Obat Psikotropika adalah
merupakan suatu zat atau obat, baik alamiah
maupun sintetis bukan narkotika, yang
berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif
pada susunan saraf pusat yang menyebabkan
perubahan khas pada aktivitas mental dan
perilaku.
Ketiga pasien yang saya contoh di atas hanya
gambaran kecil dari ratusan pasien pengguna
obat penenang yang setiap hari saya temui di
apotek saya. Dari data yang saya dapatkan di
apotek saya, tahun demi tahun terjadi
peningkatan yang signifikan pada peresepan
golongan obat penenang ini. Tentunya ini bukan
merupakan khabar yang baik karena terjadinya
penurunan kualitas dari sumber daya manusia
itu sendiri. Sebagai gambaran di apotek saya
dalam satu hari saja sekitar 25% 30 % resep
yang diterima adalah golongan obat penenang
baik dalam bentuk sediaan tunggal maupun
dalam bentuk kombinasi dengan obat lain.
Data lain yang saya dapatkan adalah menurut
hasil Puslitbang Farmasi BPPK Depkes RI tahun
1980 di Jakarta ± 10 % dari resep apotek swasta.
Data rumah sakit yang didapat tahun 1983 untuk
Rumah sakit tipe C yaitu RSU Tasik, RSU Serang,
RSU Koja dengan sampel resep yang diambil
dalam kurun waktu 12 bulan. Pengumpulan
sampel pada waktu itu didapat 5225 lembar
resep rawat jalan. Setelah diklasifikasi, diperoleh
1582 lembar resep psikotropika (30,3 %) yang
mengandung 1127 item obat golongan
psikotropika sediaan tunggal. Sediaan tunggal
golongan benzodiazepin diperoleh sebanyak 475
item atau 42,1 % dari jumlah item psikotropika.
Bila dirinci lebih lanjut ternyata diazepam
merupakan obat yang paling banyak dipreskripsi
(sekitar 60 %) dan klordiazepoksid menduduki
tempat kedua (sebanyak 18,7 %). Prosentase jenis
keahlian dokter penulis resep benzodiazepin
adalah 64,6 % ditulis oleh dokter umum dan
hanya 12,4 % ditulis oleh ahli kesehatan jiwa, dan
6,3 % ditulis oleh ahli penyakit saraf. Dokter ahli
lain yang tercatat sebagai penulis resep
benzodiazepin antara lain ahli bedah, ahli
kebidanan dan kandungan, ahli penyakit mata,
ahli penyakit kulit dan kelamin serta dokter gigi.
Untuk data terbaru belum saya dapatkan hanya
dapat laporan tanpa validasi dari beberapa
teman di rumah sakit yaitu terjadi penambahan 3
sampai 5 kali lipat.
Peresepan golongan obat penenang ini tidak
hanya dalam bentuk tunggal, sering juga dalam
bentuk kombinasi dengan obat lain contoh untuk
pengobatan :
Pasien masalah pencernaan (tukak lambung,
maag kronis)
Anak-anak yang dikategorikan atau dilabel ADD,
ADHD, Autis
Pasien migrain, vertigo atau gangguan pada
bagian kepala
Pasien nyeri syaraf, nyeri otot, radang sendi,
sakit gigi.
Dari konseling yang saya lakukan masalah yang
terjadi sehingga pasien mendapatkan resep
golongan obat penenang adalah :
1. Kurangnya penghargaan diri.
2. Tidak diterimanya dia secara baik menurut
persepsinya di lingkungan tempat dia berada.
3. Kejadian atau peristiwa tertentu yang
menyebabkan pasien menjadi trauma, takut,
khawatir, tidak percaya diri, dendam, marah dan
perasaan tidak nyaman lainnya yang mana tidak
dapat dikontrol oleh diri pasien itu sehingga dia
memerlukan sesuatu dari luar untuk membantu
dirinya dalam hal mengontrol perasaan tidak
nyaman ini. Contoh kejadian atau peristiwa yang
dialami pasien-pasien ini seperti tabrakan,
kematian, perceraian, keributan, putus cinta,
kebangkrutan, dll.
4. Pernah mengkonsumsi narkoba dan sekarang
dalam proses pemulihan.
5. Pasien dengan kebutuhan khusus seperti anak-
anak yang mendapatkan pelabelan ADD, ADHD,
Autis, dll.
6. Tidak dapat menerima kenyataan kehidupan
yang dilaluinya sekarang.
Pengunaan golongan obat penenang pada pasien
gangguan mental seperti contoh di atas hanya
bersifat sementara selama konsentrasi efektif
obat ini yang berada di dalam darah cukup kuat
untuk membantu pasien untuk tetap dalam
kondisi terkontrol, dan setelah konsentrasi obat
dalam darah turun di bawah konsentrasi
efektifnya maka perlu ditambah asupan obat lagi
supaya kondisi terkontrol ini tetap terjaga.
Berapa kali asupan obat yang diberikan sesuai
tergantung dari berapa jam daya kerja obat ini.
Ada yang satu kali sehari, dua kali sehari, tiga
kali sehari dapat dilihat dari mula kerja obat,
waktu paruh obat dan eliminasi obat ini dari
tubuh. Beberapa buku yang dapat dijadikan
acuan untuk melihat kerja obat ini :
1. British National Formularium
2. The Pharmacological of Therapeutics
Goodman and Gilman
3. Martindale The Complete Drug Reference 36 th
Edition
Saya pribadi setuju dengan satu penyataan yang
sering saya dengar dari beberapa teman sejawat
saya yakni jika seseorang menderita sakit fisik
dia harus ke dokter, jika sakitnya berhubungan
dengan jiwa berarti diterapi jiwanya dengan ilmu
pikiran (hipnoterapis, psikolog, terapis pikiran
lain) dan jika yang sakit adalah ROH maka ini
urusan spiritual.
Mengenai terapi jiwa ini sudah mulai banyak
dilakukan dan hasilnya sangat efektif. Terapi
jiwa yang dimaksud adalah hipnoterapi, terapi
berbasis komunikasi seperti menggunakan
teknik NLP, Ego state Therapy Gordon
Emmerson, psikolog. Selain itu juga ada terapi
yang dinamakan Energy Psychology Healing
seperti EFT (Emotional Freedom Therapy), TAT
(Tapas Accupressure Technique), BSSF (Be Set
Free Fast), Quantum Awareness, Quantum
Touch, dll.
Kompetensi seorang terapis sangat diperlukan
dalam melakukan terapi jiwa ini meliputi :
1. Kemampuan berbahasa (linguistik) yang baik
dalam hubungan dengan komunikasi, menggali
informasi, menjelaskan
2. Kemampuan menjalankan teknik terapi
dengan baik
3. Kemampuan melakukan restrukturisasi
pikiran.
4. Kemampuan terapis dalam mengaplikasikan
teknik terapi dengan baik dan benar yang
didapatkannya dari lembaga yang mempunyai
kompetensi dalam memberikan pelatihan.
Penjelasan Obat Golongan Benzodiazepin
Efek benzodiazepin hampir semua merupakan
hasil kerja golongan ini pada SSP dengan efek
utama : sedasi, hipnosis, pengurangan terhadap
rangsangan emosi/ansietas, relaksasi otot dan
antikonvulsi.
Benzodiazepin mempengaruhi aktivitas saraf
pada semua tingkatan, namun beberapa derivat
benzodiazepin pengaruhnya lebih besar dari
derivat yang lain, sedangkan sebagian lagi
memiliki efek yang tidak langsung.
Benzodiazepin bukan suatu depresan umum
seperti barbiturat.
Peningkatan dosis benzodiazepin menyebabkan
depresi SSP yang meningkat dari sedasi ke
hipnosis dan dari hipnosis ke stupor. Keadaan ini
sering dinyatakan sebagai efek anestesia, tapi
obat golongan ini tidak benar-benar
memperlihatkan efek enestesi umum yang
spesifik karena kesadaran penderita biasanya
tetap bertahan dan relaksasi otot yang
diperlukan untuk pembedahan tidak tercapai.
Namun pada dosis preanestetik, benzodiazepin
menimbulkan amnesia bagi kejadian yang
berlangsung setelah pemberian obat; jadi hanya
menimbulkan ilusi mengenai anestesia yang baru
dialaminya (amnesia anterogad).
Efek Samping
Benzodiazepin dengan dosis hipnotik
menimbulkan efek samping sebagai berikut :
light headedness, lambat bereaksi, inkoordinasi
motorik, ataksia, gangguan fungsi mental dan
prikomotor, gangguan koordinasi berpikir,
bingung, amnesia enterograd, mulut kering dan
rasa pahit. Kemampuan berpikir sedikit kurang
dipengaruhi dibandingkan dengan penampilan
gerak.
Beberapa Obat Golongan Benzodiazepin
Klordiazepoksid : Braxidin, Cliad, Klidibrax,
Librax, Renagas, Sanmag, Librium, Limbritol,
Cetabrium, Tensinyl
Diazepam : Valium, Stesolid, Diazepam generik,
Valisanbe, Valdimex, Trazep, Lovium,
Mentalium
Klorazepat : Anksen, Tranxene
Flurazepam : Dalmane
Triazolam : Halcion
Alprazolam : Xanax, Alganax, Atarax, Feprax,
Zyprax, Alviz
Prazepam : Centrax
Halazepam : Paxipam
Quazepam : Doral
Lorazepam : Ativan, Renaquil, Merlopam
Oksazepam : Serepax
Temazepam : Restoril
Bromazepam : Lexotan
Klobazam : Frisium, Clobium, Proclozam,
Asabium
Estazolam : Esilgan
Nitrazepam : Nipam, Mogadon, Alodrom, Arem,
Insoma, Nitrados, Nitrazadon, Ormodan,
Paxadorm, Remnos, Somnite
merupakan suatu zat atau obat, baik alamiah
maupun sintetis bukan narkotika, yang
berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif
pada susunan saraf pusat yang menyebabkan
perubahan khas pada aktivitas mental dan
perilaku.
Ketiga pasien yang saya contoh di atas hanya
gambaran kecil dari ratusan pasien pengguna
obat penenang yang setiap hari saya temui di
apotek saya. Dari data yang saya dapatkan di
apotek saya, tahun demi tahun terjadi
peningkatan yang signifikan pada peresepan
golongan obat penenang ini. Tentunya ini bukan
merupakan khabar yang baik karena terjadinya
penurunan kualitas dari sumber daya manusia
itu sendiri. Sebagai gambaran di apotek saya
dalam satu hari saja sekitar 25% 30 % resep
yang diterima adalah golongan obat penenang
baik dalam bentuk sediaan tunggal maupun
dalam bentuk kombinasi dengan obat lain.
Data lain yang saya dapatkan adalah menurut
hasil Puslitbang Farmasi BPPK Depkes RI tahun
1980 di Jakarta ± 10 % dari resep apotek swasta.
Data rumah sakit yang didapat tahun 1983 untuk
Rumah sakit tipe C yaitu RSU Tasik, RSU Serang,
RSU Koja dengan sampel resep yang diambil
dalam kurun waktu 12 bulan. Pengumpulan
sampel pada waktu itu didapat 5225 lembar
resep rawat jalan. Setelah diklasifikasi, diperoleh
1582 lembar resep psikotropika (30,3 %) yang
mengandung 1127 item obat golongan
psikotropika sediaan tunggal. Sediaan tunggal
golongan benzodiazepin diperoleh sebanyak 475
item atau 42,1 % dari jumlah item psikotropika.
Bila dirinci lebih lanjut ternyata diazepam
merupakan obat yang paling banyak dipreskripsi
(sekitar 60 %) dan klordiazepoksid menduduki
tempat kedua (sebanyak 18,7 %). Prosentase jenis
keahlian dokter penulis resep benzodiazepin
adalah 64,6 % ditulis oleh dokter umum dan
hanya 12,4 % ditulis oleh ahli kesehatan jiwa, dan
6,3 % ditulis oleh ahli penyakit saraf. Dokter ahli
lain yang tercatat sebagai penulis resep
benzodiazepin antara lain ahli bedah, ahli
kebidanan dan kandungan, ahli penyakit mata,
ahli penyakit kulit dan kelamin serta dokter gigi.
Untuk data terbaru belum saya dapatkan hanya
dapat laporan tanpa validasi dari beberapa
teman di rumah sakit yaitu terjadi penambahan 3
sampai 5 kali lipat.
Peresepan golongan obat penenang ini tidak
hanya dalam bentuk tunggal, sering juga dalam
bentuk kombinasi dengan obat lain contoh untuk
pengobatan :
Pasien masalah pencernaan (tukak lambung,
maag kronis)
Anak-anak yang dikategorikan atau dilabel ADD,
ADHD, Autis
Pasien migrain, vertigo atau gangguan pada
bagian kepala
Pasien nyeri syaraf, nyeri otot, radang sendi,
sakit gigi.
Dari konseling yang saya lakukan masalah yang
terjadi sehingga pasien mendapatkan resep
golongan obat penenang adalah :
1. Kurangnya penghargaan diri.
2. Tidak diterimanya dia secara baik menurut
persepsinya di lingkungan tempat dia berada.
3. Kejadian atau peristiwa tertentu yang
menyebabkan pasien menjadi trauma, takut,
khawatir, tidak percaya diri, dendam, marah dan
perasaan tidak nyaman lainnya yang mana tidak
dapat dikontrol oleh diri pasien itu sehingga dia
memerlukan sesuatu dari luar untuk membantu
dirinya dalam hal mengontrol perasaan tidak
nyaman ini. Contoh kejadian atau peristiwa yang
dialami pasien-pasien ini seperti tabrakan,
kematian, perceraian, keributan, putus cinta,
kebangkrutan, dll.
4. Pernah mengkonsumsi narkoba dan sekarang
dalam proses pemulihan.
5. Pasien dengan kebutuhan khusus seperti anak-
anak yang mendapatkan pelabelan ADD, ADHD,
Autis, dll.
6. Tidak dapat menerima kenyataan kehidupan
yang dilaluinya sekarang.
Pengunaan golongan obat penenang pada pasien
gangguan mental seperti contoh di atas hanya
bersifat sementara selama konsentrasi efektif
obat ini yang berada di dalam darah cukup kuat
untuk membantu pasien untuk tetap dalam
kondisi terkontrol, dan setelah konsentrasi obat
dalam darah turun di bawah konsentrasi
efektifnya maka perlu ditambah asupan obat lagi
supaya kondisi terkontrol ini tetap terjaga.
Berapa kali asupan obat yang diberikan sesuai
tergantung dari berapa jam daya kerja obat ini.
Ada yang satu kali sehari, dua kali sehari, tiga
kali sehari dapat dilihat dari mula kerja obat,
waktu paruh obat dan eliminasi obat ini dari
tubuh. Beberapa buku yang dapat dijadikan
acuan untuk melihat kerja obat ini :
1. British National Formularium
2. The Pharmacological of Therapeutics
Goodman and Gilman
3. Martindale The Complete Drug Reference 36 th
Edition
Saya pribadi setuju dengan satu penyataan yang
sering saya dengar dari beberapa teman sejawat
saya yakni jika seseorang menderita sakit fisik
dia harus ke dokter, jika sakitnya berhubungan
dengan jiwa berarti diterapi jiwanya dengan ilmu
pikiran (hipnoterapis, psikolog, terapis pikiran
lain) dan jika yang sakit adalah ROH maka ini
urusan spiritual.
Mengenai terapi jiwa ini sudah mulai banyak
dilakukan dan hasilnya sangat efektif. Terapi
jiwa yang dimaksud adalah hipnoterapi, terapi
berbasis komunikasi seperti menggunakan
teknik NLP, Ego state Therapy Gordon
Emmerson, psikolog. Selain itu juga ada terapi
yang dinamakan Energy Psychology Healing
seperti EFT (Emotional Freedom Therapy), TAT
(Tapas Accupressure Technique), BSSF (Be Set
Free Fast), Quantum Awareness, Quantum
Touch, dll.
Kompetensi seorang terapis sangat diperlukan
dalam melakukan terapi jiwa ini meliputi :
1. Kemampuan berbahasa (linguistik) yang baik
dalam hubungan dengan komunikasi, menggali
informasi, menjelaskan
2. Kemampuan menjalankan teknik terapi
dengan baik
3. Kemampuan melakukan restrukturisasi
pikiran.
4. Kemampuan terapis dalam mengaplikasikan
teknik terapi dengan baik dan benar yang
didapatkannya dari lembaga yang mempunyai
kompetensi dalam memberikan pelatihan.
Penjelasan Obat Golongan Benzodiazepin
Efek benzodiazepin hampir semua merupakan
hasil kerja golongan ini pada SSP dengan efek
utama : sedasi, hipnosis, pengurangan terhadap
rangsangan emosi/ansietas, relaksasi otot dan
antikonvulsi.
Benzodiazepin mempengaruhi aktivitas saraf
pada semua tingkatan, namun beberapa derivat
benzodiazepin pengaruhnya lebih besar dari
derivat yang lain, sedangkan sebagian lagi
memiliki efek yang tidak langsung.
Benzodiazepin bukan suatu depresan umum
seperti barbiturat.
Peningkatan dosis benzodiazepin menyebabkan
depresi SSP yang meningkat dari sedasi ke
hipnosis dan dari hipnosis ke stupor. Keadaan ini
sering dinyatakan sebagai efek anestesia, tapi
obat golongan ini tidak benar-benar
memperlihatkan efek enestesi umum yang
spesifik karena kesadaran penderita biasanya
tetap bertahan dan relaksasi otot yang
diperlukan untuk pembedahan tidak tercapai.
Namun pada dosis preanestetik, benzodiazepin
menimbulkan amnesia bagi kejadian yang
berlangsung setelah pemberian obat; jadi hanya
menimbulkan ilusi mengenai anestesia yang baru
dialaminya (amnesia anterogad).
Efek Samping
Benzodiazepin dengan dosis hipnotik
menimbulkan efek samping sebagai berikut :
light headedness, lambat bereaksi, inkoordinasi
motorik, ataksia, gangguan fungsi mental dan
prikomotor, gangguan koordinasi berpikir,
bingung, amnesia enterograd, mulut kering dan
rasa pahit. Kemampuan berpikir sedikit kurang
dipengaruhi dibandingkan dengan penampilan
gerak.
Beberapa Obat Golongan Benzodiazepin
Klordiazepoksid : Braxidin, Cliad, Klidibrax,
Librax, Renagas, Sanmag, Librium, Limbritol,
Cetabrium, Tensinyl
Diazepam : Valium, Stesolid, Diazepam generik,
Valisanbe, Valdimex, Trazep, Lovium,
Mentalium
Klorazepat : Anksen, Tranxene
Flurazepam : Dalmane
Triazolam : Halcion
Alprazolam : Xanax, Alganax, Atarax, Feprax,
Zyprax, Alviz
Prazepam : Centrax
Halazepam : Paxipam
Quazepam : Doral
Lorazepam : Ativan, Renaquil, Merlopam
Oksazepam : Serepax
Temazepam : Restoril
Bromazepam : Lexotan
Klobazam : Frisium, Clobium, Proclozam,
Asabium
Estazolam : Esilgan
Nitrazepam : Nipam, Mogadon, Alodrom, Arem,
Insoma, Nitrados, Nitrazadon, Ormodan,
Paxadorm, Remnos, Somnite