urchins
Adik Semprot
- Daftar
- 19 Jun 2014
- Post
- 128
- Like diterima
- 36
Hamburg, kota pelabuhan di ujung
timur Jeman, menjadi saksi kemunculan klub
sepakbola rock 'n roll pertama. Kita tidak
akan
membicarakan Hamburg SV dengan Rafael Van
Der Vart atau bahkan wonderkid Korea
Selatan,
Son Heung Min, yang sedang ramai
dibicarakan
itu. Kita akan berbicara tentang Sankt Pauli.
Klub ini telah menjadi kultus bukan hanya di
Hamburg, tapi juga di banyak belahan dunia
lainnya, tak terkecuali di Indonesia. Mungkin
tidak ada klub dengan prestasi amburadul
yang
"dikultuskan" sedemikian rupa di banyak
wilayah melebihi St. Pauli, bahkan tidak juga
West Ham United yang di sini jadi kondang
karena film populer Green Street Hooligans
itu.
Kemasyhuran St. Pauli oleh kekhasan para
suporternya yang luar biasa. Kecintaan
mereka
terhadap St. Pauli melebihi kecintaan mereka
terhadap apa itu kemenangan, kesuksesan,
atau sekadar permainan hebat. Tidak jarang
mereka enggan atau bahkan tak sudi
menonton
pertandingan sepakbola yang dimainkan oleh
kesebelasan lain, betapa pun hebat dan
indahnya permainan mereka. Banyak dari
mereka yang hanya mau menonton St. Pauli.
Dan fanatisme terhadap St. Pauli itu tentu
bukan lahir dari ruang kosong. Fanatisme itu
merefleksikan sejumlah nilai dan spirit yang
melekat pada St. Pauli bagaimana nilai dan spirit itu yang
menjadi fondasi fanatisme suporter St. Pauli.
****
Sankt Pauli bukan hanya sekedar salah satu
tempat di kota Hamburg. Lebih dari itu,
lingkungan di kota ini memberi pelajaran
hidup
bagaimana kebebasan dan toleransi sangat
dijunjung tinggi.
Toleransi adalah kenyataan hidup di tempat
ini. Hiburan, kesenangan dan suasanaReeperbahn di malam hari menjadikan St
Pauli
rumah bagi para masyarakat kelas bawah,
pengangguran, pelacur, waria, mahasiswa dan
imigran sekalipun. Jika warga Hamburg
berkata, "Saya di Kiez", itu bukan berarti dia
sedang berada di salah satu tempat atau
lingkungan, beda halnya ketika anda berada
di
Berlin. Kiez di Hamburg berarti salah satu
tempat prostitusi yang paling terkenal.
Youll never walk alone , itu yang dirasakan
selama berada di Sankt Pauli. Sementara bagi
para petualang cinta, tempat ini bagaikan
surga dunia. Terpusat di "Sinful Mile" atau
Reeperbahn yang dikelilingi ratusan bar,
tempat
ini sudah lama dikenal sebagai kawasan
prostitusi. Hampir tiap malam, tempat ini
ramai
dikunjungi para pelaut yang sedang libur
serta
para pelancong yang menghabiskan waktu di
klub striptease.
Tempat lain yang cukup masyhur adalah
Hamburger Berg dan Hans Albers Platz.
Merupakan suatu kesenangan berkeliling di
tempat ini. Toko penjual alat bantu seks,
klub-
klub malam yang menyediakan pelacur terbaik
yang ada di negeri ini hingga bar-bar yang
menjual minuman sangat murah. Suatu
kerugian jika anda pergi ke Hamburg tidak
menyinggahi daerah ini atau berkunjung ke
mari tapi pulang sebelum tengah malam.
Tidak heran jika The Beatles sempat menyebut
kota ini sebagai "Sin City". Sebelum menjadi
band yang disanjung di mana-mana, The
Beatles pernah bermain di sini selama kurang
lebih 2,5 tahun lamanya. Menilik latar
belakang
di atas, jadi masuk akal juga jika Jack
Daniel,
salah satu merk minuman keras terkenal,
juga
sempat menjadi sponsor St. Pauli.
Simbol tengkorak dan tulang yang bersilang
terlihat di mana-mana, di hampir semua toko
dan kios, juga sudut-sudut jalan. Simbol itu
tak lagi jadi milik para kriminal, tapi
mewakili
"anak ideologis" wilayah ini yang kini sangat
termasyhur: FC Sankt Pauli.
Prinsip "anarko libertarian" klub ini banyak
menginspirasi orang lain. St. Pauli memiliki
lebih
dari ratusan atau bahkan ribuan fans di
seluruh dunia. Di Inggris biasanya fans St.
Pauli
berkumpul di London Zeitgeist's Pub atau di
Edinburgh's Murrayfield Bar setiap akhir
pekannya. Mereka bertemu di sana untuk
menonton pertandingan melalui televisi. Di
Birmingham sekumpulan penggemar yang
menamakan Birmingham Boys in Brown
menggelar konser amal yang bernama
Brownstock dan mengumpulkan uang sebesar
1.370 pounds ketika tim ini dirundung
masalah
finansial.
Dan bukanlah hal yang aneh beberapa band
dan musisi sering mengenakan baju tim ini: A
Day To Remember, The Gaslight Anthem sampai
Sigur Ros . Salah satu hal yang unik jiga
menonton pertandingan Sankt Pauli adalah
ketika pertandingan akan dimulai, anda
akan
mendengar dentungan lagu dari AC/DC yang
berjudul Hell's Bells dan lagu Song 2 yang
dibawakan oleh Blur ketika tim tuan rumah
mencetak gol.
Simbol tengkorak itu mewakili semangat St.
Pauli. "Ini adalah simbol (tengkorak) kita
sebagai orang miskin kelas pekerja yang
menentang tim sepakbola seperti Bayern
(kaya)
dan kita memposisikan sebagai bajak laut
yang
berjuang untuk rakyat miskin melawan yang
kaya," ucap seorang petugas keamanan
Stadion
Millerntor, kandang Sankt Pauli. Stadion
Millerntor ini unik, di mana ada beberapa
tempat duduk khusus yang dilengkapi pompa
bir
dan kereta berisikan hot dog yang bisa
diakses
dari dapur stadion menuju VIP.
timur Jeman, menjadi saksi kemunculan klub
sepakbola rock 'n roll pertama. Kita tidak
akan
membicarakan Hamburg SV dengan Rafael Van
Der Vart atau bahkan wonderkid Korea
Selatan,
Son Heung Min, yang sedang ramai
dibicarakan
itu. Kita akan berbicara tentang Sankt Pauli.
Klub ini telah menjadi kultus bukan hanya di
Hamburg, tapi juga di banyak belahan dunia
lainnya, tak terkecuali di Indonesia. Mungkin
tidak ada klub dengan prestasi amburadul
yang
"dikultuskan" sedemikian rupa di banyak
wilayah melebihi St. Pauli, bahkan tidak juga
West Ham United yang di sini jadi kondang
karena film populer Green Street Hooligans
itu.
Kemasyhuran St. Pauli oleh kekhasan para
suporternya yang luar biasa. Kecintaan
mereka
terhadap St. Pauli melebihi kecintaan mereka
terhadap apa itu kemenangan, kesuksesan,
atau sekadar permainan hebat. Tidak jarang
mereka enggan atau bahkan tak sudi
menonton
pertandingan sepakbola yang dimainkan oleh
kesebelasan lain, betapa pun hebat dan
indahnya permainan mereka. Banyak dari
mereka yang hanya mau menonton St. Pauli.
Dan fanatisme terhadap St. Pauli itu tentu
bukan lahir dari ruang kosong. Fanatisme itu
merefleksikan sejumlah nilai dan spirit yang
melekat pada St. Pauli bagaimana nilai dan spirit itu yang
menjadi fondasi fanatisme suporter St. Pauli.
****
Sankt Pauli bukan hanya sekedar salah satu
tempat di kota Hamburg. Lebih dari itu,
lingkungan di kota ini memberi pelajaran
hidup
bagaimana kebebasan dan toleransi sangat
dijunjung tinggi.
Toleransi adalah kenyataan hidup di tempat
ini. Hiburan, kesenangan dan suasanaReeperbahn di malam hari menjadikan St
Pauli
rumah bagi para masyarakat kelas bawah,
pengangguran, pelacur, waria, mahasiswa dan
imigran sekalipun. Jika warga Hamburg
berkata, "Saya di Kiez", itu bukan berarti dia
sedang berada di salah satu tempat atau
lingkungan, beda halnya ketika anda berada
di
Berlin. Kiez di Hamburg berarti salah satu
tempat prostitusi yang paling terkenal.
Youll never walk alone , itu yang dirasakan
selama berada di Sankt Pauli. Sementara bagi
para petualang cinta, tempat ini bagaikan
surga dunia. Terpusat di "Sinful Mile" atau
Reeperbahn yang dikelilingi ratusan bar,
tempat
ini sudah lama dikenal sebagai kawasan
prostitusi. Hampir tiap malam, tempat ini
ramai
dikunjungi para pelaut yang sedang libur
serta
para pelancong yang menghabiskan waktu di
klub striptease.
Tempat lain yang cukup masyhur adalah
Hamburger Berg dan Hans Albers Platz.
Merupakan suatu kesenangan berkeliling di
tempat ini. Toko penjual alat bantu seks,
klub-
klub malam yang menyediakan pelacur terbaik
yang ada di negeri ini hingga bar-bar yang
menjual minuman sangat murah. Suatu
kerugian jika anda pergi ke Hamburg tidak
menyinggahi daerah ini atau berkunjung ke
mari tapi pulang sebelum tengah malam.
Tidak heran jika The Beatles sempat menyebut
kota ini sebagai "Sin City". Sebelum menjadi
band yang disanjung di mana-mana, The
Beatles pernah bermain di sini selama kurang
lebih 2,5 tahun lamanya. Menilik latar
belakang
di atas, jadi masuk akal juga jika Jack
Daniel,
salah satu merk minuman keras terkenal,
juga
sempat menjadi sponsor St. Pauli.
Simbol tengkorak dan tulang yang bersilang
terlihat di mana-mana, di hampir semua toko
dan kios, juga sudut-sudut jalan. Simbol itu
tak lagi jadi milik para kriminal, tapi
mewakili
"anak ideologis" wilayah ini yang kini sangat
termasyhur: FC Sankt Pauli.
Prinsip "anarko libertarian" klub ini banyak
menginspirasi orang lain. St. Pauli memiliki
lebih
dari ratusan atau bahkan ribuan fans di
seluruh dunia. Di Inggris biasanya fans St.
Pauli
berkumpul di London Zeitgeist's Pub atau di
Edinburgh's Murrayfield Bar setiap akhir
pekannya. Mereka bertemu di sana untuk
menonton pertandingan melalui televisi. Di
Birmingham sekumpulan penggemar yang
menamakan Birmingham Boys in Brown
menggelar konser amal yang bernama
Brownstock dan mengumpulkan uang sebesar
1.370 pounds ketika tim ini dirundung
masalah
finansial.
Dan bukanlah hal yang aneh beberapa band
dan musisi sering mengenakan baju tim ini: A
Day To Remember, The Gaslight Anthem sampai
Sigur Ros . Salah satu hal yang unik jiga
menonton pertandingan Sankt Pauli adalah
ketika pertandingan akan dimulai, anda
akan
mendengar dentungan lagu dari AC/DC yang
berjudul Hell's Bells dan lagu Song 2 yang
dibawakan oleh Blur ketika tim tuan rumah
mencetak gol.
Simbol tengkorak itu mewakili semangat St.
Pauli. "Ini adalah simbol (tengkorak) kita
sebagai orang miskin kelas pekerja yang
menentang tim sepakbola seperti Bayern
(kaya)
dan kita memposisikan sebagai bajak laut
yang
berjuang untuk rakyat miskin melawan yang
kaya," ucap seorang petugas keamanan
Stadion
Millerntor, kandang Sankt Pauli. Stadion
Millerntor ini unik, di mana ada beberapa
tempat duduk khusus yang dilengkapi pompa
bir
dan kereta berisikan hot dog yang bisa
diakses
dari dapur stadion menuju VIP.