thombol
Calon Suhu Semprot
Kisah misteri yang akan kita bahas kali ini adalah penunggu Halte Busway yang sebagaimana saya kutip lewat www.kisah-misteri.info. Menurut narasumber mengatakan bahwa kisah ini adalah kisah nyata dan diceritakan oleh salah seorang kerabatnya.
Kisah nyata ini terjadi sekitar dua tahun lalu sebagaimana saya masih bekerja sebagai petugas TransJakarta. Saya ditempatkan di salah satu shelter busway di daerah Cawang sebagai penjaga pintu turun-naik penumpang. Setiap hari saya bekerja dari waktu 5 pagi hingga 12 siang.
kerja ini sangat menyenangkan karena saya bisa pulang ketika kebanyakan orang masih sibuk bekerja. Hal yang tidak menyenangkan adalah saya harus bangun di pagi buta dan berangkat dalam kondisi yang mengantuk.
Tapi bukankah setiap profesi memiliki kekurangan dan kelebihan? Saya bersyukur masih punya pekerjaan. Berbekal ijazah SMA dan fisik yang sehat, TransJakarta menerima saya sebagai karyawan.
Seperti biasa, pagi itu saya bangun 3 pagi dini hari. Di luar hujan cukup deras, angin bertiup kencang. Cuaca ini membuat saya malas keluar rumah dan memilih untuk melanjutkan tidur.
Tapi saya teringat atasan saya yang galak menetapkan jadwal absensi. Pemotongan gaji dan pemecatan jadi ancaman bagi kami untuk bekerja dengan keras, meski itu sebetulnya tidak sebanding dengan upah yang kami dapat. Pikiran ini membuat saya beranjak dari tempat tidur, mandi, dan bersiap-siap berangkat.
Tepat jam 4 pagi saya menempuh perjalanan. Halte tempat saya bertugas cukup jauh dari rumah. Maka saya harus singgah di shelter terdekat untuk menumpang armada bis yang bisa mengantar saya.
Dengan berjalan kaki dan berbekal jas hujan, saya menempuh hawa dingin. Jalanan sepi tanpa satupun kendaraan. Angin berhembus kencang bersama gerimis. Azan subuh belum berkumandang. Entah kenapa saat itu semua terasa hening.
Tidak seperti biasa. Akhirnya saya tiba di jembatan penyeberangan. Halte busway itu berada di sana. Pohon-pohon besar masih banyak di sekitar sini, membuat tempat ini cukup sejuk dan penuh udara segar ketika siang.
Saya melangkah menaiki tangga jembatan penyeberangan yang gelap. Lampu jalanan banyak yang mati. Hanya ada satu yang berfungsi. Tapi letaknya cukup jauh dari jembatan ini. Saya menggunakan lampu ponsel untuk menerangi jalan supaya tidak terpeleset.
Ketika menginjak anak tangga kelima, saya merasakan semilir angin tiba-tiba datang, bersama wangi aroma melati dan berbagai jenis bunga yang harum-harum. Saya berpikir, bagaimana mungkin ada bunga tumbuh di sekitar sini? Tempat ini penuh polusi kendaraan siang dan malam. "Ah, mungkin aroma ini terbawa angin dari tempat yang jauh" Pikir saya.
Tidak lama setelah wangi bunga itu menghilang, terdengar suara bayi menangis. Suaranya sangat dekat. Saya mulai merasa ada yang tidak beres. Rasa takut menyerang. Tapi saya terus menaiki tangga cepat-cepat.
Tangis bayi itu terus terdengar, makin lama makin kejar. Akhirnya saya tiba di atas jembatan penyeberangan dan mempercepat langkah menuju halte busway. Saya melangkah maju dan berbelok di tengah untuk menuruni tangga.
Di sisi jembatan yang lain, di tangga sebelah timur, saya melihat seorang perempuan berdiri menggendong sesuatu, tampaknya seorang bayi. Rambutnya menjuntai hitam menutupi wajahnya. Kepalanya tertunduk. Kedua tangannya memeluk bayi yang terus merengek-rengek itu.
Jantungku nyaris berhenti. Kakiku seperti menancap di lantai. Darahku seperti berhenti mengalir. Pandanganku tak bisa lepas dari sosok itu. Saya melihat sebuah payung hitam berdiri tegak di samping perempuan itu. Bagaimana payung itu bisa berdiri jika kedua tangan perempuan itu menggendong bayinya?
Saya ingin berlari, tapi tidak bisa. Aroma kembang kembali datang, kali ini bercampur dengan bau amis. Saya mengucap zikir dalam hati. Saya coba berteriak, tapi tidak ada suara yang keluar.
Waktu terasa sangat lama, padahal kejadian ini hanya berlangsung beberapa detik. Setelah mengucap doa, kaki saya bisa kembali melangkah. Saya pun berlari tanpa menoleh lagi. Sesampainya di halte saya segera membangunkan teman saya yang tidur di dalam loket. Dengan nafas terengah-engah, saya mengabarkan apa yang baru saja saya alami.
Teman saya tampak biasa saja. Ia meminta saya istirahat sejenak sambil menunggu bus datang. Setelah membuatkan teh hangat, ia menceritakan pengalamannya selama berjaga di halte ini. Bukan hal yang mengagetkan baginya kalau saya diperlihatkan sosok itu, ucapnya.
Pagi hingga siang saya bekerja seperti biasa. Tapi perasaan saya masih gelisah. Esok harinya badan saya demam dan lemas seharian sehingga saya tidak sanggup beraktivitas.
Sekian.... mohon ijo2nya yach....
Sumber: www.kisah-misteri.info
Kisah nyata ini terjadi sekitar dua tahun lalu sebagaimana saya masih bekerja sebagai petugas TransJakarta. Saya ditempatkan di salah satu shelter busway di daerah Cawang sebagai penjaga pintu turun-naik penumpang. Setiap hari saya bekerja dari waktu 5 pagi hingga 12 siang.
kerja ini sangat menyenangkan karena saya bisa pulang ketika kebanyakan orang masih sibuk bekerja. Hal yang tidak menyenangkan adalah saya harus bangun di pagi buta dan berangkat dalam kondisi yang mengantuk.
Tapi bukankah setiap profesi memiliki kekurangan dan kelebihan? Saya bersyukur masih punya pekerjaan. Berbekal ijazah SMA dan fisik yang sehat, TransJakarta menerima saya sebagai karyawan.
Seperti biasa, pagi itu saya bangun 3 pagi dini hari. Di luar hujan cukup deras, angin bertiup kencang. Cuaca ini membuat saya malas keluar rumah dan memilih untuk melanjutkan tidur.
Tapi saya teringat atasan saya yang galak menetapkan jadwal absensi. Pemotongan gaji dan pemecatan jadi ancaman bagi kami untuk bekerja dengan keras, meski itu sebetulnya tidak sebanding dengan upah yang kami dapat. Pikiran ini membuat saya beranjak dari tempat tidur, mandi, dan bersiap-siap berangkat.
Tepat jam 4 pagi saya menempuh perjalanan. Halte tempat saya bertugas cukup jauh dari rumah. Maka saya harus singgah di shelter terdekat untuk menumpang armada bis yang bisa mengantar saya.
Dengan berjalan kaki dan berbekal jas hujan, saya menempuh hawa dingin. Jalanan sepi tanpa satupun kendaraan. Angin berhembus kencang bersama gerimis. Azan subuh belum berkumandang. Entah kenapa saat itu semua terasa hening.
Tidak seperti biasa. Akhirnya saya tiba di jembatan penyeberangan. Halte busway itu berada di sana. Pohon-pohon besar masih banyak di sekitar sini, membuat tempat ini cukup sejuk dan penuh udara segar ketika siang.
Saya melangkah menaiki tangga jembatan penyeberangan yang gelap. Lampu jalanan banyak yang mati. Hanya ada satu yang berfungsi. Tapi letaknya cukup jauh dari jembatan ini. Saya menggunakan lampu ponsel untuk menerangi jalan supaya tidak terpeleset.
Ketika menginjak anak tangga kelima, saya merasakan semilir angin tiba-tiba datang, bersama wangi aroma melati dan berbagai jenis bunga yang harum-harum. Saya berpikir, bagaimana mungkin ada bunga tumbuh di sekitar sini? Tempat ini penuh polusi kendaraan siang dan malam. "Ah, mungkin aroma ini terbawa angin dari tempat yang jauh" Pikir saya.
Tidak lama setelah wangi bunga itu menghilang, terdengar suara bayi menangis. Suaranya sangat dekat. Saya mulai merasa ada yang tidak beres. Rasa takut menyerang. Tapi saya terus menaiki tangga cepat-cepat.
Tangis bayi itu terus terdengar, makin lama makin kejar. Akhirnya saya tiba di atas jembatan penyeberangan dan mempercepat langkah menuju halte busway. Saya melangkah maju dan berbelok di tengah untuk menuruni tangga.
Di sisi jembatan yang lain, di tangga sebelah timur, saya melihat seorang perempuan berdiri menggendong sesuatu, tampaknya seorang bayi. Rambutnya menjuntai hitam menutupi wajahnya. Kepalanya tertunduk. Kedua tangannya memeluk bayi yang terus merengek-rengek itu.
Jantungku nyaris berhenti. Kakiku seperti menancap di lantai. Darahku seperti berhenti mengalir. Pandanganku tak bisa lepas dari sosok itu. Saya melihat sebuah payung hitam berdiri tegak di samping perempuan itu. Bagaimana payung itu bisa berdiri jika kedua tangan perempuan itu menggendong bayinya?
Saya ingin berlari, tapi tidak bisa. Aroma kembang kembali datang, kali ini bercampur dengan bau amis. Saya mengucap zikir dalam hati. Saya coba berteriak, tapi tidak ada suara yang keluar.
Waktu terasa sangat lama, padahal kejadian ini hanya berlangsung beberapa detik. Setelah mengucap doa, kaki saya bisa kembali melangkah. Saya pun berlari tanpa menoleh lagi. Sesampainya di halte saya segera membangunkan teman saya yang tidur di dalam loket. Dengan nafas terengah-engah, saya mengabarkan apa yang baru saja saya alami.
Teman saya tampak biasa saja. Ia meminta saya istirahat sejenak sambil menunggu bus datang. Setelah membuatkan teh hangat, ia menceritakan pengalamannya selama berjaga di halte ini. Bukan hal yang mengagetkan baginya kalau saya diperlihatkan sosok itu, ucapnya.
Pagi hingga siang saya bekerja seperti biasa. Tapi perasaan saya masih gelisah. Esok harinya badan saya demam dan lemas seharian sehingga saya tidak sanggup beraktivitas.
Sekian.... mohon ijo2nya yach....
Sumber: www.kisah-misteri.info