berjalan mencarimu yang kini tak bersuara
Tak juga kujumpa dirimu
Bahkan sekedar cerita orang yang melihatmu

Kini aku ragu,
Aku atau engkau yang menghilang
Sungguh kejam, menusuk, menikamku
Kau yang bunuh, kau yang tusuk

Kuputar kembali memori tentangmu
Aku ingat kata terakhirmu, ”selamat tinggal”
Sungguh kejam, menusuk, menikamku
Kau tinggalkan raga ini tak bernyawa
 
Aku kembali ke tempat itu
Tempat dimana aku melupakanmu
Botol-botol dan gemerlap lilin
Tempat utopis yang berisik

Perasaan ini semakin mencekikku
Gemerlap lilin terasa memudar
Juga suara berisik kian meredup
Ahh..., cukup. Kini saatnya pulang dan menyapamu

Sebuah benda menggantung dengan kokohnya
Menyapa dengan cekungannya
Entah sejak kapan ia berada disana
Menungguku untuk berkabar padanya
 
Sinar rembulan dan bintang-bintang meredup
Terhalang sinar lampu dari sebuah bianglala
Juga tawa kebahagiaan dari dalamnya
Tawa dari sepasang manusia

Ya, itu kita
Aku masih ingat gemerlap lampu itu
Juga senyumanmu
Saat dimana kuberharap sang jarum berhenti

Apakah ini jalan untuk menemuimu?
Aku hanya perlu naik dan menyingkirkan kursi itu
Tunggu aku disana,
Aku tak sanggup lagi terpisah
 
Aku melihatmu lagi, dan tersenyum
Kupeluk jiwaku yang hilang
Lirih terdengar nada-nada dari bibirmu
Lagu dansa kesukaan kita

Aku bukan lagi ombak
Aku juga bukan seekor keledai buta
Serapah tak lagi keluar dari bibirku
Hanya tawa yang t’lah lama kurindu

Lupakan tentang rasa sakit, debu, dan semua bintang itu
Juga langit kelabu dan para pasukannya
Karena sebuah cekungan tak lagi semu
Dan sebuah jarum tak dapat lagi mengusik



...

Tamat
 
Bagian ketiga dari cerita saya sebelumnya(Scars & Remorse), sekaligus menjadi bagian akhir. Sebuah kisah yang akhirnya saya buat versi yang ‘sebut saja puisi’-nya dan saya bagi menjadi 3 bagian. Yah... semoga saja suka. Sangat terbuka untuk kritik dan saran.

:ampun:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd