AKI UJANG
Guru Besar Semprot
Alkisah, di sebuah kampung tinggal sepasang suami istri dan anak lelakinya yang bernama Otong. Kehidupan mereka sangat susah dan miskin. Penghasilan Herman sebagai kepala keluarga kurang dapat memenuhi kebutuhan hidup sehingga Tuti istrinya sering meminta ijin pada Herman untuk bekerja di kota.
Herman jelas tidak mengijinkan. Selain Tuti berparas cantik dan bertubuh bohay, Herman juga merasa khawatir kelak istrinya bias digondol lelaki lain kalau di kota.
Tuti selalu meminta ijin, membujuk dengan berbagai cara dari mulai cara halus hingga agak kasar, tetapi Herman tetap pada pendiriannya. Tuti tidak boleh pergi ke kota . biar hidup miskin saja di desa.
Hingga ketika Tuti sampai pada batas kesabarannya, Tutipun minggat pada suatu pagi buta ..
Tiga tahun berlalu, kehidupan Tuti berubah. Dalam pelariannya, dia bekerja menjadi PRT di rumah seorang fotograper. Karena wajahnya manis, badannya bagus, Sang Fotographer mencoba Tuti untuk menjadi model fotonya.
Ketika foto Tuti tersebar, ada agen modeling yang tertarik lalu Tutipun dipanggil, di tes kemudian dilatih dengan penuh perhatian hingga akhirnya kehidupannyapun berubah. Dulu ketika datang ke kota Tuti hanya seorang perempuan kampung bau lisung, sekarang Tuti sudah menjadi salah satu model papan atas.
Punya rumah mewah, lengkap dengan isinya, mobil keluaran terbaru yang siap mengantarkanya kemana saja.
Pada suatu hari, tiba-tiba datanglah suami dan Otong anaknya. Mereka memaksa Satpam untuk bisa mempertemukan dengan Tuti. Awalnya Satpam melarang mereka masuk tetapi karena mereka ngontot terus, akhirnya Satpampun mengijinkan tetapi mereka tidak boleh masuk, cukup menunggu di pos.
Datanglah Tuti disertai Satpam
Tuti Astagfirullah kata Herman
Ibu .. teriak Otong berusaha hendak memeluknya tapi dihalangi oleh Satpam
Tuti sempat kaget tapi dia malu untuk mengakui mereka sehingga yang keluar dari mulutnya adalah
Maaf, kalian ini siapa ?
Tuti aku Herman suamimu dan ini Otong, buah cinta kita . jelas Herman
Ah maaf, kalian salah alamat. Nama saya memang Tuti tetapi bukan istrimu dan juga bukan ibu dari anak ini kata Tuti ketus.
Tut kamu koq tega begitu .. kata Herman
Maaf, saya sedang sibuk. Pak Satpam, suruh mereka pergi kata Tuti sambil berbalik ke rumahnya
Herman dan Otong sia-sia berusaha, Satpam dengan kasar menyuruh mereka pergi . Dengan hati yang hancur keduanya berlalu dan .. ccciiiiittttt . Bruak . sebuah truk menabrak kedua lelaki malang itu hingga terpental dan mereka meninggal di TKP.
Tuti jelas kaget, hati kecilnya ada sesal tetapi karena gengsinya dia tetap tidak mau mengakui bahwa itu suami dan anaknya.
Ketika Polisi bertanyapun, Tuti tetap tidak mengakui siapa mereka. Hanya karena ingin dikenal sebagai model yang berhati emas punya rasa kemanusiaan akhirnya Tuti mau membawa jenasah mereka ke kampungnya.
Tiba di kampung kedua jenasah di mandikan lalu dikafani. Warga kampung yang polos hati, meski merasa kesal pada Tuti yang tetap tidak mau mengakui kedua jenasah itu adalah suami dan anaknya, tetap saja merawat jenasah sebagaimana mestinya.
Tapi aneh .. saat kain kafan di kepala Otong hendak ditutup, ada air mata mengalir dari mata jenasah Otong. Setiap diusap, keluar lagi, terus berulang-ulang. ini hal aneh, jenasah menangis ..
Tuti tetap mengeraskan hati untuk tidak tersentuh melihat keanehan itu . dia palingkan wajahnya bahkan buru-buru dia pakai kacamata Rayban hitam.
Neng Tuti , kata Ustad Ujang anakmu Otong ingin mendengar pengakuan dari mulutmu . Sekedar bilang bahwa Neng Tuti ibunya
Maaf, Aki . Tapi dia bukan anak saya kata Tuti
Air mata mengalir makin deras dari mata jenasah Otong, sambil terus membujuk Tuti, Aki Ujang terus mengusap air mata itu .
Neng Tuti, begini saja. Neng usaplah air mata almarhum, semoga tangisnya berhenti
Tuti yang sudah merasa kesal lalu mengusap air mata Otong
Tiba-tiba jenasah Herman bangun . semua kaget, warga berloncatan dari ruangan, hanya Aki Ujang dan Tuti yang diam terpaku .. lalu tiba-tiba wajah Herman menengok ke Tuti dan berkata
Mata Merah ? Jangan digosok dengan tangan, gunakan obat tetes mata Insto . lalu jenasah Herman terbaring lagi, melanjutkan . matinya.
Herman jelas tidak mengijinkan. Selain Tuti berparas cantik dan bertubuh bohay, Herman juga merasa khawatir kelak istrinya bias digondol lelaki lain kalau di kota.
Tuti selalu meminta ijin, membujuk dengan berbagai cara dari mulai cara halus hingga agak kasar, tetapi Herman tetap pada pendiriannya. Tuti tidak boleh pergi ke kota . biar hidup miskin saja di desa.
Hingga ketika Tuti sampai pada batas kesabarannya, Tutipun minggat pada suatu pagi buta ..
Tiga tahun berlalu, kehidupan Tuti berubah. Dalam pelariannya, dia bekerja menjadi PRT di rumah seorang fotograper. Karena wajahnya manis, badannya bagus, Sang Fotographer mencoba Tuti untuk menjadi model fotonya.
Ketika foto Tuti tersebar, ada agen modeling yang tertarik lalu Tutipun dipanggil, di tes kemudian dilatih dengan penuh perhatian hingga akhirnya kehidupannyapun berubah. Dulu ketika datang ke kota Tuti hanya seorang perempuan kampung bau lisung, sekarang Tuti sudah menjadi salah satu model papan atas.
Punya rumah mewah, lengkap dengan isinya, mobil keluaran terbaru yang siap mengantarkanya kemana saja.
Pada suatu hari, tiba-tiba datanglah suami dan Otong anaknya. Mereka memaksa Satpam untuk bisa mempertemukan dengan Tuti. Awalnya Satpam melarang mereka masuk tetapi karena mereka ngontot terus, akhirnya Satpampun mengijinkan tetapi mereka tidak boleh masuk, cukup menunggu di pos.
Datanglah Tuti disertai Satpam
Tuti Astagfirullah kata Herman
Ibu .. teriak Otong berusaha hendak memeluknya tapi dihalangi oleh Satpam
Tuti sempat kaget tapi dia malu untuk mengakui mereka sehingga yang keluar dari mulutnya adalah
Maaf, kalian ini siapa ?
Tuti aku Herman suamimu dan ini Otong, buah cinta kita . jelas Herman
Ah maaf, kalian salah alamat. Nama saya memang Tuti tetapi bukan istrimu dan juga bukan ibu dari anak ini kata Tuti ketus.
Tut kamu koq tega begitu .. kata Herman
Maaf, saya sedang sibuk. Pak Satpam, suruh mereka pergi kata Tuti sambil berbalik ke rumahnya
Herman dan Otong sia-sia berusaha, Satpam dengan kasar menyuruh mereka pergi . Dengan hati yang hancur keduanya berlalu dan .. ccciiiiittttt . Bruak . sebuah truk menabrak kedua lelaki malang itu hingga terpental dan mereka meninggal di TKP.
Tuti jelas kaget, hati kecilnya ada sesal tetapi karena gengsinya dia tetap tidak mau mengakui bahwa itu suami dan anaknya.
Ketika Polisi bertanyapun, Tuti tetap tidak mengakui siapa mereka. Hanya karena ingin dikenal sebagai model yang berhati emas punya rasa kemanusiaan akhirnya Tuti mau membawa jenasah mereka ke kampungnya.
Tiba di kampung kedua jenasah di mandikan lalu dikafani. Warga kampung yang polos hati, meski merasa kesal pada Tuti yang tetap tidak mau mengakui kedua jenasah itu adalah suami dan anaknya, tetap saja merawat jenasah sebagaimana mestinya.
Tapi aneh .. saat kain kafan di kepala Otong hendak ditutup, ada air mata mengalir dari mata jenasah Otong. Setiap diusap, keluar lagi, terus berulang-ulang. ini hal aneh, jenasah menangis ..
Tuti tetap mengeraskan hati untuk tidak tersentuh melihat keanehan itu . dia palingkan wajahnya bahkan buru-buru dia pakai kacamata Rayban hitam.
Neng Tuti , kata Ustad Ujang anakmu Otong ingin mendengar pengakuan dari mulutmu . Sekedar bilang bahwa Neng Tuti ibunya
Maaf, Aki . Tapi dia bukan anak saya kata Tuti
Air mata mengalir makin deras dari mata jenasah Otong, sambil terus membujuk Tuti, Aki Ujang terus mengusap air mata itu .
Neng Tuti, begini saja. Neng usaplah air mata almarhum, semoga tangisnya berhenti
Tuti yang sudah merasa kesal lalu mengusap air mata Otong
Tiba-tiba jenasah Herman bangun . semua kaget, warga berloncatan dari ruangan, hanya Aki Ujang dan Tuti yang diam terpaku .. lalu tiba-tiba wajah Herman menengok ke Tuti dan berkata
Mata Merah ? Jangan digosok dengan tangan, gunakan obat tetes mata Insto . lalu jenasah Herman terbaring lagi, melanjutkan . matinya.