Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Tentang Depresi, Lets Discuss It!

KucingBlack

Suka Semprot
Daftar
30 Aug 2018
Post
14
Like diterima
75
Lokasi
Bandung - Jakarta
Pada dasarnya, depresi merupakan gangguan mood yang jauh lebih serius daripada merasakan kesedihan yang berlarut-larut. Akan tetapi, depresi itu ada banyak jenisnya. Selain itu, gejala-gejala dan keluhan depresi juga biasanya berbeda-beda pada setiap orang. Jadi sebenarnya apa saja jenis depresi yang harus diketahui? Berikut penjelasan lengkapnya.

1. Depresi mayor (depresi berat)
Depresi mayor juga dikenal dengan istilah depresi berat atau depresi klinis. Depresi mayor merupakan salah satu dari dua jenis depresi yang paling sering terdiagnosis. Anda bisa didiagnosis dengan depresi mayor apabila gejala-gejala kesedihan, keputusasaan, dan kesepian sudah berlangsung selama dua minggu lebih.

Gejala depresi mayor pada umumnya cukup serius sehingga efeknya sangat terasa pada aktivitas dan kualitas kehidupan seseorang. Misalnya Anda jadi tidak nafsu makan sama sekali, badan lemas sehingga tidak ada dorongan untuk bekerja atau beraktivitas seperti biasa, serta menghindari orang-orang seperti di tempat kerja atau dalam keluarga.

Hingga saat ini penyebab pasti dari depresi mayor belum dapat diketahui. Namun, beberapa hal yang bisa memicu depresi antara lain keturunan (genetik), pengalaman buruk, trauma psikologis, serta gangguan susunan kimiawi dan biologis otak.

2. Depresi kronis (distimia)
Jenis depresi lainnya yang paling sering terdiagnosis adalah depresi kronis. Beda dengan depresi berat, jenis depresi kronis biasanya dialami selama dua tahun berturut-turut atau lebih. Akan tetapi, keparahan gejalanya bisa lebih ringan atau berat daripada depresi berat.

Depresi kronis pada umumnya tidak terlalu mengganggu pola aktivitas, tapi cenderung memengaruhi kualitas kehidupan. Misalnya jadi tidak percaya diri, pola pikir terganggu, sulit berkonsentrasi, dan mudah putus asa.

Pemicunya ada banyak. Mulai dari faktor keturunan, gangguan kesehatan jiwa lainnya seperti gangguan bipolar dan kecemasan, mengalami trauma, memiliki penyakit kronis, dan cedera fisik di kepala.

3. Depresi situasional
Depresi situasional merupakan jenis depresi yang tidak begitu menentu. Biasanya, jenis depresi ini ditandai dengan munculnya gejala depresi seperti merasa murung dan adanya perubahan pola tidur dan pola makan ketika ada kejadian yang memberikan tekanan mental yang cukup tinggi.

Secara sederhana, munculnya gejala depresi tersebut disebabkan oleh respon otak terhadap stres. Pemicu depresi situasional berbeda-beda. Bisa dari kejadian yang bersifat positif seperti pernikahan atau menyesuaikan tempat kerja yang baru hingga kehilangan pekerjaan, perceraian, atau perpisahan dengan keluarga dekat.

4. Gangguan suasana hati musiman (seasonal affective disorder)
Orang yang mengalami gangguan suasana hati musiman akan mengalami gejala depresi yang berbeda-beda, tergantung pada musimnya.
Munculnya gangguan ini memang sangat berkaitan dengan perubahan waktu pada musim dingin atau musim hujan yang cenderung menjadi lebih pendek dan sangat sedikit sinar matahari. Gangguan ini akan membaik dengan sendirinya ketika cuaca sudah lebih cerah dan hangat.

5. Gangguan bipolar
Jenis depresi ini biasanya dialami oleh orang yang punya gangguan bipolar. Pada gangguan bipolar, pasien bisa mengalami dua kondisi yang saling bertolak belakang, yaitu depresi dan mania.

Kondisi mania ditandai dengan munculnya perilaku atau emosi yang meluap-luap. Misalnya rasa gembira atau ketakutan yang membuncah dan tidak bisa dikendalikan.

Kebalikannya, kondisi depresi pada gangguan bipolar ditunjukkan dengan sensasi tidak berdaya, putus asa, dan sedih. Kondisi ini pun bisa membuat seseorang mengurung diri di kamar, bicaranya sangat lambat seolah sedang melantur, dan tidak mau makan.
6. Depresi postpartum
Depresi postpartum
terjadi pada wanita beberapa minggu atau bulan setelah melahirkan (postpartum). Munculnya gejala depresi berat pada masa postpartum dapat berdampak pada kesehatan dan ikatan batin antara ibu dan bayi.

Depresi ini bisa bertahan cukup lama, biasanya sampai ibu sudah haid lagi setelah melahirkan. Penyebab utama dari depresi postpartum adalah perubahan hormon, di mana hormon estrogen dan progesteron yang tadinya cukup tinggi pada masa kehamilan menurun secara drastis setelah melahirkan.

7. Depresi premenstrual
Jenis depresi ini dikenal juga dengan istilah Premenstrual Dysphoric Disorder (PMDD). Kondisi ini berbeda dengan premenstrual syndrome (PMS). Pasalnya, PMDD merupakan gangguan mood yang serius hingga mengganggu keseimbangan emosi dan perilaku.

Gejala-gejala yang ditimbulkan antara lain munculnya kesedihan, kecemasan, gangguan moodekstrem atau sangat mudah marah.
PMDD kemungkinan disebabkan oleh adanya riwayat depresi sebelumnya pada seseorang dan bertambah parah ketika terjadi perubahan hormon atau memasuki masa PMS.

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Selanjutnya saya akan coba menginformasikan dari sudut informasi lainnya mengenai salah satu jenis Depresi di atas, yaitu Depresi Mayor:

Gangguan Depresi Mayor (GDM), juga dikenal sebagai depresi, adalah gangguan mental yang ditandai dengan setidaknya dua minggu mood rendah yang hadir di sebagian besar situasi. Hal ini sering disertai dengan rendah diri terus-menerus, kehilangan minat dalam kegiatan normal menyenangkan (anhedonia), dan semangat yang rendah. GDM dapat secara negatif mempengaruhi keluarga seseorang, pekerjaan atau kehidupan sekolah, tidur atau kebiasaan makan, dan kesehatan umum. Gangguan ini memiliki nama lain yaitu depresi, depresi mayor, gangguan afektif depresi mayor, depresi unipolar, gangguan unipolar, atau gangguan mood unipolar.

Jenis
Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM) membagi GDM menjadi beberapa jenis sebagai berikut:[2]
  • depresi melankolis (melancholia)
  • depresi dengan fitur atipikal
  • depresi dengan fitur psikotik
  • depresi dengan fitur katatonia
Gejala
Orang dengan gangguan depresi mayor juga memiliki selera makan yang buruk, kehilangan atau bertambah berat badan secara mencolok, memiliki masalah tidur atau tidur terlalu banyak, dan menjadi gelisah secara fisik, atau yang pada situasi ekstrem lainnya menunjukkan melambatnya aktivitas motorik mereka. Orang dengan depresi mayor dapat kehilangan minat pada hampir semua aktivitas rutin dan kegiatan senggang mereka, memiliki kesulitan dalam berkonsentrasi dan membuat keputusan, memiliki pikiran yang menekan akan kematian, dan mencoba bunuh diri.

GDM memiliki presentasi klinis heterogen sehingga 2 pasien yang diagnosis mungkin hanya memiliki beberapa gejala yang sama.[3] Faktor etnis, agama, dan budaya dapat mempengaruhi presentasi, interpretasi, dan deskripsi gejala depresi.[4][5] Presentasi umum meliputi:
  • lebih dari 5 kunjungan medis per tahun dan/atau beberapa gejala yang tidak jelas
  • afeksi berkurang (emosi berkurang)
  • gangguan pada pekerjaan atau hubungan
  • perubahan dalam hubungan interpersonal
  • berat badan turun
  • sindrom iritasi usus besar
  • kelelahan
  • gangguan tidur
  • keluhan dari masalah memori, kesulitan berkonsentrasi, atau kesulitan membuat keputusan
  • keluhan gangguan stres atau suasana hati
Faktor Resiko
  • riwayat keluarga atau pribadi atau penyalahgunaan obat
  • penyakit kronis
  • peristiwa kehidupan yang penuh stres (termasuk berkabung atau perceraian)
  • trauma
  • perubahan besar dalam hidup seperti perubahan pekerjaan atau kesulitan keuangan
  • kekerasan dalam rumah tangga
  • jenis kelamin wanita. Wanita memiliki kecenderungan hampir dua kali lipat lebih besar daripada pria. Wanita lebih cenderung daripada pria untuk menghadapi faktor-faktor kehidupan yang penuh tekanan seperti penganiayaan fisik dan seksual, kemiskinan, orang tua tunggal, dan diskriminasi gender.
  • usia pertengahan. Onset awal lebih umum terjadi pada dewasa muda daripada dewasa yang lebih tua
  • status pernikahan. Orang yang berpisah atau bercerai memiliki risiko yang lebih tinggi daripada orang yang menikah atau tidak pernah menikah
  • pendapatan rendah atau pengangguran. Orang dengan taraf sosioekonomi yang lebih rendah memiliki risiko yang lebih besar dibanding mereka dengan taraf yang lebih baik
  • kecacatan.
  • faktor genetik. s-alel serotonin transporter promoter polymorphism (5-HTTLPR) plus stress dikaitkan dengan peningkatan terjadinya depresi
  • ketergantungan alkohol masa lalu terkait dengan peningkatan risiko depresi berat

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Kenapa yang lebih lanjut dibahasnya hanya Depresi Mayor? well... karena ini yang sedang saya rasakan.... pertama kali terkena depresi ini di awal 2018 karena ditipu teman bisnis yang menyebabkan saya harus menanggung beban financial yang cukup besar dan masih berjalan hingga saat ini... sempat mereda karena usaha-usaha yang telah dilakukan, namun di awla tahun ini, depresi ini kembali menyerang dikarenakan sebuah musibah yang terjadi pada diriku..... ketika depresi ini sedang kumat, yang kurasakan adalah rasa kesepian dan kesedihan yang teramat sangat, sensitif terhadap segal ahal, sakit kepala, gangguan tidur dan dorongan untuk bunuh diri yang sangat tinggi...

Salah satu cara untuk meredam depresi yang menyerang ini adalah keramaian... saya banyak mengikuti pertemuan-pertemuan, nogan-nogan yang dilakukan beberapa komunitas, cara ini cukup ampuh untuk menekan rasa depresi yang sedang terjadi.... walau kadang saya sering melakukan kesalahan pada komunitas tersebut karena rasa sensitif yang timbul ketika depresi ini kambuh...

So buat teman-teman semua, ada yang pernah mengalami? bagaimana menyikapinya?
 
Pernah ngalamin Depresi berat.
Baru setahun kemarin.
Tapi ternyata proses mulainya Depresi awal-menengah dari 5thn silam. Kemudian Depresi menengah sampai Depresi berat dari 4thn lalu.

Dan baru ketauannya setahun lalu Depresi berat-Kronis. Dan baru bisa bangkit November 2018 lalu.
Itupun dengan cara memaksakan diri karena di push sama pasangan. Karena realita kehidupan yg ada membuatku mau ga mau harus bangkit.
Terhitung hanya 3 bulan aku bisa bangkit dan siap menghadapi dunia, yg seharusnya butuh 1-3th.



Kenapa baru ketauannya setahun lalu (2017-2018)?
Karena saya baru ngecek secara intens ke Psikiater setahun belakangan, sebelum2nya ke Psikolog doang.

Psikolog dan Psikiater itu serupa tapi tak sama yaa..


Jadi klo yg udah Depresi Berat sampai Kronis sebaiknya ke Psikiater. Jangan ke Psikolog, karena udah ga mempan..

Ingat Psikolog atau Psikiater hanya bantu ngedopping aja sebenernya yg saya rasakan, yg menentukan kesembuhan hanya diri kita sendiri.
Memang benar, kita ke dokter untuk nyembuhin. Dan emang Dokter itu menyembuhkan.
Sayangnya ga berlaku untuk kasus metal illness.
Karena penyembuhan mental illness itu sembuh bukan berarti menuntaskan selesai ya.
Justru penyembuhan dokter itu seperti menguatkan kita agar bisa kuat ketika tangan kita sudah dilepaskan sama dokter. Seperti bocah yg belajar jalan aja prinsipnya.
Yang menuntaskan ya kita sendiri, gimana kita bisa survive lebih lagi dan tak menoleh rasa juga2 memori lalu yg pernah kita alami.

Makanya ada kan seseorang yg mengalami mental illness lainnya ketergantungan obat penenang plus obat saraf lainnya.
Ya karena hal itu sebabnya..

Jangan anggap dokter dewa, yg sakit aja bisa ada yg mati ko wlwpn udah di rawat sedemikian rupa di RS yg teknologi dan Dokternya mumpuni.

Lagi2 harus kembali ke diri kita.
Cuma jangan karena omongan saya inj, malah jadi skeptis ya dengan peran Dokter atau psikiater atai psikolog untuk mengurangi-menyembuhkan mental illness.
Saya bisa sampai di titik ini juga karena peran besar dokter, tentunya juga peran pasangan saya yg ga lelah, ga menyerah tetap bersama saya menemani juga membantu saya melalui semuanya.





Klo udah ketauan alamin Depresi awal sebaiknya:

• Lekas cari sahabat/pacar yg bisa di ajak ngomong mendalam soal hal apapun bahkan sampai aib kita. Klo ga ada temen yg seperti itu, fix itu bukan sahabat hanya teman aja tapi kamu sendiri yg melabeli dia sahabat.


• Jauh2 dari orang dan lingkungan yg negatif, klo bis aga usah berhubungan lagi sama orang2 negatif ini. Contoh orang negatif :
Short Temper/Tempramental,
Orang abusive,
Orang egois,
Orang yg ga bisa ngertiin sikon kita,
Orang yg banyak omong ga penting & terlalu heboh (klo orangnya demen ngelawak gapapa),
Orang yg terlalu kaku & strict.


• Jauhi lingkungan yg terlalu ramai dan terlalu sepi senyap. Perlu kamu datangi ke :
Gunung,
Pantai,
perpustakaan/Toko Buku,
Kuliner (tapi tempatnya ga terlalu ramai),
Art Museum,
ke Taman Hiburan kayak Duf*n/wahana air (karen teriak2 dan euforianya mampu mengurangi penat di pikiran dan hati),
ke Bioskop,
Outdoor Sport.



Ciri2 kamu depresi berat selain diatas, yg ga terlalu teoritis karena saya alami sendiri..

✓ Mau beribadah dan berdoa kayak apapun ga membuat tenang hati dan pikiran, plus ada sesuatu yg bolong di hati. Sesuatu perasaan yg kosong..


✓ Gejolak emosional itu jomplang banget, ga beraturan tapi kamu sanggup memendam. Sayangnya ada titik sampai akhirnya kamu ga sanggup memendam lagi dan melakukan hal yg frontal sama orang2 yg sudah menyakiti kamu ataupun orang terdekatmu.
Pokoknya bukan seperti dirimu deh..
Kamu lega lakuin itu, ngerasa bodo amat.
Klo mereka blame kamu, kamu ga ngerasa bersalah tapi kamu ngerasa kenapa mereka ga bisa terimain aja apa yg udah kamu lakukan ke mereka.. padahal mereka udah melakukan banyak hal menyakitkan ke kamu dan kamu hanya melakukan sekali ke mereka.


✓ Lagi happy2 kamu ngerasa flat, padahal yg lainnya ngerasa girang banget sama sikon happy2 itu atau ke tempat wisata yg kamu kunjungi.


✓ Ngerasa kesepian di dalam keramaian yg ada disekitar kamu.


✓ Malam2 suka nangis/bengong sendiri tanpa sebab. Dan di perparah, ketika lg ngelakuin kegiatan sehari2 kayak ada moment ngeblank gitu.. dan pada akhirnya akan bertanya sama diri sendiri, "tadi gw mau ngapain ya?"


✓ All day selalu ngerasa sendirian dan kesepian.


✓ Seringkali alami sakit kepala yg luar biasa.
Bagian kepala depan dan belakang.


✓ Ga ngerti mau ngapain.
Mau ngapa2in tuh selalu salah mau lakuin ini dan itu. Apa2 kayak ga sreg dihati.


✓ Tiba2 selalu ngerasa jengah sama rutinitas, yg dulunya fine2 aja.


✓ Ada terbesit dan lama2 jadi mikirin serius, "Gimana caranya untuk mengakhiri hidup."


✓ Mulai mencoba berteman dengan benda tajam sebagai pelampiasan. Atau ada juga yg banting2 barang atau dengerin musik gede2 sambil teriak2 atau banting2 barang.

