thombol
Calon Suhu Semprot
Permisi... para Suhu berikut kembali nubie share thread
Negeri ini memang kaya dengan Mitos. Kemarin ada berita tentang mitos keajaiban Sungai Manggauling di Desa Baring, Kecamatan Segeri, Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan. Beberapa hari ini sungai itu ramai dikunjungi warga.
Ternyata, mitosnya sungai itu memiliki keajaiban bisa menyembuhkan berbagai penyakit. Selain mitos Sungai Manggauling, di Indonesia masih banyak mitos-mitos lain tentang sungai-sungai. Contoh lain adalah mitos ikan sakti di sungai yang mengalir di bawah Gua Ngerong, Tuban, Jawa Timur.
Selain dua mitos itu, masih ada banyak lagi mitos dan 'keajaiban' sungai-sungai di Indonesia. Berikut ini beberapa di antaranya yang dirangkum dari berbagai sumber:
1.Sungai di Gua Ngerong Tuban
Sungai ini mengalir dari dalam Gua Ngerong di Kecamatan Ngerengel, Kabupaten Tuban, Jawa Timur. Di dalam sungai itu ada banyak ikan hilir mudik berbagai jenis dan ukuran.
Namun masyarakat setempat melarang orang-orang memancing atau menjala ikan di sungai itu. Wisatawan yang datang ke sana juga tak ada yang berani mengusik sebab masyarakat setempat mengeramatkan ikan-ikan tersebut.
Konon, bila ada yang berani melanggar pantangan itu, diyakini orang itu akan segera mendapat musibah. Hanya ikan-ikan yang melewati daerah batas jembatan yang diizinkan untuk diambil oleh warga dan dikonsumsi. Mitos ini seolah menjadi pagar betis alami yang melindungi kelestarian ikan-ikan tersebut.
2.Sungai Manggauling
Sebuah sungai di Desa Baring, Kecamatan Segeri, Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan, beberapa hari ini ramai dikunjungi warga dari berbagai daerah.
Sungai itu memiliki mitos bisa menyembuhkan berbagai penyakit. Seperti dikatakan petugas jaga Polsek Segeri, Bripka Seradi saat dihubungi.
"Oo itu iya memang ramai. Tapi kalau sungai ajaib sepertinya belum tentu, belum tentu benar. Tapi memang ramai sekali, coba dicek ke sana," ujarnya singkat.
Seradi menjelaskan, sungai itu namanya Salo Mangguliling. Warga di sana percaya sungai itu memiliki keajaiban menyembuhkan penyakit.
Sungai Mangguliling ini berada di sebuah dusun di Desa Baring, Kecamatan Segeri, Kabupaten Pangkep. Jaraknya kurang lebih 100 km sebelah utara dari Kota Makassar.
Konon, pengunjung yang datang ke sana karena telah putus asa dengan penyakit yang mereka idap. Di sungai itu mereka lalu berendam, dan percaya bakal mendapat keajaiban disembuhkan dari berbagai penyakit.
3.Gelombong Bono di Sungai Kampar
Secara ilmiah, gelombang bono merupakan salah satu peristiwa alam yang cukup langka dan jarang terjadi. Di sungai itu anda bakal menyaksikan sebuah gelombang besar seperti terjadi di tengah laut. Namun ini berbeda, sebab gelombang ini terjadi di sebuah sungai air tawar.
Gelombang bono terjadi diakibatkan benturan tiga arus air yang berasal dari Selat Malaka, Laut China Selatan dan Aliran air Sungai Kampar. Akibat benturan ini, menjadikan gelombang air di muara Sungai Kampar bisa mencapai ketinggian 4-5 meter. Kondisi itu merupakan fenomena ilmiah.
Namun tahukah Anda, masyarakat sekitar memiliki cerita-cerita dongeng yang istimewa terkait dengan adanya gelombang bono itu?
Warga setempat percaya, gelombang bono di Sungai Kampar adalah bono jantan, sementara bono betinanya berada di Sungai Rokan, dekat dengan Kota Bagansiapiapi. Bono di Kuala Kampar tersebut berjumlah tujuh ekor, dimana bentuknya serupa kuda yang biasa disebut dengan induk bono.
Pada musim pasang mati, bono ini akan pergi ke Sungai Rokan untuk menemui bono betina. Kemudian bersantai menuju ke Selat Malaka. Itulah sebabnya ketika bulan kecil dan pasang mati, bono tidak ditemukan di kedua sungai tersebut. Jika bulan mulai besar, kembalilah bono ke tempat masing-masing, lalu bermain di Sungai Kampar dan Sungai Rokan.
Bagi warga Kuala Kampar, bono sudah mereka kenal sejak kecil. Sebab itulah tidak aneh bila anak-anak, remaja dan juga orang dewasa menganggap bono sebagai sahabatnya, tempat mereka bermain ketangkasan menunggangi Bono (Bekudo Bono) menggunakan sampan kecil.
4.Mitos angker sungai di bawah Jembatan Sewo
Bagi anda yang kerap melewati jalur Pantura, pasti bakal melewati jembatan Sewo. Jangan kaget, di sana anda bakal melihat pemandangan belasan orang, mulai anak-anak hingga dewasa memegang sapu berharap uang dilempar oleh para pengendara yang melintasi jembatan. Ketika uang dilempar, mereka bakal berebut menyapu uang itu ke pinggir jalan, lalu memungutnya.
Jembatan Sewo berada di perbatasan Kabupaten Subang-Indramayu, keduanya masuk wilayah Jawa Barat, tepatnya jembatan penghubung Kecamatan Pamanukan, Kabupaten Subang dan Kecamatan Sukra, Kabupaten Indramayu. Jembatan dibangun dua jalur dari arah barat ke timur dan jalur satu lagi arah sebaliknya.
Konon, menurut cerita mitos warga setempat, sungai di bawah Jembatan itu dihuni makhluk halus, mulai dari kuntilanak, siluman buaya putih, sampai cerita tentang nyai ronggeng. Tidak jelas mulai kapan kebiasaan sopir melempar uang itu dilakukan. Tapi ada yang bilang sejak zaman Belanda.
"Kebiasaan itu sudah lama, sejak dulu zaman kakek-nenek saya. Dulu jembatannya masih jelek, sopir membuang uang ke sungai, makanya dinamakan jembatan Sewo. Para sopir melempar uang agar selamat, tidak diganggu makhluk halus," kata Saadah, perempuan 60 tahun, warga setempat.
Menurut Saadah, warga percaya, di antara belasan orang pemegang sapu yang mengais uang di jembatan itu, salah satunya merupakan makhluk halus penghuni jembatan, sisanya warga sekitar. Saadah sudah tinggal sejak awal tahun 70-an di pinggir jalan, yang berjarak sekitar 30 meter dari jembatan itu. Dia kerap menyaksikan banyak kecelakaan di sana.
5.Mitos ular naga di Sungai Mahakam
Kisah ini dipercayai warga di pedalaman hutan Kalimantan. Mereka percaya bahwa di Sungai Mahakam yang membelah hutan-hutan di Kalimantan dihuni oleh ular berkepala mirip lembu atau kerbau. Di kawasan Serawak disebut Nabau, atau di pedalaman Mahakam dan Kutai Kartanegara di sebut Ular Naga Lembu.
Entah cerita itu benar atau tidak, tapi pada Februari 2009 lalu muncul foto dari udara yang diunggah ke internet tentang penampakan ular raksasa meliuk-liuk di sebelah sungai sebelah utara Kalimantan. Kemudian pada 29 Januari 2010, warga Kutai Barat digemparkan dengan munculnya sepasang ular besar meliuk-liuk di Sungai Mahakam.
Maka wajar bila kemudian Sungai Mahakam di pedalaman hutan Kalimantan ini dijadikan sebagai setting film berjudul: Anaconda pada 1990-an.
6.Ikan sakti di Sungai Janiah di Sumbar
Ada sebuah mitos aneh di Sungai Janiah, Kabupaten Agam, Sumatera barat, yakni kisah tentang ikan sakti. Mitosnya, barang siapa saja yang memakan ikan sakti ini akan tertimpa musibah. Mitos yang berkembang? turun temurun ini ternyata menjadi daya tarik wisatawan, sebab banyak orang penasaran.
Konon, asal mula ikan sakti di Sungai Janiah merupakan penjelmaan anak manusia dan anak jin yang telah dikutuk oleh Tuhan, karena kedua makhluk yang berlainan alam ini telah melanggar janji yang telah mereka sepakati. Kisah ini dikenal sebagai cerita Sutan Basa dan jin.
7. Mitos Angker Kali Pemali Brebes
Siapa nyana, dibalik tenangnya arus sungai Pemali yang membelah kota bawang ternyata menyimpan kisah misteri yang menjadi mitos di kalangan masyarakat. Konon, setiap tahun, mahluk halus penunggu sungai tersebut salalu meminta tumbal sebagaimana kepercayaan masyarakat sekitar.
Kepercayaan dogmatis teologis, hidup dan mati sudah digariskan oleh Tuhan, sang penguasa alam. Maut akan mendatangi setiap yang bernyawa sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan Tuhan. Tak ada satu mahlukpun yang bisa menahan, apalagi menolaknya. Tidak pula maut itu bisa dipercepat atas kehendak manusia. Hakikatnya, mati tidak bisa diakhirkan atau didahulukan..(Laa yastakhiruun walaa tastaqdimuun. Demikian bunyi sebuah wahyu.
Tapi, bentuk kematian yang datang secara tiba-tiba, disertai dengan serentetan peristiwa kadang kurang bisa diterima banyak kalangan. Seperti halnya meninggal dengan cara tenggelam di sungai Pemali Brebes. Korban ini ada yang mengaitkan dengan mitos mistis. Apalagi, kerap terjadi insiden serupa. Mahluk halus yang disebut-sebut sebagai penghuni sungai Pemali, Lembudana-Lembudini, Buaya Putih dan sebangsanya sudah terlanjur menjadi mitos turun temurun. Warga yang kebetulan meninggal tenggelam di sungai-sungai tersebut, oleh sebagian kalangan dikait-kaitkan dengan keberadaan mahluk imaginer tersebut.
Sebagian warga Desa Dumeling Kecamatan Wanasari yang berada dibantara sungai Pemali, misalnya, sebelum ada kejadian korban tenggelam akan ada isyarat-isyarat mistis tertentu. "Biasanya, warga percaya dan tahu akan ada korban di sungai Pemali. Ada isyarat mistis dari sang penunggu, warga disini menyebut penunggunya Lembudana-Lembudini, yang dipercaya sebagai sepasang mahluk halus di sungai Pemali Dumeling. Sebelum ada kejadian biasanya ada riak-riak air yang aneh, atau penampakan buaya putih. Entah ini menjadi mitos warga sekitar," tutur Zaki Saefrudin (30), warga Dumeling.
Menurut kepercayaan sebagian warga, kata Zaki, Lembudana-Lembudini digambarkan sebagai mahluk halus berwujud ular yang berkepala kerbau. Dia mendiami aliran Pemali Desa Dumeling hingga Desa Kertabesuki, Wanasari. "Selain ada Lembudana-Lembudini, konon di sepanjang Pemali dari Pengempon Brebes juga ada mahluk buaya putih. Kalau kalau yang di Matras (tempat tenggelamnya 3 bocah-red) disebut-sebut sebagai pasar gaib tempat transaksi dan kumpulnya para jin dan mahluk halus lainnya," katanya menggambar mitos yang berkembang.
Dia melanjutkan, setiap tahunnya, penunggu sungai Pemali juga diyakini warga meminta korban jiwa sebagai tumbal. Tapi, korban tersebut, bisanya bukan warga pribumi atau penduduk lokal, melainkan warga dari luar desa. "Percaya atau tidak yang meninggal tenggelam itu orang luar desa. Belum ada sejarahnya warga Dumeling yang berada di sebelah timur jalan menjadi korban. Konon, dahulu leluhur Dumeling berkelahi dan berhasil mengalahkan penunggu sungai. Mereka kemudian membuat kesepakatan untuk tidak mengambil korban warga lokal," tutur Zaki.
Begitu juga dengan insiden tenggelamnya 3 bocah tersebut, lanjut dia, menjadikan mitos masyarakat semakin menguat. Sebab, kebetulan yang meninggal itu bukan warga setempat. Selain itu, beberapa hari sebelumnya warga juga membicarakan isu akan ada 3 korban setelah Lebaran. "Mitos itu terjadi dan susah dicerna akal. kalau melihat kondisi sungai sebetulnya hanya selutut saja karena sedang musim kemarau. Anak saya saja yang kecil biasa bermain di situ tidak apa-apa. Tapi, nyatanya 3 anak malah tenggelam, menurut yang mengevakuasi karena terperosok, ada lubang gaib sedalam 7 meter. Wallahu a'lam sajalah saya," cetus dia.
KOSMOLOGI ALAM
Anggapan sungai memiliki sisi mistis yang dikeramatkan, ternyata tidak hanya berlaku bagi sungai Pemali Brebes. Nyaris semua sungai di nusantara, khususnya di pulau Jawa, menyimpan mitos angker yang melingkupinya. Sistem kepercayaan sebagian masyarakat ini, suadh berlangsung sejak ratusan silam.
Budayawan pantura yang juga penikmat sejarah, Wijanarto SPd menyebut mitos-mitos mistis yang berkembang di masyarakat Jawa sebagai ekspresi budaya yang lumrah sebagai bagian dari kosmologi alam. "Selain gunung dan laut, sungai juga menjadi sumber mitologi kuat bagi kalangan masyarakat, khususnya di Jawa. Bahkan ada ritua-ritual rutin sejenis sesembahan bagi sungai. Termasuk juga anggapan angker sungai Pemali Brebes," tuturnya, kemarin.
Sungai, kata Wijanarto, memilki kaitan sejarah yang kuat dengan budaya masyarakat nusantara jaman dahulu. Bahkan, setiap kerajaan besar selalu menjadikan sungai sebagai tumpuan utama ekspansi peradaban. Proses itu, kemudian berperan serta dalam membentuk hydrology culture (budaya hidrologi). "Sedang sungai Pemali, berasal pelacakan sejarah sementara berasal dari kata cai (air) Pamali (kasar, larangan-red) sebagaimana dikisahnya babad Pakuwon, pertempuran antara Ciung Wanara dan Arya Bangah," katanya.
Aroma mistis sungai Pemali, lanjutnya, juga muncul dalam legenda cerita rakyat Brebes, tempat ditemukannya kulit oleh seorang pemuda pelatik Bupati Brebes yang kemudian kini disebut dengan Jaka Poleng. Di samping itu, hydrologi culture yang berkembang itu kemudian juga membentuk pencitraan adanya tokoh-tokoh mahluk halus yang menjadi mitos sebagai penghuni sungai Pemali lainnya. "Benar atau tidaknya mitos angker tersebut belum pernah dibuktikan secara ilmiah. Namun di sisi lain, ekspresi budaya masyarakat juga susah untuk dihilangkan karena sudah turun temurun hingga menjadi khazanah tersendiri," paparnya.
Bagi kalangan agamawan, keberadaan mahluk gaib itu menjadi bagian rukun Iman. Selain manusia, di jagad ini juga ada mahluk lain yang kasat mata, yaitu malaikat dan Jin. Namun demikian, baik dan buruk serta keadaan ini atas kehendak Allah SWT sang pencipta mahluk. Maha Kuasa atas segala-galanya. Jika percaya pada selain Allah bisa jadi musyrik. Pun juga dengan mitos keramat Sungai Pemali, jangan sampai membuat terjerumus kepada kemusyrikan. Tuhan lah Sutradara utama diantara sutradara lain.
Sekian Info dari Nubie.... semoga Para Suhu menambah khasanah info misteri yach
Negeri ini memang kaya dengan Mitos. Kemarin ada berita tentang mitos keajaiban Sungai Manggauling di Desa Baring, Kecamatan Segeri, Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan. Beberapa hari ini sungai itu ramai dikunjungi warga.
Ternyata, mitosnya sungai itu memiliki keajaiban bisa menyembuhkan berbagai penyakit. Selain mitos Sungai Manggauling, di Indonesia masih banyak mitos-mitos lain tentang sungai-sungai. Contoh lain adalah mitos ikan sakti di sungai yang mengalir di bawah Gua Ngerong, Tuban, Jawa Timur.
Selain dua mitos itu, masih ada banyak lagi mitos dan 'keajaiban' sungai-sungai di Indonesia. Berikut ini beberapa di antaranya yang dirangkum dari berbagai sumber:
1.Sungai di Gua Ngerong Tuban
Sungai ini mengalir dari dalam Gua Ngerong di Kecamatan Ngerengel, Kabupaten Tuban, Jawa Timur. Di dalam sungai itu ada banyak ikan hilir mudik berbagai jenis dan ukuran.
Namun masyarakat setempat melarang orang-orang memancing atau menjala ikan di sungai itu. Wisatawan yang datang ke sana juga tak ada yang berani mengusik sebab masyarakat setempat mengeramatkan ikan-ikan tersebut.
Konon, bila ada yang berani melanggar pantangan itu, diyakini orang itu akan segera mendapat musibah. Hanya ikan-ikan yang melewati daerah batas jembatan yang diizinkan untuk diambil oleh warga dan dikonsumsi. Mitos ini seolah menjadi pagar betis alami yang melindungi kelestarian ikan-ikan tersebut.
2.Sungai Manggauling
Sebuah sungai di Desa Baring, Kecamatan Segeri, Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan, beberapa hari ini ramai dikunjungi warga dari berbagai daerah.
Sungai itu memiliki mitos bisa menyembuhkan berbagai penyakit. Seperti dikatakan petugas jaga Polsek Segeri, Bripka Seradi saat dihubungi.
"Oo itu iya memang ramai. Tapi kalau sungai ajaib sepertinya belum tentu, belum tentu benar. Tapi memang ramai sekali, coba dicek ke sana," ujarnya singkat.
Seradi menjelaskan, sungai itu namanya Salo Mangguliling. Warga di sana percaya sungai itu memiliki keajaiban menyembuhkan penyakit.
Sungai Mangguliling ini berada di sebuah dusun di Desa Baring, Kecamatan Segeri, Kabupaten Pangkep. Jaraknya kurang lebih 100 km sebelah utara dari Kota Makassar.
Konon, pengunjung yang datang ke sana karena telah putus asa dengan penyakit yang mereka idap. Di sungai itu mereka lalu berendam, dan percaya bakal mendapat keajaiban disembuhkan dari berbagai penyakit.
3.Gelombong Bono di Sungai Kampar
Secara ilmiah, gelombang bono merupakan salah satu peristiwa alam yang cukup langka dan jarang terjadi. Di sungai itu anda bakal menyaksikan sebuah gelombang besar seperti terjadi di tengah laut. Namun ini berbeda, sebab gelombang ini terjadi di sebuah sungai air tawar.
Gelombang bono terjadi diakibatkan benturan tiga arus air yang berasal dari Selat Malaka, Laut China Selatan dan Aliran air Sungai Kampar. Akibat benturan ini, menjadikan gelombang air di muara Sungai Kampar bisa mencapai ketinggian 4-5 meter. Kondisi itu merupakan fenomena ilmiah.
Namun tahukah Anda, masyarakat sekitar memiliki cerita-cerita dongeng yang istimewa terkait dengan adanya gelombang bono itu?
Warga setempat percaya, gelombang bono di Sungai Kampar adalah bono jantan, sementara bono betinanya berada di Sungai Rokan, dekat dengan Kota Bagansiapiapi. Bono di Kuala Kampar tersebut berjumlah tujuh ekor, dimana bentuknya serupa kuda yang biasa disebut dengan induk bono.
Pada musim pasang mati, bono ini akan pergi ke Sungai Rokan untuk menemui bono betina. Kemudian bersantai menuju ke Selat Malaka. Itulah sebabnya ketika bulan kecil dan pasang mati, bono tidak ditemukan di kedua sungai tersebut. Jika bulan mulai besar, kembalilah bono ke tempat masing-masing, lalu bermain di Sungai Kampar dan Sungai Rokan.
Bagi warga Kuala Kampar, bono sudah mereka kenal sejak kecil. Sebab itulah tidak aneh bila anak-anak, remaja dan juga orang dewasa menganggap bono sebagai sahabatnya, tempat mereka bermain ketangkasan menunggangi Bono (Bekudo Bono) menggunakan sampan kecil.
4.Mitos angker sungai di bawah Jembatan Sewo
Bagi anda yang kerap melewati jalur Pantura, pasti bakal melewati jembatan Sewo. Jangan kaget, di sana anda bakal melihat pemandangan belasan orang, mulai anak-anak hingga dewasa memegang sapu berharap uang dilempar oleh para pengendara yang melintasi jembatan. Ketika uang dilempar, mereka bakal berebut menyapu uang itu ke pinggir jalan, lalu memungutnya.
Jembatan Sewo berada di perbatasan Kabupaten Subang-Indramayu, keduanya masuk wilayah Jawa Barat, tepatnya jembatan penghubung Kecamatan Pamanukan, Kabupaten Subang dan Kecamatan Sukra, Kabupaten Indramayu. Jembatan dibangun dua jalur dari arah barat ke timur dan jalur satu lagi arah sebaliknya.
Konon, menurut cerita mitos warga setempat, sungai di bawah Jembatan itu dihuni makhluk halus, mulai dari kuntilanak, siluman buaya putih, sampai cerita tentang nyai ronggeng. Tidak jelas mulai kapan kebiasaan sopir melempar uang itu dilakukan. Tapi ada yang bilang sejak zaman Belanda.
"Kebiasaan itu sudah lama, sejak dulu zaman kakek-nenek saya. Dulu jembatannya masih jelek, sopir membuang uang ke sungai, makanya dinamakan jembatan Sewo. Para sopir melempar uang agar selamat, tidak diganggu makhluk halus," kata Saadah, perempuan 60 tahun, warga setempat.
Menurut Saadah, warga percaya, di antara belasan orang pemegang sapu yang mengais uang di jembatan itu, salah satunya merupakan makhluk halus penghuni jembatan, sisanya warga sekitar. Saadah sudah tinggal sejak awal tahun 70-an di pinggir jalan, yang berjarak sekitar 30 meter dari jembatan itu. Dia kerap menyaksikan banyak kecelakaan di sana.
5.Mitos ular naga di Sungai Mahakam
Kisah ini dipercayai warga di pedalaman hutan Kalimantan. Mereka percaya bahwa di Sungai Mahakam yang membelah hutan-hutan di Kalimantan dihuni oleh ular berkepala mirip lembu atau kerbau. Di kawasan Serawak disebut Nabau, atau di pedalaman Mahakam dan Kutai Kartanegara di sebut Ular Naga Lembu.
Entah cerita itu benar atau tidak, tapi pada Februari 2009 lalu muncul foto dari udara yang diunggah ke internet tentang penampakan ular raksasa meliuk-liuk di sebelah sungai sebelah utara Kalimantan. Kemudian pada 29 Januari 2010, warga Kutai Barat digemparkan dengan munculnya sepasang ular besar meliuk-liuk di Sungai Mahakam.
Maka wajar bila kemudian Sungai Mahakam di pedalaman hutan Kalimantan ini dijadikan sebagai setting film berjudul: Anaconda pada 1990-an.
6.Ikan sakti di Sungai Janiah di Sumbar
Ada sebuah mitos aneh di Sungai Janiah, Kabupaten Agam, Sumatera barat, yakni kisah tentang ikan sakti. Mitosnya, barang siapa saja yang memakan ikan sakti ini akan tertimpa musibah. Mitos yang berkembang? turun temurun ini ternyata menjadi daya tarik wisatawan, sebab banyak orang penasaran.
Konon, asal mula ikan sakti di Sungai Janiah merupakan penjelmaan anak manusia dan anak jin yang telah dikutuk oleh Tuhan, karena kedua makhluk yang berlainan alam ini telah melanggar janji yang telah mereka sepakati. Kisah ini dikenal sebagai cerita Sutan Basa dan jin.
7. Mitos Angker Kali Pemali Brebes
Siapa nyana, dibalik tenangnya arus sungai Pemali yang membelah kota bawang ternyata menyimpan kisah misteri yang menjadi mitos di kalangan masyarakat. Konon, setiap tahun, mahluk halus penunggu sungai tersebut salalu meminta tumbal sebagaimana kepercayaan masyarakat sekitar.
Kepercayaan dogmatis teologis, hidup dan mati sudah digariskan oleh Tuhan, sang penguasa alam. Maut akan mendatangi setiap yang bernyawa sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan Tuhan. Tak ada satu mahlukpun yang bisa menahan, apalagi menolaknya. Tidak pula maut itu bisa dipercepat atas kehendak manusia. Hakikatnya, mati tidak bisa diakhirkan atau didahulukan..(Laa yastakhiruun walaa tastaqdimuun. Demikian bunyi sebuah wahyu.
Tapi, bentuk kematian yang datang secara tiba-tiba, disertai dengan serentetan peristiwa kadang kurang bisa diterima banyak kalangan. Seperti halnya meninggal dengan cara tenggelam di sungai Pemali Brebes. Korban ini ada yang mengaitkan dengan mitos mistis. Apalagi, kerap terjadi insiden serupa. Mahluk halus yang disebut-sebut sebagai penghuni sungai Pemali, Lembudana-Lembudini, Buaya Putih dan sebangsanya sudah terlanjur menjadi mitos turun temurun. Warga yang kebetulan meninggal tenggelam di sungai-sungai tersebut, oleh sebagian kalangan dikait-kaitkan dengan keberadaan mahluk imaginer tersebut.
Sebagian warga Desa Dumeling Kecamatan Wanasari yang berada dibantara sungai Pemali, misalnya, sebelum ada kejadian korban tenggelam akan ada isyarat-isyarat mistis tertentu. "Biasanya, warga percaya dan tahu akan ada korban di sungai Pemali. Ada isyarat mistis dari sang penunggu, warga disini menyebut penunggunya Lembudana-Lembudini, yang dipercaya sebagai sepasang mahluk halus di sungai Pemali Dumeling. Sebelum ada kejadian biasanya ada riak-riak air yang aneh, atau penampakan buaya putih. Entah ini menjadi mitos warga sekitar," tutur Zaki Saefrudin (30), warga Dumeling.
Menurut kepercayaan sebagian warga, kata Zaki, Lembudana-Lembudini digambarkan sebagai mahluk halus berwujud ular yang berkepala kerbau. Dia mendiami aliran Pemali Desa Dumeling hingga Desa Kertabesuki, Wanasari. "Selain ada Lembudana-Lembudini, konon di sepanjang Pemali dari Pengempon Brebes juga ada mahluk buaya putih. Kalau kalau yang di Matras (tempat tenggelamnya 3 bocah-red) disebut-sebut sebagai pasar gaib tempat transaksi dan kumpulnya para jin dan mahluk halus lainnya," katanya menggambar mitos yang berkembang.
Dia melanjutkan, setiap tahunnya, penunggu sungai Pemali juga diyakini warga meminta korban jiwa sebagai tumbal. Tapi, korban tersebut, bisanya bukan warga pribumi atau penduduk lokal, melainkan warga dari luar desa. "Percaya atau tidak yang meninggal tenggelam itu orang luar desa. Belum ada sejarahnya warga Dumeling yang berada di sebelah timur jalan menjadi korban. Konon, dahulu leluhur Dumeling berkelahi dan berhasil mengalahkan penunggu sungai. Mereka kemudian membuat kesepakatan untuk tidak mengambil korban warga lokal," tutur Zaki.
Begitu juga dengan insiden tenggelamnya 3 bocah tersebut, lanjut dia, menjadikan mitos masyarakat semakin menguat. Sebab, kebetulan yang meninggal itu bukan warga setempat. Selain itu, beberapa hari sebelumnya warga juga membicarakan isu akan ada 3 korban setelah Lebaran. "Mitos itu terjadi dan susah dicerna akal. kalau melihat kondisi sungai sebetulnya hanya selutut saja karena sedang musim kemarau. Anak saya saja yang kecil biasa bermain di situ tidak apa-apa. Tapi, nyatanya 3 anak malah tenggelam, menurut yang mengevakuasi karena terperosok, ada lubang gaib sedalam 7 meter. Wallahu a'lam sajalah saya," cetus dia.
KOSMOLOGI ALAM
Anggapan sungai memiliki sisi mistis yang dikeramatkan, ternyata tidak hanya berlaku bagi sungai Pemali Brebes. Nyaris semua sungai di nusantara, khususnya di pulau Jawa, menyimpan mitos angker yang melingkupinya. Sistem kepercayaan sebagian masyarakat ini, suadh berlangsung sejak ratusan silam.
Budayawan pantura yang juga penikmat sejarah, Wijanarto SPd menyebut mitos-mitos mistis yang berkembang di masyarakat Jawa sebagai ekspresi budaya yang lumrah sebagai bagian dari kosmologi alam. "Selain gunung dan laut, sungai juga menjadi sumber mitologi kuat bagi kalangan masyarakat, khususnya di Jawa. Bahkan ada ritua-ritual rutin sejenis sesembahan bagi sungai. Termasuk juga anggapan angker sungai Pemali Brebes," tuturnya, kemarin.
Sungai, kata Wijanarto, memilki kaitan sejarah yang kuat dengan budaya masyarakat nusantara jaman dahulu. Bahkan, setiap kerajaan besar selalu menjadikan sungai sebagai tumpuan utama ekspansi peradaban. Proses itu, kemudian berperan serta dalam membentuk hydrology culture (budaya hidrologi). "Sedang sungai Pemali, berasal pelacakan sejarah sementara berasal dari kata cai (air) Pamali (kasar, larangan-red) sebagaimana dikisahnya babad Pakuwon, pertempuran antara Ciung Wanara dan Arya Bangah," katanya.
Aroma mistis sungai Pemali, lanjutnya, juga muncul dalam legenda cerita rakyat Brebes, tempat ditemukannya kulit oleh seorang pemuda pelatik Bupati Brebes yang kemudian kini disebut dengan Jaka Poleng. Di samping itu, hydrologi culture yang berkembang itu kemudian juga membentuk pencitraan adanya tokoh-tokoh mahluk halus yang menjadi mitos sebagai penghuni sungai Pemali lainnya. "Benar atau tidaknya mitos angker tersebut belum pernah dibuktikan secara ilmiah. Namun di sisi lain, ekspresi budaya masyarakat juga susah untuk dihilangkan karena sudah turun temurun hingga menjadi khazanah tersendiri," paparnya.
Bagi kalangan agamawan, keberadaan mahluk gaib itu menjadi bagian rukun Iman. Selain manusia, di jagad ini juga ada mahluk lain yang kasat mata, yaitu malaikat dan Jin. Namun demikian, baik dan buruk serta keadaan ini atas kehendak Allah SWT sang pencipta mahluk. Maha Kuasa atas segala-galanya. Jika percaya pada selain Allah bisa jadi musyrik. Pun juga dengan mitos keramat Sungai Pemali, jangan sampai membuat terjerumus kepada kemusyrikan. Tuhan lah Sutradara utama diantara sutradara lain.
Sekian Info dari Nubie.... semoga Para Suhu menambah khasanah info misteri yach
Terakhir diubah: