Sambil nunggu apdetan dari yang mbahurekso trit ini, gak ada salahnya jika sebagai asisten yang baik dan benar, nubi ingin berbagi pengalaman yang tak terlupakan. Jika suhu-suhu dimari menyangka kisah ini masih berhubungan dengan salah satu fans-ku dari makhluk ghaib yang bernama genderuwo (
), maka suhu-suhu salah. Ini kisahnya lepas dari embel-embel genderuwo yang selama ini begitu setia memberikan kesan-kesannya pada nubi.
Kisah ini terjadi ketika masih kuliah. Pada awal semester 5 dulu, yang bertepatan dengan awal perkuliahan di bulan puasa tahun 2008. Ceritanya, waktu itu adalah minggu pertama masuk perkuliahan. Nubi dan temen sekost-an nubi berencana untuk pindah kontrakan. (jangan pada kepikiran negatif, temen kost an nubi ini cowok, dan Cuma dia temen kost nubi sejak awal kuliah. –kita ngekos dirumah salah satu warga yang Cuma punya 1 kamar kost. Jadi dirumah warga tersebut, Cuma nubi dan temen nubi yang ngekost. Bisa dibayangin gak gimana suasananya? Jangan dibayangin, lha wong pas aku ngekos disana aja aku juga udah mbatin kost macam apa ini?? Masak rumah kost Penghuninya Cuma 2 orang?)
Yap, akhirnya dalam 2 hari, kami menemukan tempat buat ngontrak. Demi menghemat uang sewa, kami akhirnya sepakat untuk mengontrak sebuah tempat didaerah Sukolilo-Tuban dengan 5 orang teman lainnya, sehingga total kami berjumlah 7 orang. (naasnya ke 7 orang tersebut merupakan batangan semua. Jadi tau kan gimana ramenya kalo ngumpul?)
Skip
Skip
Akhirnya setelah beberes ditempat kost lama, setelah ashar kami berpamitan pada bapak ibu kost yang kami tempati. Habis ashar hari itu juga kami boyongan menuju rumah kontrakan kami yang baru. (ingat, kejadiannya kan pas bulan puasa, jadi kalo boyongannya pas habis asar, nantinya tidak akan begitu telak dahaga yang kami rasakan, alasan lainnya adalah, dengan perhitungan kalkulus macam ikan teri nasi –siap saji juga boleh- nantinya barang-barang kami sudah akan sampai dikontrakan baru, dan kami bisa beres-beres menjelang adzan magrib berkumandang)
Sreett, akhirnya sampai juga kami dikontrakan yang baru. Ber7, kami diantarkan oleh ibu kontrakan (kalo ngekost kan ibu kost, kalo kontrakan ya ibu kontrakan?) menuju tempat yang bakal kami diami. Buseeettt, pemandangan yang jauh dari bayanganku terpampang didepan mata ketika tahu tempat kami tinggal nanti. Sebuah tempat yang tidak begitu besar, dengan suasana masih penuh dengan debu terlihat jelas disana.
"maaf ya adek-adek, ini dulunya adalah gudang. Sudah lama tidak pernah ditinggali, mungkin sekitar 5 tahunan, jadi maklum ya..."
Kami hanya mengiyakan kata-kata ibu kontrak itu meski dalam hati menggerutu gak karuan. –kamprettt-
"Oya, kalo disini, bicaranya jangan keras-keras ya. Kasihan tetangga, nanti bisa terganggu. Jaga juga bahasanya. Nanti kalo ada yang terganggu bisa bahaya lho" –buset, ini ibu kontrakan malah nakut-nakutin kami. Apa dikira kami takut? Ya enggak bakalan lah kami takut. Cuma minder aja kali
Oke, setelah kepergian ibu kontrakan yang agak cerewet itu, nubi dan kawan-kawan segera menata ruangan yang amburadul itu. Geser sana-geser sini, akhirnya jadi juga seperti yang kami inginkan. Jangan bayangkan langsung kinclong dan rapi kayak pilem-pilem ditipi, jangan harap. Namanya juga cowok, serapi apapun di pikiran mereka, kenyataannya TETEP AJA GAK RAPI!
Pukul 9 malam kami akhirnya selesai juga merapikan bekas gudang itu (menurut kami). Tentunya itu juga ssetelah diselingi dengan acara buka puasa seadanya. (aslinya bukan seadanya, tapi segalanya. Tau sendiri kan kalo lagi laper dicampur kalap, semuanya pasti masuk ke mulut. Ditambah dengan porsi kami yang setara kuli, bener-bener seadanya yang dimakan. Meja, kursi, lemari, sampe rumput tetangga pun dimakan –halah-), kelar beberes, waktunya untuk ngepel lantai. Bayangin aja deh, 5 taun gak dipake gimana keadaan lantainya, gak bakalan bisa selese dalam waktu singkat. Akhirnya, setengah 11 kami memutuskan untuk istirahat dulu. Sebagian lantai yang belum ter pel, akan kami teruskan besok. –moga-moga aja masih ada niat. Dan kami bertujuh, beristirahat di ruangan depan. Lesehan, tanpa ada meja, tanpa ada kursi, apalagi tipi. Deskripsi *Rumah yang kami kontrak ukurannya tidak begitu besar. Hanya ada 3 kamar –itupun satunya kamar mandi di belakang. Pokoknya cocok banget buat dikontrak para pasangan homo. Jadi, intinya adalah 2 kamar tidur, 1 kamar mandi, dan didepan, ada ruangan buat lesehan. Nah disini nih kami ber7 tidur untuk malam ini. Mungkin karena kecapekan, temen-temen sekontrakan sudah pada ngorok beberapa saat setelah merebahkan diri di lantai. (ini beneran lantai. Karena memang gak ada alasnya sama sekali. Maklum lah para mahasiswa yang jauh dari tanah airnya...) sedangkan aku? Masih saja mataku kedip-kedip gak mau merem. Meski badan capek, tapi di suasana baru, ditempat baru, pasti selalu sulit untuk tidur meskipun dipaksakan. Hening... hanya suara dengkuran yang saling bersahutan...
Sepi banget, dan bulu ketek mulai berdiri. Tapi aku coba buat berfikir positif. Ini kan bulan puasa. Katanya kan kalo bulan puasa setan-setannya pada dipenjara. Tapi begitu ingat dengan kisah genderuwo yang squirt juga terjadi pada bulan puasa, maka kemerindinganku semakin menjadi. Dan, aku baru sadar, malam itu adalah malam jum'at! Semakin deh nubi gak tenang. Takut terjadi apa-apa. Ternyata penderitaanku gak sampai disana saja. Tiba-tiba saja aku merasa ingin pipis.. mau kebelakang, takut, gak kebelakang, rasanya tersiksa sekali. Mana jam sudah menunjukkan pukul 12 lebih lagi.. akhirnya dengan tekad bulat demi masa depan anak-anakku nanti –ingat, anak-anak nanti juga akan keluar dari jalan pipis ini- aku beranikan diri untuk mulai beranjak ke belakang. Niatku sudah bulat, aku harus pipisss! Gak peduli malem jumat, gak peduli squirt genderuwo, gak peduli udah lebih dari tengah malam aku nekaaddd!
Tapi....
Klik.... Jjceeeeezzzzzzz........ nguuunnnggggggg
Belum sempat aku berdiri tegak, dari kamar mandi di belakang terdengar suara pompa air (boso jowone sanyo) menyala. Aku kaget. Siapa malam-malam gini yang nyalain sanyo dibelakang?
Aku hitung temen-temen yang tidur disampingku... satu, duwa, tigha, emphad, limha, enham... enam! Tujuh sama aku! Masih komplit, gak ada yang ke kamar mandi. Aku diem sambil kembali tiduran ndusel bersama mereka.
Klik...
Suara sanyo mati...
Beberapa saat kemudian...
Klik...
Jjjjccceeeeeezzzzzzzzzzzz..... nguuuuuunnngggggggggggggggggggggggg
Nyala lagi
Begitu seterusnya hingga berkali-kali.
Dan aku? Sama sekali gak berani beranjak dari tempat aku pura-pura tidur. Bahkan untuk membangunkan teman-temanku sekalipun. Iya nanti kalo ceritaku ini dipercaya? Kalo gak? Bisa-bisa kena keroyokan gara-gara mengganggu orang tidur.
Hingga akhirnya suara itu pun berhenti. Ketika terdengar suara speaker orang mengaji di masjid dekat kontrakan. (biasanya kalo bulan puasa, sebelum sahur, ada beberapa masjid yang melakukan kegiatan mengaji dahulu, biasanya juga dimulai sekitar jam 2.). setengah 3 an, teman-teman sekontrakkan pada mulai bangun untuk bergerilya mencari menu buat sahur. Dan nubi?? DARI TADI TERJAGA SAMBIL NAHAN PIPIS DAN KETAKUTAN YANG LUAR BIADABBB! *pasti suhu-suhu dimari juga tahu gimana rasanya nahan pipis setelah sekian lama.
Tanpa babibu lagi, karena merasa keadaan lebih aman daripada tadi, langsung ke kamar mandi untuk memenuhi panggilan alam. Leganyaa.. setelah itu, hemm, kita keluar untuk mencari menu sahur, dan nubi pun gak menceritakan tentang kejadian di malam pertama pindah kontrakan.
Paginya...
Salah satu penghuni kontrakan yang berinisial "A". Mohon maaf untuk para suhu sekalian, demi menjaga kerahasiaan tulisan ini, nubi gak akan bilang kalo nama temenku itu sebenernya adalah Amin. Jadi sekali lagi mohon maaf yang sebesar-besarnya, karena nubi tidak bisa memberitahukan kalo namanya adalah Amin.
Meberitahukanku sesuatu. Ternyata dia semalem juga tidurnya gak nyenyak. Dan yang lebih membuatku tercekam adalah, dia tahu kejadian semalem, dan dia bisa melihat makhluk ghaib!
Dia bilang kalo ditempat kita ngontrak, ada "penghuninya". Yaitu seorang nenek tua, dan 2 orang bocah yang kelihatan seperti cucunya. Mereka suka bermain-main ditempat kami tidur semalem –diruang depan-, dan juga, yang mainin saklar sanyo dibelakang adalah cucu si nenek itu. Lalu kenapa si A gak bangun? Ternyata dia juga takuttt karena si nenek ada dideket kakinya, mandangin dia! Si nenek tahu kalo diantara kami, hanya si A yang bisa melihat dia. Jadi, dia mantengin si A terus dan membuatnya keder.....
Rahasia ini, selalu aku bawa sampai saat ini, tanpa pernah nubi ceritain ke siapapun...
Mohon Maaf kalo ceritanya kepanjangan.....