✓ Saat malam senang sendirian.
Entah untuk yg dengerin musik melow.. jalan2 sendirian keliling komplek rumah/kota/duduk berdiam diri di taman kota bahkan halte.


✓ Seringkali begadang 1 tiap hari begadang dan udah jadi rutinitas. Bahkan pola hidup kebalik, siang jadi malam.. dab malam jadi siang.


✓ Distorsi pikiran.


✓ Ga ada rasa lelah.
Ada rasa lelahnya nanti setelah 2 minggu seperti itu atau sebulan sudah melakukan/melalui apa yg di ceklist. Tiba2 ada 1 hari atau 3 hari full untuk tidur. Hanya tidur. Beneran ga bangun2.


✓ Kuat ga tidur2 berhari-hari.
Abis itu kuat beraktifitas lagi tanpa istirahat semacam tidur.


✓ Jadi demen makan dan naik berat badan signifikan tapi justru yg seringkali ditemukan kasus klo jadi menurut nafsu makannya.
(Intinya pada poin ini tergantung pribadi masing2)


✓ Selalu cari pelarian abis ada masalah.
Bukan memilih tapi secara otomatis.
Karena mental batin udah ga sanggup menanggung beban lagi, apalagi beban baru padahal itubhal sepele.


✓ Jadi sangat sensitif.
wlwpn kamu orang yg santai/open minded




Oh iya FYI.
Semisalnya kamu minta rekomendasi Dokter Psikiater yg oke buat nanganin kamu itu belum tentu cocok. Karena dari pengalaman ya jodoh2an plus cocok2an.
Saya pernah di rekomendasikan di forum2 kesehatan ga ada yg cocok. Saya juga pernah rekomendasiin orang lain, orang itu juga ga cocok.

Akhirnya kebetulan iseng jalan2 ke sebuah RS di Tanggerang. Eh ga disangka ketemu sama temen lama dulu deket terus lost contact, dia Dokter di RS itu. Cerita2 lah.. akhirnya dia kasih tau klo banyak pasien2 yg serupa sama saya cocok sama Dokter Psikiater disitu. Terus akhirnya dikenalin langsung sama dokternya dan ywdh enak banget cocok gitu.

Udah kayak temen pokoknya, bukan kayak Dokter2 lain yg cuman baik dan enak karena formalitas doang.

So, bagi kalian yg nyari Dokter psikiater.. mo'on maap yaa~ gw ga bisa rekomendasiin.
Tapi gw punya 1 pesan ke kalian yaitu, cari dokter yg seperti teman. Caranya?
Ya coba2 sendiri Trial Error plus cari review tentang Dokter tersebut. Intinya macam PDKT aja. Hehe..

Saya pernah rekomendasi orang lain, dia ngerasa ga cocok.. karena ga nyaman, ya seharusnya dokter psikiater gitu ga usah sedekat itu. Ga profesional lah atau apalah. Pokoknya gitu gaes..



Sekian komentar dan tambahan info dari saya.. untuk Thread starter, Thread-nya bagus.
Coba dilengkapi lagi info2 dan istilah2 diatas. Agar mudah dipahami lebih lagi buat para readers~ :bye:

Kalau di tangerang biasanya di dokter A atau dokter L...hehehehe
 
✓ Gejolak emosional itu jomplang banget, ga beraturan tapi kamu sanggup memendam. Sayangnya ada titik sampai akhirnya kamu ga sanggup memendam lagi dan melakukan hal yg frontal sama orang2 yg sudah menyakiti kamu ataupun orang terdekatmu.
Pokoknya bukan seperti dirimu deh..
Kamu lega lakuin itu, ngerasa bodo amat.
Klo mereka blame kamu, kamu ga ngerasa bersalah tapi kamu ngerasa kenapa mereka ga bisa terimain aja apa yg udah kamu lakukan ke mereka.. padahal mereka udah melakukan banyak hal menyakitkan ke kamu dan kamu hanya melakukan sekali ke mereka.

✓ Lagi happy2 kamu ngerasa flat, padahal yg lainnya ngerasa girang banget sama sikon happy2 itu atau ke tempat wisata yg kamu kunjungi.

✓ Ngerasa kesepian di dalam keramaian yg ada disekitar kamu.

✓ Malam2 suka nangis/bengong sendiri tanpa sebab. Dan di perparah, ketika lg ngelakuin kegiatan sehari2 kayak ada moment ngeblank gitu.. dan pada akhirnya akan bertanya sama diri sendiri, "tadi gw mau ngapain ya?"

✓ All day selalu ngerasa sendirian dan kesepian.

✓ Seringkali alami sakit kepala yg luar biasa.
Bagian kepala depan dan belakang.

✓ Ga ngerti mau ngapain.
Mau ngapa2in tuh selalu salah mau lakuin ini dan itu. Apa2 kayak ga sreg dihati.

✓ Tiba2 selalu ngerasa jengah sama rutinitas, yg dulunya fine2 aja.

✓ Ada terbesit dan lama2 jadi mikirin serius, "Gimana caranya untuk mengakhiri hidup."

✓ Mulai mencoba berteman dengan benda tajam sebagai pelampiasan. Atau ada juga yg banting2 barang atau dengerin musik gede2 sambil teriak2 atau banting2 barang.

✓ Seringkali begadang 1 tiap hari begadang dan udah jadi rutinitas. Bahkan pola hidup kebalik, siang jadi malam.. dab malam jadi siang.

✓ Distorsi pikiran.

✓ Ga ada rasa lelah.
Ada rasa lelahnya nanti setelah 2 minggu seperti itu atau sebulan sudah melakukan/melalui apa yg di ceklist. Tiba2 ada 1 hari atau 3 hari full untuk tidur. Hanya tidur. Beneran ga bangun2.

✓ Kuat ga tidur2 berhari-hari.
Abis itu kuat beraktifitas lagi tanpa istirahat semacam tidur.

