Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Sewangi Sendang Didadamu, Dindaa

mejan

Semprot Baru
Daftar
22 Feb 2019
Post
46
Like diterima
71
ia sedang bercengkrama dengan tanah
masih basah, masih lembab di kusen kayu yang baru di setubuhi embun
melati baru tersaingi aroma rambutmu
yang basah pun rekah senyummu

ingin kupangku,
namun dadaku sudah sesak
bercerita seisi segara yang bara
amuk di gelombang ambing, tebing

akan ada saat begini, iya begini
pipimu dingin, bibirmu basah
kretekku berasap dicelupkan kopi tubruk
dinda, sesaat lagi, merapatlah
kita bercakap-cakap, menangkap yang hinggap lalu lesap

Moksa Covid Alumni 2021
 
ia sedang bercengkrama dengan tanah
masih basah, masih lembab di kusen kayu yang baru di setubuhi embun
melati baru tersaingi aroma rambutmu
yang basah pun rekah senyummu

ingin kupangku,
namun dadaku sudah sesak
bercerita seisi segara yang bara
amuk di gelombang ambing, tebing

akan ada saat begini, iya begini
pipimu dingin, bibirmu basah
kretekku berasap dicelupkan kopi tubruk
dinda, sesaat lagi, merapatlah
kita bercakap-cakap, menangkap yang hinggap lalu lesap

Moksa Covid Alumni 2021
ini kerennn
ajibbb lah
 
M alam semakin hening
A angin bertiup dingin
M emeluk penuh kelembutan
A ku terdiam menutup mata

M ulut mulai mecium bibir
U luran lidah saling berpangut
D ada bergetar pentil menyembul
A ku mulai basah

H embusan nafas menderu
O ch ochhhh lendirku mulai bercucuran
T empikku berdenyut mengenggamnya
 
ia sedang bercengkrama dengan tanah
masih basah, masih lembab di kusen kayu yang baru di setubuhi embun
melati baru tersaingi aroma rambutmu
yang basah pun rekah senyummu

ingin kupangku,
namun dadaku sudah sesak
bercerita seisi segara yang bara
amuk di gelombang ambing, tebing

akan ada saat begini, iya begini
pipimu dingin, bibirmu basah
kretekku berasap dicelupkan kopi tubruk
dinda, sesaat lagi, merapatlah
kita bercakap-cakap, menangkap yang hinggap lalu lesapdalem

Moksa Covid Alumni 2021
dalem banget yaaaa
sesama alumni +C19 jadi ngerti
dan ngerasa jugaaaa
--------------------------------------------
tks tlah berbagi
tuhan memberkati !
 
ia sedang bercengkrama dengan tanah
masih basah, masih lembab di kusen kayu yang baru di setubuhi embun
melati baru tersaingi aroma rambutmu
yang basah pun rekah senyummu

ingin kupangku,
namun dadaku sudah sesak
bercerita seisi segara yang bara
amuk di gelombang ambing, tebing

akan ada saat begini, iya begini
pipimu dingin, bibirmu basah
kretekku berasap dicelupkan kopi tubruk
dinda, sesaat lagi, merapatlah
kita bercakap-cakap, menangkap yang hinggap lalu lesap

Moksa Covid Alumni 2021
Ini bagus banget kak ❤️ ijin ikut coret coret ..

Kematian bukanlah antrian
Yang urutan giliran setiap orangnya dibagikan saat kelahiran

Maut memilih korbannya secara acak
Memanggil nama seseorang, dan jantungnya berhenti berdetak

Maut adalah penipu jalang
Memberi harapan di bangsal ICU, lalu sinyal kehidupan mendadak menghilang

Maut .. dia pencuri terkutuk
Pagi kau bercanda riang dengan kekasihmu, sore maut mengambilnya di tabrakan truk

Maut terbahak bahak melihat kedunguan manusia
Dalam ketakutannya manusia memuliakan kematian
Menyebut kematian sebagai pintu menuju surga

Maut mencemooh : Omong kosong!
Jika kematian demikian indah, mengapa mereka selalu menghindariku?
Mengapa mereka merayakan panjang umur dan berharap hidup lebih lama lagi?

Maut ..
Hanya sedepa di depanmu, di depanku, di depan orang orang yang kita kasihi
Dia akan menjemput siapa yang dia mau, dari mana dia mau
Dari balik selimut, dari belakang kemudi, dari meja operasi, dari ruang rapat direksi

Jangan tanyakan kapan maut menghampirimu
Pencuri dan penipu tak pernah memberitahu kapan dia akan beraksi

Maut tak pernah mengundangmu secara terbuka
Dia hanya berproses secara alami
”tentang hidup yang mengundang mati”

Maut menyeringai dari atas tahtanya
Segala upaya mempertahankan hidup berujung sia sia
Akhirnya pasrah : mati adalah takdir manusia

Merajuklah kalau kau mampu!
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Ini bagus banget kak ❤️ ijin ikut coret coret ..

Kematian bukanlah antrian
Yang urutan giliran setiap orangnya dibagikan saat kelahiran

Maut memilih korbannya secara acak
Memanggil nama seseorang, dan jantungnya berhenti berdetak

Maut adalah penipu jalang
Memberi harapan di bangsal ICU, lalu sinyal kehidupan mendadak menghilang

Maut .. dia pencuri terkutuk
Pagi kau bercanda riang dengan kekasihmu, sore maut mengambilnya di tabrakan truk

Maut terbahak bahak melihat kedunguan manusia
Dalam ketakutannya manusia memuliakan kematian
Menyebut kematian sebagai pintu menuju surga

Maut mencemooh : Omong kosong!
Jika kematian demikian indah, mengapa mereka selalu menghindariku?
Mengapa mereka merayakan panjang umur dan berharap hidup lebih lama lagi?

Maut ..
Hanya sedepa di depanmu, di depanku, di depan orang orang yang kita kasihi
Dia akan menjemput siapa yang dia mau, dari mana dia mau
Dari balik selimut, dari belakang kemudi, dari meja operasi, dari ruang rapat direksi

Jangan tanyakan kapan maut menghampirimu
Pencuri dan penipu tak pernah memberitahu kapan dia akan beraksi

Maut tak pernah mengundangmu secara terbuka
Dia hanya berproses secara alami
”tentang hidup yang mengundang mati”

Maut menyeringai dari atas tahtanya
Segala upaya mempertahankan hidup berujung sia sia
Akhirnya pasrah : mati adalah takdir manusia

Merajuklah kalau kau mampu!
Angin kemudian pulang
Melewati lembah-lembah nasib
Mengabarkan kepada isi rumah
Takdir yang memeluk umur
Yang sememang telah lamur
Tanah basah
Bunga-bunga rekah
Namun gelisah, dan berhenti tumbuh

Pukul 12:00
Daun-daun layu mulai pamit
Kertas-kertas gemar berdoa
Tinta mengaminkan
Kesederhanaan selalu berayun
Di tangkai harapan yang sudah rabun

Ini hanya kepulangan, lumrah
Setelah permisi pada gedung-gedung
Yang pemalu, juga penyendiri
Dan kerasan berpanas-panasan
Entah untuk apa
Entah untuk siapa
Mungkin untuk dapat mencium gerimis
Yang tabah dan sabar melebihi tangis

Kita tak pernah tahu
Kita bukan musim yang menanting empat pintu
Atau hujan penggenggam jam
Cuaca memang seperti hantu
Mondar mandir, berlalang-lalu
Dan kita,, Num
Kehilangan pohon kita yang dulu

Di ujung semak-semak
Mendung terdesak
Wajahmu seperti kaca benggala
Dari sana, mata tuaku mengintai dunia
Gurun-gurun itu sekarat, Num
Di tinggalkan kaktus bermigrasi
Alis hitammu, memucat sabit
Kau sakit?

Kulukis luka-lukamu di kebun tebu
Pernah manis sebelum dirampas cuka
Tak ada yang abadi
Semua berlari, berganti-ganti
Kau akan menyaksikan semua
Semestapun, bukan kekekalan
Seperti tembikar kulitku
Sebentar lagi memar
Terbakar

Kau tak boleh jadi pelupa
Untuk mencabut duri mawar
Yang kau tanam di tangan
Tahun bertelur, lalu menetas
Kau tetap gadisku
Yang pernah kutimang
Sebelum remang
Kuciumi parasmu ketika itu
Saat hujan begitu cemburu
Bibirmu yang ranum
Pemuisi kemistikkan senyum
Di meja nomor tiga
Saat makan malam kita

Jangan percaya pada yang sebentar
Setiap bulan dan minggu hanya sementara
Kita akan kembali pada yang abadi
Namun tak sedih
Tak perih

Num, kabarkan pada burung-burung gereja
Kepulanganku melewati jalan setapak,
belakang rumahmu
Begitu damai, selain suara berisik langkah kaki
Runput-rumput yang ngelangut
Adalah keretaku sepanjang rel maut

Num, akupun rindu...
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd