Di kawasan Asia Tenggara, dinamika perkembangan kekuatan militer *terhadap akuisi MBT masih berlangsung dengan pasti sebagai langkah perimbangan kemampuan strategis. Singapura menjadi negara pertama di Asia Tenggara yang memiliki MBT sejak 1975 berupa tank bekas Centurion Mk3 dan Centurion Mk7 yang dibeli dari India dan dari Israel pada 1993-1994 dengan total sekitar 100 unit. Semua tank Centurion di-upgrade dengan bantuan teknologi Israel. Tank Centurion merupakan MBT buatan Inggris dengan masa produksi dan periode aktif yang sangat panjang mulai dari pasca Perang Dunia II hingga sekarang. Berbobot 52 ton dan diawaki 4 personel, semua Centurion telah di-upgrade senjata utamanya ke meriam Royal Ordnance L7 kaliber 105 mm. Dengan bantuan Israel, Centurion Singapura dimodif dengan mesin dan transmisi baru. Mesin dari Roll Royce Comet diganti dengan mesin diesel Continental AVDS-1790-2A dan transmisi Allison CD850-6. Modifikasi juga melingkupi stabilizer meriam, sistem kontrol tembakan, senapan mesin berat anti-pesawat kaliber 12,7 mm, sistem komunikasi, dan pemasangan bata pelindung aktif ERA Blazer.
Pada akhir 2006, Singapura menambah kekuatan MBT dengan membeli tank Leopard 2A4 bekas dari stok AB Jerman sebanyak 96 unit. AB Jerman melepas surplus cadangan tank Leopard 2 pasca berakhirnya Perang Dingin. Yang dibeli Singapura terdiri dari 66 unit operasional dengan 30 unit cadangan dan perlengkapan pendukung. Di Singapura tank tersebut di-upgrade dengan penambahan zirah (armour) komposit AMAP buatan IBD Deisenroth Engineering Jerman. Leopard 2 adalah MBT andalan Jerman produksi Kraus-Maffei Wegman (KMW) di Muenchen selama dekade 1980-an. Berbobot tempur 55,15 ton untuk tipe Leopard 2A4, diawaki 4 personel, senjata utama meriam Rheinmetall L55 kaliber 120 mm berdaya tembak efektif 4-5 km dengan munisi APFSDS maupun HEAT-Frag namun bisa menembakkan juga rudal anti-tank LAHAT berdaya jangkau lebih dari 6 km. Senjata tambahan senapan mesin MG3A1 kal. 7,62 mm, bermesin diesel MTU 12 silinder MB 873-Ka 501 dengan 2 turbo-charger berdaya 1500 HP. Mesin diesel berdaya besar tersebut mampu menggerakkan Leopard 2 maksimum 68 km/jam menjadikan tank ini sebagai salah satu tank berat bermesin diesel tercepat, hampir menyamai tank M1A2 Abrams yang bermesin turbin gas berdaya sama. Varian 2A4 mendapat perbaikan pada sistem pemadam api otomatis, sistem kendali tembakan digital, dan perkuatan zirah pada turet. Sistem kendali Leopard 2 sangat andal sebagai MBT modern generasi ketiga, memiliki alat bantu penglihatan siang dan malam baik lensa maupun kamera, pencitraan thermal, dan pengukur jarak laser. Memiliki pelindung pasif berupa 4 buah mortar asap Wegman 76 mm dan dispenser asap.
Malaysia mengimbangi langkah Singapura melengkapi armada MBT dengan tank kelas berat pada tahun 2007 dengan membuat order kepada Bumar Labedy Polandia senilai 370 juta Dollar. Terdiri atas 48 unit PT-91M dan 15 unit kendaraan pendukung. Pengiriman batch terakhir tank PT-91M selesai pada 2009. Tank PT-91M pada mulanya merupakan pengembangan dari tank T-72M produksi Polandia, lisensi dari eks-Uni Soviet. Tank PT-91M berbobot tempur 48,5 ton dengan senjata utama meriam 2A46MS kaliber 125 mm, turet memuat 40 butir munisi meriam, kecepatan tembak sebanyak 8-10 tembakan per menit. Senjata tambahan berupa senapan mesin sedang FN MAG 7,62 mm yang koaksial dengan meriam dan senapan mesin berat anti-pesawat FN M2 HB 12,7mm. Berdapur pacu diesel PZL-Wola S-1000R berdaya 1000 HP, sanggup memacu tank maksimum 60 km/jam. Turet dan badan tank dilapisi ERA Erawa untuk menambah perlindungan tank terhadap serangan proyektil HEAT dan misil. Sebanyak 108 keping dipasang di turet, 118 dipasang di badan dan 84 pada masing-masing sisi samping. Tank yang dijuluki Pendekar ini memakai sistem kendali tembakan SAGEM Savan-15, alat bantu penglihatan panoramik optronik SAGEM VIGY 15, sistem navigasi giro-inersia laser SIGMA-30, sistem stablisasi turet EADS EPS72, sistem peringatan laser PCO SSP-1 Obra-3, peluncur granat 81 mm ZM Dezamet 902A. Tank PT-91 M Pendekar melengkapi pasukan elit AB Malaysia Korps Lapis Baja Resimen Ke-11.
Thailand telah memutuskan meng-upgrade armada MBT tua pada September 2011 yang terdiri atas lebih dari 280 unit tank lawas M60A3 dan M48A5 Patton. Tank seri Patton produksi AS merupakan tank kelas menengah dengan bobot sekitar 50 ton dengan senjata utama meriam M68 kaliber 105 mm. Pemerintah Thailand menandatangani kontrak dengan Ukrspecekport senilai 240 juta Dollar untuk pembelian 49 unit tank T-84 Oplot-M atau BM Oplot Ukraina. Tank tersebut merupakan pengembangan dari MBT generasi T-80, tank warisan eks-Uni Soviet. Tank T-80 dirancang oleh Nikolay Popov pada paruh kedua dekade 1960-an. Pabrikan LKZ di Leningrad Rusia mengembangkan T-80 berbasis mesin turbin gas menjadi T-80A dan T-80U. Secara bersamaan biro desain Morozov dengan pabrikan Malyshev di Kiev Ukraina mengembangkan T-80 berbasis mesin diesel menjadi T-80UD. Setelah pecahnya Uni Soviet pada 1991, masing-masing biro desain dan pabrikan terpisah. Ukraina mengembangkan sendiri T-80UD menjadi T-84, T-84U, T-84 Oplot, dan terbaru versi T-84 Oplot-M atau BM Oplot. Tank T-80UD diekspor ke Pakistan sebanyak 320 unit dengan batch pengiriman 1997 hingga 2002. Tank T-84 berbobot tempur sekitar 46 ton, diawaki 3 kru, dengan senjata utama meriam KBA-3 125 mm, turet memuat 43 butir munisi. Senjata tambahan senapan mesin menengah 7,62 mm KT-7.62 koaksial dengan meriam dan senapan mesin berat 12,7 mm KT-12.7 untuk anti-pesawat. Berdapur pacu KMDB 6TD-2 6 silinder berdaya 1200 HP, rasio daya terhadap bobot tank sangat bangus 26 HP/ton, mampu digeber hingga 70 km/jam, salah satu MBT tercepat di dunia. Badan tank dilapisi dengan ERA (Explosive Reactive Armour) Kontakt-5. Tank tersebut dilengkapi dengan Auxiliary Power Unit (APU), alat bantu pencitraan thermal, pengukur jarak laser, otomasi transmisi, sistem kendali tembakan, sistem navigasi dan komunikasi, dan perbaikan pada lapisan baja turet yang dilas. Persaingan dengan produk ekspor tank Rusia menyebabkan Ukraina berusaha mengembangkan komponen tank T-84 secara mandiri atau mencari partner ke pabrikan Eropa lainnya. Hubungan militer Ukraina dengan Thailand sebelumnya sangat erat. Pada tahun 2007 Thailand membeli kendaraan angkut personel BTR-3E1 dari Ukraina sebanyak 96 unit dan pada 2011 sebanyak 121 unit.
Laporan dari sejumlah media mengungkap pembelian unit MBT Myanmar yang tidak diungkap ke publik pada 2002. Dilaporkan ada kesepakatan antara Myanmar dengan Ukrspecekport untuk pengadaan lebih dari 50 unit tank T-72S. Namun ada laporan lain yang menyebut hanya 14 unit T-72S bekas Ukraina saja yang dibeli. Pengapalan mulai tiba di Rangoon pada pertengahan 2003 dan dikirim lewat jalan raya ke kamp militer Bahtoo. Sedangkan untuk AB Vietnam sangat sulit mendapatkan data yang valid tentang pembelian tank T-72.
Armada Main Battle Tank Myanmar, Vietnam, Kamboja, dan Laos *didominasi tank kelas menengah asal Rusia atau Ukraina T-54/55/62 dan tank serupa produksi RRC seperty Type-59/69/79/88. Vietnam memiliki armada MBT kelas menengah terbesar dengan jumlah lebih dari seribu unit yang diretrofit. Tank tua T-55 merupakan tank kelas menengah produksi eks-Uni Soviet yang paling banyak diproduksi dari dekade 1950-an hingaa 1980-an. Berbobot lebih 36 ton dengan senjata utama meriam kaliber 100 mm, pada produksi RRC diganti dengan kaliber 105 mm, versi perbaikan pada T-62 meriam kaliber 115 mm. Senjata tambahan senapan mesin sedang kaliber 7,62 mm koaksial pada meriam dan senapan mesin berat anti-pesawat kaliber 12,7 mm. Memiliki perlindungan Nubika, berdaya mesin di bawah 600 HP, kecepatan maksimum di jalan raya 50 km/jam. Namun untuk era sekarang tank-tank tersebut memiliki perlindungan lapisan baja yang lemah. Sejumlah modifikasi dengan menambah lempengan ERA untuk menambah kekuatan zirahnya.
Australia pada 2006 mengganti armada MBT lamanya Leopard AS1 dengan 59 unit tank M1A1. Keandalan tank Abrams moncer sejak Operasi Badai Gurun 1991. Tank Abrams versi Australia bermesin diesel menggantikan mesin turbin gas dan minus lapisan baja DU (Dlepeted Uranium). Pada saat ini negara besar yang di kawasan Asia Tenggara yang sama sekali tidak memiliki armada Main Battle Tank tinggal Indonesia dan Filipina. Filipina sudah lama mewarisi konflik internal yang menguras sumber daya dan dililit kesulitan finansial. Sedangkan Indonesia masih berpandangan doktrin dan strategi yang masih mengesampingkan kebutuhan tank tempur utama. Di samping kondisi geografis dan infrastruktur transportasi yang tidak mendukung operasional tank kelas berat maupun kelas menengah.
Tank PT-76
Dari era Orde Lama hingga Orde baru tank AB Indonesia berupa tank kelas ringan dari generasi PT-76 Rusia hingga AMX-13 Perancis dan FV-101 Scorpion Inggris. Tank PT-76 masih aktif di AL, tank ringan berkemampuan amfibi, sudah mengalami modifikasi mesin dan meriam kaliber 90 mm dari laras kaliber 76,2 mm. Berbobot sekitar 14 ton dengan senjata tambahan sebuah senapan mesin ringan kaliber 7,62 m yang koaksial dengan meriam pada turet* atau bisa juga dipasang senapan mesin berat anti-pesawat pada kupola komandan, tank ini diawaki 3 personel. Pada masa Orde Lama ada hingga 170 unit tank PT-76B.
Sedangkan yang terbaru FV-101 Scorpion-90 dibeli pada 1995 sebanyak 35 unit dan pada 1997 sebanyak 45 unit. Tank ringan ini berbobot tempur 8,7 ton, diawaki 3 personel, senjata utama meriam Cockerill Mk III kaliber 90 mm. Senjata tambahan sebuah senapan mesin sedang L43A1 kaliber 7,62 mm yang koaksial dengan meriam di turet. Berdapur mesin diesel Cummins BTA 5,9 Litre berdaya 190 HP dengan kecepatan maksimum 72,5 km/jam. Armada terbesar tank ringan AD Indonesia adalah AMX-13 Perancis yang dibeli dari Belanda. Sebanyak 130 unit AMX-13/150 dimiliki AD berupa tank tempur dengan meriam kaliber 105 mm bekas AB Belanda dibeli pada 1980. Versi self-propelled gun AMX-13 Mk-61 sebanyak 50 unit bekas AB Belanda juga dibeli pada 1984. Tank AMX-13 berbobotg tempur 14,5 ton, diawaki 3 kru, senjata tambahan berupa senapan mesin kaliber 7,62 mm yang koaksial dengan meriam di turet.
Kenyataan tantangan global selain fakta bahwa MBT merupakan elemen penting dalam struktur kekuatan angkatan bersenjata modern tidak bisa dielakkan begitu saja oleh pemerintah Indonesia. Kebutuhan MBT bagi militer profesional akan makin mengasah keterampilan dan kemampuan dalam mengikuti perkembangan alutsista tank dan mengimbangi kehadiran MBT terutama tank kelas berat di negara-negara sekitar Indonesia. Memang harus diakui kondisi geografis dan sistem transportasi membatasi ruang gerak MBT di Indonesia. Wilayah yang mampu menopang manuver MBT terbatas pada kota-kota besar, wilayah datar dan terbuka dengan daya dukung struktur tanah terbatas pada sebagian kecil pulau Jawa, Sumatera, dan pulau Timor saja. Tetapi pengalaman negara lain mengajarkan peran MBT dalam perang kota. Setidaknya AB Indonesia selayaknya memiliki armada MBT meskipun dalam jumlah terbatas untuk tugas-tugas tertentu seperti pelatihan dan pengembangan, misi pasukan penjaga Pedamaian PBB.