Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Gunung Lawu

kris_

Guru Semprot
Daftar
24 May 2014
Post
622
Like diterima
406
Permisi suhu sekalian. Rahayu.

saya mau minta pencerahan soal Gunung Lawu, apakah benar disana masih banyak hal2 mistis?
apa benar disana ada bnyak makhluk gaib dan benda pusaka?

mohon info bagi suhu yg tahu, kebetulan saya berencana mau hunting kesana. Terima kasih.
 
Wah... Kebetulan nubie baru kelar buat makalahnya... Mungkin tulisan ini bisa membantu ts :

Gunung Lawu bersosok angker dan menyimpan misteri dengan tiga puncak utamanya yaitu:
Harga Dalem, Harga Dumilah dan Harga Dumiling yang dimitoskan sebagai tempat sakral di Tanah Jawa.
Harga Dalem diyakini masyarakat setempat sebagai tempat pamoksan Prabu Bhrawijaya Pamungkas, raja terahir dinasti wijaya dari kerajaan majapahit, Harga Dumiling diyakini sebagai tempat pamoksan Ki Sabdopalon,dan ki noyo genggong, punokawan prabu brawijaya pamungkas, dan Harga Dumilah merupakan tempat pertapaan sang ratu adil.

Konon ceritanya, dan disitu juga pernah ada seorang pertapa muda yg kondang kesaktianya, dia bernama JAKA PAMUNGKAS, beliau adalah raja kerajaan mandala yg menurut cerita rakyat posisinya ada didaerah gunung lawu itu, namun tepatnya hingga sekarang belum dapat terkuak, kerajaan misteri itu bernama kerajaan mandala
Surya Wilwa Tikta (majapahit 2) hargo dumilah juga penuh misteri yang sering dipergunakan sebagai ajang olah batin kanuragan bertapa dan meditasi.

Konon kabarnya gunung Lawu merupakan pusat kegiatan spiritual di Tanah Jawa dan ada hubungan dekat dengan tradisi dan budaya keraton, semisal upacara labuhan setiap bulan Sura (muharam) yang dilakukan oleh Keraton mataram Surokarto dan Yogyakarta. Dari visi folklore, ada kisah mitologi setempat yang menarik dan menyakinkan sebenarnya penguasa
gunung Lawu sekarang adalah sang ratu adil/ imam mahdi/kalki avatar, sehingga memang tempat itu begitu berwibawa dan berkesan angker bagi penduduk setempat atau siapa saja
yang bermaksud tetirah dan mesanggrah.
Siapapun yang hendak pergi ke puncaknya bekal pengetahuan utama adalah tabu-tabu atau weweler atau peraturan-peraturan yang tertulis yakni larangan-larangan untuk tidak melakukan sesuatu, baik bersifat perbuatan maupun perkataan, dan bila pantangan itu dilanggar si pelaku diyakini bakal bernasib naas.
Cerita dimulai dari masa akhir kerajaan Majapahit (1400 M). Alkisah, pada era pasang surut kerajaan Majapahit, bertahta sebagai raja adalah Sinuwun Bumi Nata Bhrawijaya Ingkang Jumeneng kaping 9 (Pamungkas). Dua istrinya yang terkenal ialah ratu suhita ibunda pangeran bondan kejawen/lembu peteng, nenek moyang keraton mataram. Dan putri campa (dewi dwara wati) ibunda Raden fatah (pangeran hasan jimbun). Hasan / fatah / jinbun, setelah dewasa menghayati keyakinan yang berbeda dengan ayahandanya yang beragama Budha. Jinbun Fatah seorang muslim. Dan bersamaan dengan pudarnya Majapahit, Jinbun Fatah nekat mendirikan Kerajaan di Glagah Wangi (Demak Bintoro) yang awalnya kadi paten.
Melihat situasi dan kondisi yang demikian itu , masygullah hati Sang Prabu. Akankah jaman Kerta Majapahit dapat dipertahankan,kerana biar bagaimanapun pemegang syah putra mahkota adalah pangeran bondan kejawen/lembu peteng, yang saat itu berguru di desa tarub kec. tawang harjo kab. grobogan porwodadi, namun jiwa dan hati sang pangeran sangatlah lembut, beliau mengihlaskan tanah demak menjadi milik adiknya.
Namun kerana pangeran bondan kejawen mengalah, menimbulkan emosi bagi iparnya yaitu Girindriya wardhana keturunan kediri, sehingga terjadilah konflik di dalam istana majapahit, dan membuat prabu brawijaya merasa tidak tahan dengan perselisihan antara putra putranya itu.
sehingga sang prabu brawijaya mendatangi raden fatah di demak, untuk meminta kepada sang sultan demak itu agar bersedia kembali menjadi negara bagian dari majapahit, di bawah pemerintahanya.
Namun usaha sang prabu gagal, karena para wali tidak menyetujui kewibawaan islam di bawah non islam, juga sang prabu brawijaya telah menjelaskan bukankah setelah sang prabu raja, raja majapahit juga memeluk agama islam sebagaimana demak bintoro, karena putra mahkota majapahit yaitu pangeran bondan kejawen adalah muslim. namun benar benar usaha yg sia sia, para wali dan sentono demak bintoro tetap menolok untuk menjadi bawahan majapahit setelah menjadi negeri yang merdeka.
Sebagai raja yang bijak, pada suatu malam, dia pun akhirnya bermeditasi memohon petunjuk Sang Maha Kuasa. Dan wisik pun datang, pesannya : sudah saatnya cahaya Majapahit
memudar dan wahyu kedaton akan berpindah ke kerajaan yang baru tumbuh serta masuknya agama baru (Islam) memang sudah takdir dan tak bisa terelakkan lagi.
Pada malam itu pulalah Sang Prabu dengan hanya disertai pemomongnya yang setia Sabdopalon diam-diam meninggalkan keraton dan melanglang praja dan pada akhirnya naik ke Puncak Lawu. Sebelum sampai di puncak, dia bertemu dengan dua orang umbul (bayan/ kepala dusun) yakni Dipa Menggala dan Wangsa Menggala. Sebagai abdi dalem yang setia dua orang umbul itu pun tak tega membiarkan tuannya begitu saja. Niat di hati mereka adalah mukti mati bersama Sang Prabu . Syahdan, Sang Prabu bersama tiga orang abdi itupun sampailah di puncak Harga Dalem. Saat itu Sang Prabu bertitah : Wahai para abdiku yang setia sudah saatnya aku harus surut, aku harus pergi meninggalkan dunia ramai ini. Kepada kamu Dipa Menggala, karena kesetiaanmu kuangkat kau menjadi penguasa gunung Lawu dan membawahi semua mahluk gaib (peri, jin dan sebangsanya) dengan wilayah ke barat hingga wilayah Merapi Merbabu, ke Timur hingga gunung Wilis, ke selatan hingga Pantai selatan , dan ke utara sampai dengan pantai utara dengan gelar Sunan Gunung Lawu.
Dan kepada Wangsa Menggala, kau kuangkat sebagai patihnya, dengan gelar Kyai Jalak. Sampai pada suatu hari anak cucuku akan bertapa didalam gua hargo dumilah, dia adalah keturunan lembu putih (arab) dan lembu peteng (jawa). Sehingga kenapa pangeran bondan kejawen di gelari pangeran lembu peteng karena
anak turunannyalah yang selalu bertapa di gunung lawu, termasuk jaka pamungkas yg sekarang menjadi raja keraton lawu (mandala).
Suasana pun hening dan melihat drama semacam itu, tak kuasa menahan gejolak di hatinya, Sabdopalon dan noyo genggong pun memberanikan diri berkata kepada Sang Prabu:
"Bagaimana mungkin ini terjadi Sang Prabu?" Bila demikian adanya hamba pun juga akan turut serta dengan Sang Prabu, hamba akan naik ke Harga Dumiling dan meninggalkan dua orang tuan dan abdi itupun berpisah dalam suasana yang mengharukan."
Singkat cerita Sang Prabu Barawijaya pun muksa di Harga Dalem, dan Sabdopalon beserta noyogenggong moksa di Harga Dumiling.

Tinggallah Sunan Lawu Sang Penguasa gunung dan Kyai Jalak yang karena kesaktian dan kesempurnaan ilmunya kemudian menjadi mahluk gaib yang hingga kini masih setia melaksanakan tugas sesuai amanat Sang Prabu Brawijaya.
Tempat-tempat lain yang diyakini misterius oleh penduduk setempat selain tiga puncak tersebut yakni:
Sendang Inten, Sendang Drajat, Sendang Panguripan, Sumur Jalatunda, Kawah Candradimuka,pat Kepanasan/Cakrasurya, dan Pringgodani.
Bagaimana situasi Majapahit sepeninggal Sang Prabu?
Konon sebagai yang menjalankan tugas kerajan adalah prabu Girindriya Wardhana setelah Pangeran Bondan
Kejawen tidak bersedia meneruskan pemerintahan di kerajaan majapahit itu, beliau lebih memilih menetap didesa tarub dengan istrinya Dewi Nawangsih puti dari kiageng tarub dengan Dewi nawang wulan (legenda rakyat Dewi Nawang Wulan adalah Bidadari).

Makam Lembu peteng ( Raden Bondan Kejawan )
Terletak ± 10 KM sebelah timur kota Purwodadi tepatnya di Dusun Barahan, Desa Tarub, Kec. Tawangharjo, Kab. Grobogan. Yang merupakan salah satu obyek wisata ziarah yang di miliki Kec.
Tawangharjo. Raden Bondan Kejawan merupakan anak menantu dari KA Joko Tarub, yakni suami dari Nawangsih (putri KA Joko Tarub + Dewi Nawang Wulan).
Sedangkan tentang Prabu Mandala Sri Rajasa Jaka Pamungkas sekarang masih misteri seperti apakah gerangan beliau, cuman legendanya dia pernah atau memang masih mengembara di
belahan bumi nusantara majapahit yg sampai kenegeri campa (rusia) diantara para musyafir yg pernah bertemu dan mengenal beliau berkata
bahwa sekarang beliau telah lama tidak terlihat lagi, hanya diantara mereka menjelaskan dia sering di panggil jaka poleng. dengan ciri ciri fisik berambut gondrong senang memakai pakaian adat jawa, dan memiliki dua tanda di kedua lengannya diantaranya Rajah kala cakra. Juga beliau memiliki luka bakar, itu sedikit ciri ciri fisik sang raja yg dituturkan oleh beberapa orang yg
pernah mengenalnya.
Juga masih banyak tempat tempat bekas beliau bertapa diantaranya di puncak merapi (garuda) di hargo jembangan gunung muria, gunung sumbing, gunung selamet, gunung kelir muria, gunung kelud, gunung semeru dan masih banyak mungkin daerah daerah yg lainnya, yg mencolok yaitu di desa gentan surojoyo, pencongan dan ngadirogo, kec. sapuran wonosobo, ketiga desa itu berjejer dan waktu beliau disana beliau bersama dengan permaisurinya yaitu Ratu satu Ratna galih candra
wiyana ayu ning tiyas, Beliau memiliki dua orang ratu tetapi yg termashur adalah sang Ratu 1 (ratna galih candra wiyana ayu ning tiyas).

Mungkin kisah tersebut dapat membantu petilasan TS buat mencari benda pusaka :beer:
 
Om mbol,,, itu bukan Harga om, tapi Argo, yg artinya Gunung :beer:
 
om belki_bolang itu bacanya pake logat Jawa. "Harga" dibacanya "Hargo", artinya juga gunung.
 
Iya sih,, kalo dlm aksara Jawa 'Ha' yg memakai tali songgo,yg dlm abjad latin bisa bermakna 'A' dll. Mksd nubie, biar memakai huruf alfabet aja :beer:
 
nuwun sewu agan thombol

yang njenengan tulis itu dasarnya dari mana ya ?
apa gak keliru tuh
suhita istrinya brawijaya ?
girindra wardhana iparnya lembu peteng ?

mohon pencerahan sambil nambah pembelajaran :beer:


buat TS
sebelum naik ane sarankan agan mandi dan mengheningkan cipta
di petilasan paling bawah, petilasan raden bagus boncolono,
silakan diutarakan niat agan disana, akan ada petunjuk lanjutan dari sana
 
apa jika kita kesana ada pantangan2 yg berlaku?
 
apa jika kita kesana ada pantangan2 yg berlaku?

sejauh yg ane alamin sekedar jaga niat dan keteguhan hati aja cukup
kalo perilaku sih otomatis ngikutin kalo beneran niat dan mantab hati

:beer:
 
nuwun sewu agan thombol

yang njenengan tulis itu dasarnya dari mana ya ?
apa gak keliru tuh
suhita istrinya brawijaya ?
girindra wardhana iparnya lembu peteng ?

mohon pencerahan sambil nambah pembelajaran :beer:


Maaf suhu scudd, nubie juga lagi belajar maaf kalo nubie melakukan kesalahan mungkin nnti nubie revisi :baca: buku sejarah kerajaan tanah jawa...
:beer:
 
Maaf suhu scudd, nubie juga lagi belajar maaf kalo nubie melakukan kesalahan mungkin nnti nubie revisi :baca: buku sejarah kerajaan tanah jawa...
:beer:

ane bukan suhu gan, ane masi belajaran
tapi kalo menyangkut sejarah, ada baiknya agan ambil sumber yg valid

bagi kalangan sejarawan, babad dan serat kurang kuat validitasnya
ada baiknya agan berkelana ke forum arkeologi ato semacamnya

memang banyak kerancuan di era akhir majapahit
tapi bukan berarti simpangan tafsir sejarahnya ga ada yg bener

bagi para spiritualis ato pelaku keyakinan berbasis budaya, ato suprawan-suprawati (istilah ane nih silakan diketawain :D )
babad, serat, kidung, tembang merupakan ilmu nenek moyang yang tak ternilai
para leluhur sering membungkus ilmu tersebut dengan kisah sejarah didalamnya

nah karena yang utama menggubah karya adalah ilmu luhur
sementara sejarah hanyalah cover yang menyelubungi
banyak yang terkecoh dan menelan mentah2
demikian pula kisah sejarah menjadi rancu

namun jangan ragu, karena masih ada banyak bukti validnya yakni kitab yg diakui dunia
dan prasasti2
utk lebih jelasnya, kalo emang penasaran silakan ditelusuri sendiri ttg era akhir majapahit
karena penelusuran sejarah itulah seni belajar sejarah
gak cuman terima matang kesimpulannya aja, sebab banyak varian teori yang berkembang
mana yg paling mendekati logis, balik ke si penelusur

:beer:
 
ane bukan suhu gan, ane masi belajaran
tapi kalo menyangkut sejarah, ada baiknya agan ambil sumber yg valid

bagi kalangan sejarawan, babad dan serat kurang kuat validitasnya
ada baiknya agan berkelana ke forum arkeologi ato semacamnya

memang banyak kerancuan di era akhir majapahit
tapi bukan berarti simpangan tafsir sejarahnya ga ada yg bener

bagi para spiritualis ato pelaku keyakinan berbasis budaya, ato suprawan-suprawati (istilah ane nih silakan diketawain :D )
babad, serat, kidung, tembang merupakan ilmu nenek moyang yang tak ternilai
para leluhur sering membungkus ilmu tersebut dengan kisah sejarah didalamnya

nah karena yang utama menggubah karya adalah ilmu luhur
sementara sejarah hanyalah cover yang menyelubungi
banyak yang terkecoh dan menelan mentah2
demikian pula kisah sejarah menjadi rancu

namun jangan ragu, karena masih ada banyak bukti validnya yakni kitab yg diakui dunia
dan prasasti2
utk lebih jelasnya, kalo emang penasaran silakan ditelusuri sendiri ttg era akhir majapahit
karena penelusuran sejarah itulah seni belajar sejarah
gak cuman terima matang kesimpulannya aja, sebab banyak varian teori yang berkembang
mana yg paling mendekati logis, balik ke si penelusur

:beer:

Siap... Suhu terima kasih atas pencerahaannya.. :beer:
 
Apik pokokmen ulasan suhu Sepuh diatas :jempol:
Nubia paling mentok sampe cemoro kandang beli jagung bakar ama sate kelinci plus kopi hitam :Peace:
 
wah gan, klo disana ngopi dan makan sate kelinci saya juga mau hahahaha
 
daki Gunung lawu bikin ketagihan gan.
Saran saya kesana malam satu suro.
lawu ramai seperti mall.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd