Silver79
Pendekar Semprot
- Daftar
- 11 Jun 2020
- Post
- 1.634
- Like diterima
- 3.180
SEDULUR PAPAT ....
Anak pertama tentu saja kakak dari sang janin, yaitu ketuban atau kawah. Ketika seorang ibu melahirkan, yang pertama kali keluar adalah ketuban, karenanya disebut saudara tua. Dia berfungsi sebgai penjaga bandan sang bayi di dalam rahim.
Saudara kandung yang lebih muda adalah ari-ari, tembuni atau plasenta. Pembungkus janin di dalam rahim di dalam perut ibu yang menyampaikan ke tujuan. Begitu bayi lahir maka ari-ari itu ikut keluar. Ia mengantarkan sampai ke tujuan, yaitu lahir dengan selamat disertai pengorbanan dirinya.
Darah adalah saudara dari sang janin. Tanpa ada darah, janin bukan saja tidak tumbuh, tetapi juga akan mengalami keguguran.
Saudara yang ke empat adalah pusar atau orang Jawa biasa menyebutnya puser atau wudel. Dalam bahasa Jawa kuno, istilah untuk pusar adalah nabi. Yang dimaksudkan dengan pusar, tentu saja tali pusar, sedangkan pusar sendiri sebenarnya adalah bekas menempelnya tali pusar pada perut bayi dalam rahim dan ari-ari. Ia sebagi alat untuk menyalurkan adri ibu ke bayi dalam kandungan. Dengan tali pusar itu bayi mendapatkan pasokan makanan dari induknya. Pusar berfungsi untuk memenuhi permintaan sang jabang bayi.
Umumnya orang menganggap bahwa ketuban, ari-ari, darah, dan tali pusar itu hanya wahana atau alat yang diperlukan untuk pertumbuhan jabang bayi di dalam perut. Begitu bayi dilahirkan, maka semuanya itu tidak berfungsi lagi. Tidak ada lagi sangkut pautnya dengan kehidupan. Yang demikian ini merupakan pandangan materialistik. Pandangan serba duniawi.
Lain halnya dengan pandangan Jawa. Pandangan yang diterima oleh orang Jawa. Maksud saya, orang Jawa yang mengerti pandangan Jawa, meski beragama apapun tetap mempercayai bahwa dalam hidup di dunia ini, saudara empat itu tetap menjaga. Baik masih di kandungan maupun di alam nyata.
Yang kembali ke anasir-anasir bumi, air, udara, dan api hanyalah keempat jasadnya.
Begitu bayi lahir, jasad saudara empat itu kembali keasalnya. Air ketuban dan darah dibersihkan, begitu bayi dilahirkan. Ari-ari dan potongan tali pusar di pendam. Jasad yang terlahir hidup adalah bayinya, sedangkan secara metafisik saudar empat kita itu tetap menjaga kita hingga kita mati.
Ternyata dalam model kehidupan di alam ini, Tuhan meberikan penjaga-penjaga kepada setiap diri manusia. Meskipun sudah disebutkan di awal ayat bahwa Tuhan itu Mahakuasa atas segala hamba-Nya, tetapi ada mekanisme alam yang telah ditetapkan-Nya. Tuhan tidak bertindak secara langsung. Ada beberapa penjaga yang dikirimkan kepada setiap orang. Bukan satu penjaga buat satu orang, melainkan beberapa penjaga.
Penjaga-penjaga ini tidak terihat oleh mata jasmani. Karena mereka berupa roh.
Menurut konsep Jawa, penjaga-penjaga itu ya saudara gaib kita sendiri. Bukan orang lain.
SALAM RAHAYU
Anak pertama tentu saja kakak dari sang janin, yaitu ketuban atau kawah. Ketika seorang ibu melahirkan, yang pertama kali keluar adalah ketuban, karenanya disebut saudara tua. Dia berfungsi sebgai penjaga bandan sang bayi di dalam rahim.
Saudara kandung yang lebih muda adalah ari-ari, tembuni atau plasenta. Pembungkus janin di dalam rahim di dalam perut ibu yang menyampaikan ke tujuan. Begitu bayi lahir maka ari-ari itu ikut keluar. Ia mengantarkan sampai ke tujuan, yaitu lahir dengan selamat disertai pengorbanan dirinya.
Darah adalah saudara dari sang janin. Tanpa ada darah, janin bukan saja tidak tumbuh, tetapi juga akan mengalami keguguran.
Saudara yang ke empat adalah pusar atau orang Jawa biasa menyebutnya puser atau wudel. Dalam bahasa Jawa kuno, istilah untuk pusar adalah nabi. Yang dimaksudkan dengan pusar, tentu saja tali pusar, sedangkan pusar sendiri sebenarnya adalah bekas menempelnya tali pusar pada perut bayi dalam rahim dan ari-ari. Ia sebagi alat untuk menyalurkan adri ibu ke bayi dalam kandungan. Dengan tali pusar itu bayi mendapatkan pasokan makanan dari induknya. Pusar berfungsi untuk memenuhi permintaan sang jabang bayi.
Umumnya orang menganggap bahwa ketuban, ari-ari, darah, dan tali pusar itu hanya wahana atau alat yang diperlukan untuk pertumbuhan jabang bayi di dalam perut. Begitu bayi dilahirkan, maka semuanya itu tidak berfungsi lagi. Tidak ada lagi sangkut pautnya dengan kehidupan. Yang demikian ini merupakan pandangan materialistik. Pandangan serba duniawi.
Lain halnya dengan pandangan Jawa. Pandangan yang diterima oleh orang Jawa. Maksud saya, orang Jawa yang mengerti pandangan Jawa, meski beragama apapun tetap mempercayai bahwa dalam hidup di dunia ini, saudara empat itu tetap menjaga. Baik masih di kandungan maupun di alam nyata.
Yang kembali ke anasir-anasir bumi, air, udara, dan api hanyalah keempat jasadnya.
Begitu bayi lahir, jasad saudara empat itu kembali keasalnya. Air ketuban dan darah dibersihkan, begitu bayi dilahirkan. Ari-ari dan potongan tali pusar di pendam. Jasad yang terlahir hidup adalah bayinya, sedangkan secara metafisik saudar empat kita itu tetap menjaga kita hingga kita mati.
Ternyata dalam model kehidupan di alam ini, Tuhan meberikan penjaga-penjaga kepada setiap diri manusia. Meskipun sudah disebutkan di awal ayat bahwa Tuhan itu Mahakuasa atas segala hamba-Nya, tetapi ada mekanisme alam yang telah ditetapkan-Nya. Tuhan tidak bertindak secara langsung. Ada beberapa penjaga yang dikirimkan kepada setiap orang. Bukan satu penjaga buat satu orang, melainkan beberapa penjaga.
Penjaga-penjaga ini tidak terihat oleh mata jasmani. Karena mereka berupa roh.
Menurut konsep Jawa, penjaga-penjaga itu ya saudara gaib kita sendiri. Bukan orang lain.
SALAM RAHAYU