Jangan Menganggur biar Tak Pikun.
Tidak terelakkan, memasuki usia 50 tahun banyak fungsi organ tubuh, termasuk otak, akan menurun. Namun, jangan khawatir, beranjak tua tidak berarti harus menjadi kakek atau nenek pikun. Dengan gaya hidup sehat, risiko kepikunan bisa dihalau.
Pikun adalah gangguan fungsi-fungsi memori (daya ingat), berbahasa, berpikir, dan berperilaku. Sebagian besar disebabkan oleh penyakit alzheimer. Tanda-tanda demensia alzheimer, antara lain, lupa akan kejadian yang baru dialami, kesulitan melakukan pekerjaan sehari-hari, kesulitan dalam berbahasa, disorientasi waktu dan tempat, serta tidak mampu membuat keputusan.
Untuk menjaga agar daya ingat tidak turun, para ilmuwan dari Inggris dan Finlandia menemukan bahwa tetap aktif sampai usia lanjut sangatlah penting. Berdasarkan penelitian mereka, diketahui bahwa orang-orang yang lebih lama menempuh pendidikan lebih mampu mengimbangi efek demensia pada otak.
Selama satu dekade terakhir studi mengenai demensia atau kepikunan secara konsisten menunjukkan, lebih lama kita menuntut ilmu, makin rendah risiko terkena demensia. Dalam studi terkini terhadap 872 orang yang mengikuti studi jangka panjang mengenai penuaan membuktikan hal tersebut.
Akan tetapi, memang belum jelas benar mengapa orang-orang "berpendidikan" itu lebih sedikit yang terkena pikun di masa tuanya. Apakah karena mereka lebih pandai mengatur gejala-gejalanya atau ada alasan lain?
Selain faktor pendidikan, para pakar selama ini menyarankan agar setiap orang yang beranjak lansia tetap aktif dan tidak menarik diri dari pergaulan. Bersosialisasi, membaca buku, bermain catur, dan belajar bahasa merupakan cara yang akan mengoptimalkan agar otak tak mudah pikun.