✓ Jadi demen makan dan naik berat badan signifikan tapi justru yg seringkali ditemukan kasus klo jadi menurut nafsu makannya.
(Intinya pada poin ini tergantung pribadi masing2)

✓ Selalu cari pelarian abis ada masalah.
Bukan memilih tapi secara otomatis.
Karena mental batin udah ga sanggup menanggung beban lagi, apalagi beban baru padahal itubhal sepele.

Jadi sangat sensitif.
wlwpn kamu orang yg santai/open minded

Luar biasa sist.... Poin2 yg disebutin si atas, iya banget yg saya rasakan juga... Setuju juga untuk bangkit dari depresi ini harus dari diri kita sendiri, namun perlu ada yg membantu mendorong, menguatkan, menyemangatkan menurutku, disinilah peranan dokter, teman, keluarga berada....

Thx for sharing :)
 
Pernah ngalamin Depresi berat.
Baru setahun kemarin.
Tapi ternyata proses mulainya Depresi awal-menengah dari 5thn silam. Kemudian Depresi menengah sampai Depresi berat dari 4thn lalu.

Dan baru ketauannya setahun lalu Depresi berat-Kronis. Dan baru bisa bangkit November 2018 lalu.
Itupun dengan cara memaksakan diri karena di push sama pasangan. Karena realita kehidupan yg ada membuatku mau ga mau harus bangkit.
Terhitung hanya 3 bulan aku bisa bangkit dan siap menghadapi dunia, yg seharusnya butuh 1-3th.



Kenapa baru ketauannya setahun lalu (2017-2018)?
Karena saya baru ngecek secara intens ke Psikiater setahun belakangan, sebelum2nya ke Psikolog doang.

Psikolog dan Psikiater itu serupa tapi tak sama yaa..


Jadi klo yg udah Depresi Berat sampai Kronis sebaiknya ke Psikiater. Jangan ke Psikolog, karena udah ga mempan..

Ingat Psikolog atau Psikiater hanya bantu ngedopping aja sebenernya yg saya rasakan, yg menentukan kesembuhan hanya diri kita sendiri.
Memang benar, kita ke dokter untuk nyembuhin. Dan emang Dokter itu menyembuhkan.
Sayangnya ga berlaku untuk kasus metal illness.
Karena penyembuhan mental illness itu sembuh bukan berarti menuntaskan selesai ya.
Justru penyembuhan dokter itu seperti menguatkan kita agar bisa kuat ketika tangan kita sudah dilepaskan sama dokter. Seperti bocah yg belajar jalan aja prinsipnya.
Yang menuntaskan ya kita sendiri, gimana kita bisa survive lebih lagi dan tak menoleh rasa juga2 memori lalu yg pernah kita alami.

Makanya ada kan seseorang yg mengalami mental illness lainnya ketergantungan obat penenang plus obat saraf lainnya.
Ya karena hal itu sebabnya..

Jangan anggap dokter dewa, yg sakit aja bisa ada yg mati ko wlwpn udah di rawat sedemikian rupa di RS yg teknologi dan Dokternya mumpuni.

Lagi2 harus kembali ke diri kita.
Cuma jangan karena omongan saya inj, malah jadi skeptis ya dengan peran Dokter atau psikiater atai psikolog untuk mengurangi-menyembuhkan mental illness.
Saya bisa sampai di titik ini juga karena peran besar dokter, tentunya juga peran pasangan saya yg ga lelah, ga menyerah tetap bersama saya menemani juga membantu saya melalui semuanya.





Klo udah ketauan alamin Depresi awal sebaiknya:

• Lekas cari sahabat/pacar yg bisa di ajak ngomong mendalam soal hal apapun bahkan sampai aib kita. Klo ga ada temen yg seperti itu, fix itu bukan sahabat hanya teman aja tapi kamu sendiri yg melabeli dia sahabat.


• Jauh2 dari orang dan lingkungan yg negatif, klo bis aga usah berhubungan lagi sama orang2 negatif ini. Contoh orang negatif :
Short Temper/Tempramental,
Orang abusive,
Orang egois,
Orang yg ga bisa ngertiin sikon kita,
Orang yg banyak omong ga penting & terlalu heboh (klo orangnya demen ngelawak gapapa),
Orang yg terlalu kaku & strict.


• Jauhi lingkungan yg terlalu ramai dan terlalu sepi senyap. Perlu kamu datangi ke :
Gunung,
Pantai,
perpustakaan/Toko Buku,
Kuliner (tapi tempatnya ga terlalu ramai),
Art Museum,
ke Taman Hiburan kayak Duf*n/wahana air (karen teriak2 dan euforianya mampu mengurangi penat di pikiran dan hati),
ke Bioskop,
Outdoor Sport.



Ciri2 kamu depresi berat selain diatas, yg ga terlalu teoritis karena saya alami sendiri..

✓ Mau beribadah dan berdoa kayak apapun ga membuat tenang hati dan pikiran, plus ada sesuatu yg bolong di hati. Sesuatu perasaan yg kosong..


✓ Gejolak emosional itu jomplang banget, ga beraturan tapi kamu sanggup memendam. Sayangnya ada titik sampai akhirnya kamu ga sanggup memendam lagi dan melakukan hal yg frontal sama orang2 yg sudah menyakiti kamu ataupun orang terdekatmu.
Pokoknya bukan seperti dirimu deh..
Kamu lega lakuin itu, ngerasa bodo amat.
Klo mereka blame kamu, kamu ga ngerasa bersalah tapi kamu ngerasa kenapa mereka ga bisa terimain aja apa yg udah kamu lakukan ke mereka.. padahal mereka udah melakukan banyak hal menyakitkan ke kamu dan kamu hanya melakukan sekali ke mereka.


✓ Lagi happy2 kamu ngerasa flat, padahal yg lainnya ngerasa girang banget sama sikon happy2 itu atau ke tempat wisata yg kamu kunjungi.


✓ Ngerasa kesepian di dalam keramaian yg ada disekitar kamu.


✓ Malam2 suka nangis/bengong sendiri tanpa sebab. Dan di perparah, ketika lg ngelakuin kegiatan sehari2 kayak ada moment ngeblank gitu.. dan pada akhirnya akan bertanya sama diri sendiri, "tadi gw mau ngapain ya?"


✓ All day selalu ngerasa sendirian dan kesepian.


✓ Seringkali alami sakit kepala yg luar biasa.
Bagian kepala depan dan belakang.


✓ Ga ngerti mau ngapain.
Mau ngapa2in tuh selalu salah mau lakuin ini dan itu. Apa2 kayak ga sreg dihati.


✓ Tiba2 selalu ngerasa jengah sama rutinitas, yg dulunya fine2 aja.


✓ Ada terbesit dan lama2 jadi mikirin serius, "Gimana caranya untuk mengakhiri hidup."


✓ Mulai mencoba berteman dengan benda tajam sebagai pelampiasan. Atau ada juga yg banting2 barang atau dengerin musik gede2 sambil teriak2 atau banting2 barang.

✓ Saat malam senang sendirian.
Entah untuk yg dengerin musik melow.. jalan2 sendirian keliling komplek rumah/kota/duduk berdiam diri di taman kota bahkan halte.


✓ Seringkali begadang 1 tiap hari begadang dan udah jadi rutinitas. Bahkan pola hidup kebalik, siang jadi malam.. dab malam jadi siang.


✓ Distorsi pikiran.


✓ Ga ada rasa lelah.
Ada rasa lelahnya nanti setelah 2 minggu seperti itu atau sebulan sudah melakukan/melalui apa yg di ceklist. Tiba2 ada 1 hari atau 3 hari full untuk tidur. Hanya tidur. Beneran ga bangun2.


✓ Kuat ga tidur2 berhari-hari.
Abis itu kuat beraktifitas lagi tanpa istirahat semacam tidur.


✓ Jadi demen makan dan naik berat badan signifikan tapi justru yg seringkali ditemukan kasus klo jadi menurut nafsu makannya.
(Intinya pada poin ini tergantung pribadi masing2)


✓ Selalu cari pelarian abis ada masalah.
Bukan memilih tapi secara otomatis.
Karena mental batin udah ga sanggup menanggung beban lagi, apalagi beban baru padahal itubhal sepele.


✓ Jadi sangat sensitif.
wlwpn kamu orang yg santai/open minded




Oh iya FYI.
Semisalnya kamu minta rekomendasi Dokter Psikiater yg oke buat nanganin kamu itu belum tentu cocok. Karena dari pengalaman ya jodoh2an plus cocok2an.
Saya pernah di rekomendasikan di forum2 kesehatan ga ada yg cocok. Saya juga pernah rekomendasiin orang lain, orang itu juga ga cocok.

Akhirnya kebetulan iseng jalan2 ke sebuah RS di Tanggerang. Eh ga disangka ketemu sama temen lama dulu deket terus lost contact, dia Dokter di RS itu. Cerita2 lah.. akhirnya dia kasih tau klo banyak pasien2 yg serupa sama saya cocok sama Dokter Psikiater disitu. Terus akhirnya dikenalin langsung sama dokternya dan ywdh enak banget cocok gitu.

Udah kayak temen pokoknya, bukan kayak Dokter2 lain yg cuman baik dan enak karena formalitas doang.

So, bagi kalian yg nyari Dokter psikiater.. mo'on maap yaa~ gw ga bisa rekomendasiin.
Tapi gw punya 1 pesan ke kalian yaitu, cari dokter yg seperti teman. Caranya?
Ya coba2 sendiri Trial Error plus cari review tentang Dokter tersebut. Intinya macam PDKT aja. Hehe..

Saya pernah rekomendasi orang lain, dia ngerasa ga cocok.. karena ga nyaman, ya seharusnya dokter psikiater gitu ga usah sedekat itu. Ga profesional lah atau apalah. Pokoknya gitu gaes..



Sekian komentar dan tambahan info dari saya.. untuk Thread starter, Thread-nya bagus.
Coba dilengkapi lagi info2 dan istilah2 diatas. Agar mudah dipahami lebih lagi buat para readers~ :bye:

Belum lama ini ngalamin n mpe skrg masih susah untuk cerita bahkan susa untuk ketemu orang untuk cerita.. uda taraf nyerah and life have no meaning anymore.. tp akhirnya gagal mengakhiri hidup.. setelahnya malah makin berat buat dijalani..
 
Mungkin Saya Tambahkan ya sist @Valkyrie_Freya

Anxiety Disoreder

Anxiety atau kecemasan adalah respons alami tubuh terhadap stres. Hal ini dapat muncul sebagai perasaan khawatir atau justru takut pada apa yang akan terjadi nanti. Misalnya, tentang hari pertama di sekolah, wawancara kerja, atau saat memberikan pidato yang dapat menyebabkan sebagian orang merasa gugup. Tapi tidak semua orang merasakan cemas apabila menghadapi situasi tersebut. Cemas adalah perasaan yang normal apabila masih dapat terkendali dan hilang setelah faktor pencetus teratasi. Jika perasaan cemas menetap dan menimbulkan gangguan dalam aktivitas sehari-hari maka kondisi tersebut dapat dikatakan sebagai gangguan kecemasan (anxiety disorder).

Awalnya Seperti Depresi, Cemas takut Mati sampai ke UGD periksa Jantung dll...Biasanya juga diikuti rasa Panik yang gak mau ilang2
 
Pernah ngalamin Depresi berat.
Baru setahun kemarin.
Tapi ternyata proses mulainya Depresi awal-menengah dari 5thn silam. Kemudian Depresi menengah sampai Depresi berat dari 4thn lalu.

Dan baru ketauannya setahun lalu Depresi berat-Kronis. Dan baru bisa bangkit November 2018 lalu.
Itupun dengan cara memaksakan diri karena di push sama pasangan. Karena realita kehidupan yg ada membuatku mau ga mau harus bangkit.
Terhitung hanya 3 bulan aku bisa bangkit dan siap menghadapi dunia, yg seharusnya butuh 1-3th.



Kenapa baru ketauannya setahun lalu (2017-2018)?
Karena saya baru ngecek secara intens ke Psikiater setahun belakangan, sebelum2nya ke Psikolog doang.

Psikolog dan Psikiater itu serupa tapi tak sama yaa..


Jadi klo yg udah Depresi Berat sampai Kronis sebaiknya ke Psikiater. Jangan ke Psikolog, karena udah ga mempan..

Ingat Psikolog atau Psikiater hanya bantu ngedopping aja sebenernya yg saya rasakan, yg menentukan kesembuhan hanya diri kita sendiri.
Memang benar, kita ke dokter untuk nyembuhin. Dan emang Dokter itu menyembuhkan.
Sayangnya ga berlaku untuk kasus metal illness.
Karena penyembuhan mental illness itu sembuh bukan berarti menuntaskan selesai ya.
Justru penyembuhan dokter itu seperti menguatkan kita agar bisa kuat ketika tangan kita sudah dilepaskan sama dokter. Seperti bocah yg belajar jalan aja prinsipnya.
Yang menuntaskan ya kita sendiri, gimana kita bisa survive lebih lagi dan tak menoleh rasa juga2 memori lalu yg pernah kita alami.

Makanya ada kan seseorang yg mengalami mental illness lainnya ketergantungan obat penenang plus obat saraf lainnya.
Ya karena hal itu sebabnya..

Jangan anggap dokter dewa, yg sakit aja bisa ada yg mati ko wlwpn udah di rawat sedemikian rupa di RS yg teknologi dan Dokternya mumpuni.

Lagi2 harus kembali ke diri kita.
Cuma jangan karena omongan saya inj, malah jadi skeptis ya dengan peran Dokter atau psikiater atai psikolog untuk mengurangi-menyembuhkan mental illness.
Saya bisa sampai di titik ini juga karena peran besar dokter, tentunya juga peran pasangan saya yg ga lelah, ga menyerah tetap bersama saya menemani juga membantu saya melalui semuanya.





Klo udah ketauan alamin Depresi awal sebaiknya:

• Lekas cari sahabat/pacar yg bisa di ajak ngomong mendalam soal hal apapun bahkan sampai aib kita. Klo ga ada temen yg seperti itu, fix itu bukan sahabat hanya teman aja tapi kamu sendiri yg melabeli dia sahabat.


• Jauh2 dari orang dan lingkungan yg negatif, klo bis aga usah berhubungan lagi sama orang2 negatif ini. Contoh orang negatif :
Short Temper/Tempramental,
Orang abusive,
Orang egois,
Orang yg ga bisa ngertiin sikon kita,
Orang yg banyak omong ga penting & terlalu heboh (klo orangnya demen ngelawak gapapa),
Orang yg terlalu kaku & strict.


• Jauhi lingkungan yg terlalu ramai dan terlalu sepi senyap. Perlu kamu datangi ke :
Gunung,
Pantai,
perpustakaan/Toko Buku,
Kuliner (tapi tempatnya ga terlalu ramai),
Art Museum,
ke Taman Hiburan kayak Duf*n/wahana air (karen teriak2 dan euforianya mampu mengurangi penat di pikiran dan hati),
ke Bioskop,
Outdoor Sport.



Ciri2 kamu depresi berat selain diatas, yg ga terlalu teoritis karena saya alami sendiri..

✓ Mau beribadah dan berdoa kayak apapun ga membuat tenang hati dan pikiran, plus ada sesuatu yg bolong di hati. Sesuatu perasaan yg kosong..


✓ Gejolak emosional itu jomplang banget, ga beraturan tapi kamu sanggup memendam. Sayangnya ada titik sampai akhirnya kamu ga sanggup memendam lagi dan melakukan hal yg frontal sama orang2 yg sudah menyakiti kamu ataupun orang terdekatmu.
Pokoknya bukan seperti dirimu deh..
Kamu lega lakuin itu, ngerasa bodo amat.
Klo mereka blame kamu, kamu ga ngerasa bersalah tapi kamu ngerasa kenapa mereka ga bisa terimain aja apa yg udah kamu lakukan ke mereka.. padahal mereka udah melakukan banyak hal menyakitkan ke kamu dan kamu hanya melakukan sekali ke mereka.


✓ Lagi happy2 kamu ngerasa flat, padahal yg lainnya ngerasa girang banget sama sikon happy2 itu atau ke tempat wisata yg kamu kunjungi.


✓ Ngerasa kesepian di dalam keramaian yg ada disekitar kamu.


✓ Malam2 suka nangis/bengong sendiri tanpa sebab. Dan di perparah, ketika lg ngelakuin kegiatan sehari2 kayak ada moment ngeblank gitu.. dan pada akhirnya akan bertanya sama diri sendiri, "tadi gw mau ngapain ya?"


✓ All day selalu ngerasa sendirian dan kesepian.


✓ Seringkali alami sakit kepala yg luar biasa.
Bagian kepala depan dan belakang.


✓ Ga ngerti mau ngapain.
Mau ngapa2in tuh selalu salah mau lakuin ini dan itu. Apa2 kayak ga sreg dihati.


✓ Tiba2 selalu ngerasa jengah sama rutinitas, yg dulunya fine2 aja.


✓ Ada terbesit dan lama2 jadi mikirin serius, "Gimana caranya untuk mengakhiri hidup."


✓ Mulai mencoba berteman dengan benda tajam sebagai pelampiasan. Atau ada juga yg banting2 barang atau dengerin musik gede2 sambil teriak2 atau banting2 barang.

✓ Saat malam senang sendirian.
Entah untuk yg dengerin musik melow.. jalan2 sendirian keliling komplek rumah/kota/duduk berdiam diri di taman kota bahkan halte.


✓ Seringkali begadang 1 tiap hari begadang dan udah jadi rutinitas. Bahkan pola hidup kebalik, siang jadi malam.. dab malam jadi siang.


✓ Distorsi pikiran.


✓ Ga ada rasa lelah.
Ada rasa lelahnya nanti setelah 2 minggu seperti itu atau sebulan sudah melakukan/melalui apa yg di ceklist. Tiba2 ada 1 hari atau 3 hari full untuk tidur. Hanya tidur. Beneran ga bangun2.


✓ Kuat ga tidur2 berhari-hari.
Abis itu kuat beraktifitas lagi tanpa istirahat semacam tidur.


✓ Jadi demen makan dan naik berat badan signifikan tapi justru yg seringkali ditemukan kasus klo jadi menurut nafsu makannya.
(Intinya pada poin ini tergantung pribadi masing2)


✓ Selalu cari pelarian abis ada masalah.
Bukan memilih tapi secara otomatis.
Karena mental batin udah ga sanggup menanggung beban lagi, apalagi beban baru padahal itubhal sepele.


✓ Jadi sangat sensitif.
wlwpn kamu orang yg santai/open minded




Oh iya FYI.
Semisalnya kamu minta rekomendasi Dokter Psikiater yg oke buat nanganin kamu itu belum tentu cocok. Karena dari pengalaman ya jodoh2an plus cocok2an.
Saya pernah di rekomendasikan di forum2 kesehatan ga ada yg cocok. Saya juga pernah rekomendasiin orang lain, orang itu juga ga cocok.

Akhirnya kebetulan iseng jalan2 ke sebuah RS di Tanggerang. Eh ga disangka ketemu sama temen lama dulu deket terus lost contact, dia Dokter di RS itu. Cerita2 lah.. akhirnya dia kasih tau klo banyak pasien2 yg serupa sama saya cocok sama Dokter Psikiater disitu. Terus akhirnya dikenalin langsung sama dokternya dan ywdh enak banget cocok gitu.

Udah kayak temen pokoknya, bukan kayak Dokter2 lain yg cuman baik dan enak karena formalitas doang.

So, bagi kalian yg nyari Dokter psikiater.. mo'on maap yaa~ gw ga bisa rekomendasiin.
Tapi gw punya 1 pesan ke kalian yaitu, cari dokter yg seperti teman. Caranya?
Ya coba2 sendiri Trial Error plus cari review tentang Dokter tersebut. Intinya macam PDKT aja. Hehe..

Saya pernah rekomendasi orang lain, dia ngerasa ga cocok.. karena ga nyaman, ya seharusnya dokter psikiater gitu ga usah sedekat itu. Ga profesional lah atau apalah. Pokoknya gitu gaes..



Sekian komentar dan tambahan info dari saya.. untuk Thread starter, Thread-nya bagus.
Coba dilengkapi lagi info2 dan istilah2 diatas. Agar mudah dipahami lebih lagi buat para readers~ :bye:

baca poin2 disini... ga sadar tiba2 nangis sendiri.. capek banget rasanya, sampe dijauhin sama temen2, bahkan diputusin pacar gara2 pikiran ini.. bener banget..masih tahap pencarian dokter yg cocok, hihi. udah coba beberapa psikolog, blm ada yg cocok
 
Buat para suhu dan sista, kalau pada suatu moment tiba-tiba merasa kosong, seperti tidak bergairah, sesegera mungkin langsung konsultasi ke Psikolog. Kalau karena satu dan lain hal tidak bisa ke Psikolog, coba ngobrol sama sahabat atau keluarga. Khawatir itu tanda-tanda dari depresi, karena kita engga selalu tahu pasti alasan mengapa kita depresi. Konsultasi ke Psikolog supaya kita tahu kita sedang mengalami depresi atau masalah kesehatan mental yang lain.

Untuk suhu/sista yang saat ini sedang mengalami depresi, kalau bisa rutin konsultasi ke Psikolog. Kalau karena satu dan lain hal tidak bisa ke Psikolog, curhat ke sahabat atau keluarga. Tapi pastikan orang tersebut adalah orang yang tepat yah, karena saran dari orang yang tidak paham dengan depresi cenderung makin memperparah depresi yang kita alami.

Berjuang melawan depresi itu berat, apalagi kalau kita tidak punya siapa-siapa. Itu yang ane alamin selama bertahun-tahun. Teman-teman ane menganggap depresi adalah hal yang remeh, terlebih lagi sentimen dari masyarakat seperti: "makanya sering beribadah", "pasti karena kurang beribadah", dll. Padahal depresi tidak ada kaitannya dengan keimanan seseorang. Ini juga yang menjadi alasan seseorang dengan depresi malu untuk mengakui kalau mereka depresi karena akan mendapat sentimen negatif. Sama halnya orang-orang yang pergi ke Psikolog akan dianggap gila oleh orang-orang awam.

Ane bukan pakar kesehatan mental/Psikolog, jadi ane engga mau ngasih saran-saran how to handle depression. Tapi yang ane pelajari selama ini adalah, kita harus selalu menguatkan orang lain yang sama-sama sedang mengalami depresi. "Because when we strengthen others, we strengthening ourself."

🙂
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd