VIVA.co.id - Tiga nama berpeluang menjadi penerus Raja Yogyakarta, Bendara Raden Mas Herjuno Darpito atau Sultan Hamengkubuwono X. Hal ini diungkapkan peneliti dari Universitas Gadjah Mada, Bayu Dardias K.
Menurut dosen Ilmu Politik dan Pemerintahan ini, ketiga nama tersebut adalah Gusti Pembayun yang merupakan putri pertama Sultan HB X. Kemudian KGPH Hadiwinoto, adik kandung Sultan HB X dan GBPH Prabukusomo.
"Dilihat dari trah dan keturunan memang ada 14 nama yang saya lihat memiliki peluang. Namun, jika dikerucutkan lagi, tiga nama itulah yang memiliki peluang cukup besar," kata Bayu saat menyampaikan disertasinya dengan judul 'Politik Keistimewaan di Yogyakarta. Harta, Tahta dan Perebutan Kuasa' di Fisipol UGM, Yogyakarta, Senin 23 Maret 2015.
Ia mengatakan apa yang disampaikannya karena ada alasan dan latar belakang yang jelas dengan status ketiga nama tersebut. Berdasarkan garis keturunan GKR Pembayun sebagai putri pertama. Sedangkan GBPH Prabukusumo adalah anak tertua dari selir HB IX.
"Kalau dilihat dari garis keturunan langsung adalah Gusti Pembayun yang berpeluang menjadi Sultan. Dalam kerajaan Islam di Indonesia pernah ada Sultan perempuan yaitu Takjul Alam. Memang, di Yogya belum pernah ada," ujar dia.
Namun, sejak Kasultanan Yogyakarta mulai dari HB I hingga X selalu dipimpin Sultan laki-laki. "Hal itulah yang selalu dijadikan peraturan tak tertulis mengenai jabatan Sultan di Kraton Yogyakarta," imbuhnya.
Namun, sambung Bayu, selama ini jika mengenai suksesi di Kraton Yogyakarta tradisinya adalah kewenangan Sultan HB X.
"Betapa galaunya Sultan dalam memilih. Karena, begitu salah, maka seluruh jejak leluhurnya akan kena dan dilupakan masyarakat. Menentukan siapa penggantinya adalah tugas yang berat," tutur Bayu.
Menurut dosen Ilmu Politik dan Pemerintahan ini, ketiga nama tersebut adalah Gusti Pembayun yang merupakan putri pertama Sultan HB X. Kemudian KGPH Hadiwinoto, adik kandung Sultan HB X dan GBPH Prabukusomo.
"Dilihat dari trah dan keturunan memang ada 14 nama yang saya lihat memiliki peluang. Namun, jika dikerucutkan lagi, tiga nama itulah yang memiliki peluang cukup besar," kata Bayu saat menyampaikan disertasinya dengan judul 'Politik Keistimewaan di Yogyakarta. Harta, Tahta dan Perebutan Kuasa' di Fisipol UGM, Yogyakarta, Senin 23 Maret 2015.
Ia mengatakan apa yang disampaikannya karena ada alasan dan latar belakang yang jelas dengan status ketiga nama tersebut. Berdasarkan garis keturunan GKR Pembayun sebagai putri pertama. Sedangkan GBPH Prabukusumo adalah anak tertua dari selir HB IX.
"Kalau dilihat dari garis keturunan langsung adalah Gusti Pembayun yang berpeluang menjadi Sultan. Dalam kerajaan Islam di Indonesia pernah ada Sultan perempuan yaitu Takjul Alam. Memang, di Yogya belum pernah ada," ujar dia.
Namun, sejak Kasultanan Yogyakarta mulai dari HB I hingga X selalu dipimpin Sultan laki-laki. "Hal itulah yang selalu dijadikan peraturan tak tertulis mengenai jabatan Sultan di Kraton Yogyakarta," imbuhnya.
Namun, sambung Bayu, selama ini jika mengenai suksesi di Kraton Yogyakarta tradisinya adalah kewenangan Sultan HB X.
"Betapa galaunya Sultan dalam memilih. Karena, begitu salah, maka seluruh jejak leluhurnya akan kena dan dilupakan masyarakat. Menentukan siapa penggantinya adalah tugas yang berat," tutur Bayu.