Gara-gara Operasi Plastik Ibu Kandung Tak Mau Akui Anak Sendiri, Foto Before-After Terlampau Beda - Kolase SURYAMALANG.COM
SURYAMALANG.COM - Gara-gara operasi plastik, seorang ibu tak mau akui anak kandungnya sendiri.
Foto before-after operasi plastik sang anak disebut sangat berbeda sampai-sampai membuat ibu ini kaget.
Pasalnya, sang anak berubah menjadi sangat cantik dari potret sebelumnya melakukan oplas.
Melakukan operasi plastik memang memberikan efek cantik instan yang kerap menjadi dambaan banyak wanita.
Meski memerlukan biaya yang mahal, namun efek cantik instan yang dijanjikan dengan melakukan operasi plastik membuat banyak wanita tertarik.
Tak jarang, ada wanita yang ingin jalur cepat untuk mendapatkan kecantikan yang sesuai dengan harapan mereka memilih untuk melakukan operasi plastik.
Tak hanya memberikan efek cantik instan, melakukan operasi plastik juga diikuti dengan dampak buruk lain seperti misalnya tak dikenali oleh orang-orang terdekat.
Seperti yang terjadi pada seorang wanita asal Vietnam yang bernama Vu Van Anh yang akrab disapa dengan nama Tran ini.
Berhasil mendapatkan wajah cantik sempurna sesuai keinginanya, namun efeknya orang terdekat bahkan sang ibu tidak lagi mengenali dirinya karena perubahan yang drastis.
Melansir Asia One Senin (6/1/2020) ketika Vu Van Anh kembali ke rumah untuk pertama kalinya setelah operasi plastik.
Ibunya menolak untuk berbicara dengannya selama satu bulan penuh.
Tak hanya itu saja, kerabatnya juga tidak mengenalinya karena perubahannya.
Namun, gadis 22 tahun itu mengaku tidak pernah menyesal melakukan operasi plastik yang merubah total penampilan fisiknya.
Dalam postingannya di media sosial, Tran yang berasal dari Vietnam mengaku malu dan tidak percaya diri dengan penampilannya dulu.
Dia mengatakan bahwa hidungnya besar dan kasar, dengan dagu yang tidak bagus.
"Aku tidak terlihat baik" tulisnya.
"Aku ingin menjalani operasi plastik dan mengubah hidupku," katanya.
Vu Van Anh memiliki dua pekerjaan, sebagai resepsionis dan pelayan.
Dia bekerja keras supaya bisa mengumpulkan uang kemudian digunakan untuk melakukan operasi pertamanya di bagian hidung pada usia 19 tahun.
Mengetahui keluarganya konservatif dan keberatan dengan rencana itu.
Tran tidak pernah memberi tahu mereka tentang rencananya.
"Saya sangat takut, ketika melakukan operasi pertama saya, keluarga saya tidak tahu waktu itu," katanya.
"Saya hanya punya teman dekat yang datang menemani di meja operasi, tapi saya hanya bisa mempercayai dokter dan berharap semuanya lancar," sambungnya.
Setelah operasi hidung, Tran melanjutkan melakukan operasi pembesaran payudara, kemudian operasi kelopak mata ganda dan garis wajah.
Tiga tahun kemudian, dia akhirnya pusa dengan penampilannya.
"Untungnya semua operasi berhasil, dengan operasi terakhir, saya merasa lebih percaya diri setelah bertahun-tahun merasa rendah diri," katanya.
Tetapi keluarganya justru kurang senang dengan perubahannya, dan mereka sampai tidak mengenalinya.
Tidak hanya keluarganya saja, teman-temannya juga tidak mengenalinya, saat dia kembali ke kota asalnya.
Bahkan, ibunya bereaksi sangat marah dengan perubahan yang terjadi pada Tran.
Namun, sebulan kemudian secara bertahap ibunya mulai menerima perubahan yang terjadi pada Tran.
Dengan membagikan kisahnya, Tran kini bekerja di industri kecantikan, dan berharap kisahnya bisa menginspirasi wanita lainnya.
'Dokter Hantu': Menguak Sisi Gelap Operasi Plastik di Korea Selatan yang Bikin Merinding
Ahli bedah plastik atau operasi plastik dengan sedikit pengalaman yang dikenal sebagai "dokter hantu" sungguh membawa bahaya serius.
Mereka, para dokter yang tidak berlisensi ini jelas dapat menyebabkan bahaya bagi pasien di meja operasi Korea Selatan.
Dilansir dari Sandiegouniontribune.com, pada tahun 2015 silam, seorang mahasiswa berusia 26 tahun dari Cheonan, Park HI membayar 12 juta won (sekitar Rp160 juta) pada tahun 2012 atas operasi yang telah dijalankannya.
Park HI mempertajam garis rahangnya dengan operasi kosmetik.
Namun prosedur itu menjadi kacau, wajahnya seperti disayat-sayat.
Tak hanya itu, Park HI juga harus menanggung kelumpuhan parsial serta menderita edema.
"Saya pergi ke dokter Sang karena dia dulu sangat terkenal," kata Park.
Anehnya, dokter Sang menjanjikan prosedur operasi akan ditangani olehnya sendiri dan hanya akan memakan waktu seminggu.
Seperti yang kita tahu, Korea Selatan adalah surganya bedah plastik.
Lebih dari 4.000 klinik melakukan 250.000 operasi kosmetik setiap tahunnya.
Menurut International Society of Aesthetic Plastic Surgery, rasio tertingginya adalah sekitar 13 dari 1.000 orang yang memilih untuk melakukan operasi plastik.
Namun ahli bedah terkenal tidak dapat memenuhi semua permintaan yang begitu tinggi.
Akhirnya, banyak pasien yang memilih pergi ke 'dokter hantu'.
Park, yang pernah mendengar desas-desus tentang ahli bedah tiruan, menaruh perekam video di sakunya beberapa menit sebelum dibius.
Setelah dirinya sadar, apa yang dapat didengarnya sungguh membuatnya ngeri.
Saat Park tak sadarkan diri di bawah pengaruh obat bius, dokter bedah lain yang bukan dokter Sang datang dan mengolok-olok tubuhnya yang kurus.
Park mengeluh bahwa keputusannya melakukan operasi itu adalah keputusan terburuk dalam hidupnya.
Tidak menjadi seperti apa yang diidam-idamkannya, Park justru menderita edema wajah.
Saraf dagunya bahkan tidak dapat berfungsi dan hidungnya tampak kerdil.
Semua menjadi kebalikan-kebalikan dari yang diinginkannya.
Ada juga pasien yang merasa menjadi korban melaporkan klinik ke persidangan.
Namun dalam kasus-kasus seperti itu, pasien cenderung menemui kekalahan.
"Ketika seorang pasien pergi ke pengadilan, klinik akan menyerang balik dan menggugatnya sebagai bentuk pencemaran nama baik," kata An Gijong, perwakilan hukum Organisasi Aliansi Pasien Korea.
Selanjutnya, pasien membutuhkan sejumlah besar uang dan waktu untuk melanjutkan proses dan berujung pada kekalahan.
Salah satu organisasi yang paling keras menentang praktik ini adalah Asosiasi Ahli Bedah Plastik Korea, yang dipimpin oleh dokter veteran Kim Sungwoong.
Kim menekankan bahwa hal yang paling utama dalam proses operasi plastik adalah hubungan dokter dan pasien.
"Ahli bedah harus berusaha mengenali kliennya secara pribadi untuk kemudian mempelajari kasusnya dengan baik," ucapnya.