Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

F-35 RAAF malapetaka Indonesia atau Australia???

stayalert

Senpai Semprot
UG-FR
Daftar
26 Sep 2010
Post
867
Like diterima
19
Lokasi
Kab. Bogor, Bekasi, Jakarta
Mengukur daya tempur tetangga selatan kita

Ausie mengoperasionalkan F35 pengganti F18 mereka.
Banyak pendapat bahwa F35 merupakan kesalahan terburuk sepanjang sejarah RAAF

Banyak warga Ausie mengatakan bahwa F35 bagaikan ayam kalkun yang tidak lihai bermanuver dan sasaran empuk

Ditambah TNI AU akan menghadirkan Su35 yang secara umum masih superior diatas F35

Bahkan F35 sendiri dinilai tidak memenuhi keamananunuk menjaga negaranya sendiri

Bila melihat spesifikasi F35 yang sekarang, Su30 menjadi lawan yang sulit bagi Aussie

Militer di Aussie mengatakan bahwa Su35 TNI AU dapat menyerang Australia tanpa melakukan pengisian di udara. Bahkan F35 sendiri sempat disindir pejabat senior disana bahwa itu merupakan tiket kematian pilot2 RAAF bila dipertemukan dengan keluarga Flanker dari TNI


Jadi apakah F35 malapetaka buat Indonesia atau menjadi buah simalakama bagi RAAF
 
Sebenernya Gen 5 masih bisa dilacak dengan pancaran panas dari gesekan udara
Makanya pesawat2 Rusky dan Indonesia sudah memakai IRST

Suhu diudara pada ketinggian pesawat itu antara -50°C s/d 0°C

Sedangkan gesekan udara yang ditimbulkan pada mach 0.9 - 2 itu bisa antara 100° - 120°C
Dan jejak panas dari nozzle pun akan terdeteksi
 
Ane pernah baca hasil simulasi SU 35 vs F35 tapi lupa sumbernya...dari hasil simulasi pertempuran..SU35 lebih unggul dari bbrpa aspek...tapi ane lupa detilny...hehehe yg pasti sih ane lebih suka keluarga flanker..lebih ganas tongkronganya...
 
Gen 5 efektif kalau melawan Gen 4 kebawah yang tidak menggunakan IRST
IRST merupakan kunci pesawat melawan Gen 5
Su-35 memang diatas rata2 pesawat F35
Tapi yang menjadi permasalahan Su35 operating cost mahal
Sehingga kalau benar sukhoi jadi buka pabrik untuk spare part maka operattional cost bs ditekan.
 
Semua pesawat di atas adalah yang disebut pesawat tempur generasi ke-5, atau pesawat siluman/ stealth, atau "VLO", yang tidak bisa/ sangat sulit dideteksi oleh radar lawan, atau dengan kata lain anti-radar. Dunia (termasuk kita) kagum dengan pesawat siluman/ stealth dan menobatkannya sebagai jagoan yang selalu tak terkalahkan dibandingkan dengan pesawat tempur generasi sebelumnya gen 4 dan 4+ atau pesawat non-siluman. F-22 Raptor praktis menjadi benchmark pesawat tempur dunia.

Apakah memang demikian ?. Tulisan ini, sebuah diskusi akademik yang disarikan dari berbagai sumber, mencoba mencari tahu jawabannya.

Kelemahan utama pesawat siluman
Pesawat jet cepat (siluman atau bukan) harus dipahami sebagai "obyek udara berenergi". Jumlah "pekerjaan" yang diperlukan untuk mendorong sebuah objek dari transonik hingga kecepatan supersonik akan menghasilkan panas. Gelombang kejut yang terjadi merupakan fungsi dari kompresi dan gesekan udara oleh pesawat dan oleh karena itu terjadi pemanasan

Hubungan ini disebut termodinamika. Setiap kali gas (udara) dikompres (diperas) – akan memanas. Hal ini sering disebut sebagai 'panas kompresi.' Daerah khas pemanasan termodinamika (bukan bagian dari pembakaran) adalah yang disebabkan oleh gesekan-panas "kompresi" dari atmosfer (gas) dengan badan pesawat (airframe) ketika kecepatan meningkat. Ditambah lagi sumber panas gas buang dari nozel mesin sebagai akibat pembakaran di dalam mesin

Fitur "stealthy" F-22 mungkin memiliki kelemahan pertahanan terhadap deteksi dari sensor infra red airborne atau IRST yang diterbangkan pada ketinggian besar. Jika Raptor diterbangkan pada kecepatan tinggi dan ketinggian besar, terjadi pemanasan akibat gesekan badan pesawat dan kanopi, di samping sumber panas gas buang dari nozel mesin. Perlu dicatat bahwa pada 11.000 meter, temperatur atmosfer di luar adalah -56,5° C artinya di bawah nol, sedangkan temperatur karena gesekan udara adalah 54,4° C dengan kecepatan Mach 1,6 , dan 116,8 °C dengan kecepatan Mach 2; dengan kata lain, perbedaan temperatur antara pesawat dan udara ambien adalah lebih dari 100° C. Fenomena ini berlaku untuk semua pesawat tempur "VLO" pada kecepatan dan tinggi terbang tersebut.

Sensor IRST
Di atas disebutkan bahwa IRST (Infra Red Search & Tracking) yang dibawa pesawat terbang tinggi dapat mendeteksi fenomena pemanasan pesawat siluman (Stealth), dalam segala cuaca siang dan malam. Hujan dan awan memang berpengaruh, tetapi biasanya awan hanya terbentuk pada ketinggian 4000 m ke bawah. Dalam hal ini pesawat siluman tidak dapat menghindar (counter measure) karena ini adalah hukum alam/ fisika.

Masalah di sini adalah IRST (sensor IR) dapat "diperintahkan" radar, untuk mengikuti apa pun pelacakan radar, atau sebaliknya radar "diperintahkan" IRST untuk melacak apa pun yang "dilihat" oleh sensor IR. Jadi pada dasarnya: "TOT – time on target ".

Ini konsisten dengan informasi publik yang ada yang menyatakan bahwa Stealth lebih suka menghadapi "scanning" radar dari pada "tracking" radar.

Ingat Stealth secara efektif adalah sebuah 'radio spektrum airfoil' dan niatnya adalah untuk secara pasif mengurangi kekuatan lawan "2" dan "3" . Stealth tidak memiliki kemampuan untuk mengendalikan "1" dan "4". Stealth dapat menghasilkan beberapa jenis radio / radar transmisi jamming – penipuan, tapi ini kemudian berpotensi mengungkapkan posisinya . Bukan masalah mudah untuk menyelesaikan problem pesawat tempur Stealth – yang memerlukan transmisi energi radio sendiri / kawan untuk menggunakan senjata utamanya di kisaran jarak. Masalah diperparah karena tanpa radio – transmisi – dukungan penargetan sendiri / kawan, awak pesawat Stealth bisa dipaksa untuk terbang ke pertempuran udara modern, lingkungan yang bermusuhan, dalam cakupan deteksi IRST sebelum Stealth dapat menembakkan senjatanya.

Sekarang lawan sudah lama dilengkapi dengan IRST seperti pesawat tempur Sukhoi Advanced Flanker Series (OLS), Eurofighter Typhoon (PIRATE), dan Rafale (FSO).Salah satu saja dapat menyebabkan masalah besar bagi F – 22. Perhatikan distorsi – kilauan panas besar di latar belakang – panas yang dihasilkan oleh semua pesawat yang bertenaga – siluman atau sebaliknya , terlepas dari asal Negara.

Perlu diingat bahwa pesawat tempur seperti Flanker bisa menggunakan rudal menengah R-77 'Adder' versi IR, terlepas dari apa yang terjadi (atau tidak terjadi) dalam spektrum radio (dengan kurang memperhatikan RCS). Juga Flanker tidak menggunakan radar untuk melacak sasaran pertempuran udara bermanuver agresif untuk solusi penembakan. Hanya IRST dengan laser rangefinder yang diperlukan. Jadi adalah wajar untuk mengatakan Flanker dengan IRST memiliki kemampuan udara-ke-udara yang kuat.

Integrasi IRST ke dalam sistem senjata dapat menghasilkan sebuah pesawat yang sangat tahan terhadap manuver "Beaming" / "Beam -turn" / "Doppler-turn " manuver yang digunakan oleh lawan untuk memecahkan penguncian radar – karena sasaran sekarang menyajikan peningkatan aspek panas ke sensor.

Catatan sejarah Perang Dingin membuktikan hal ini. Pesawat pencegat Soviet Mig -25 PD / PDS Foxbat dan khususnya MiG – 31 Foxhound secara rutin melacak sorti pesawat pengintai Amerika SR-71 Blackbird di perbatasan Pakta Warsawa hanya menggunakan saluran inframerah (IRST) MiG. Mereka hanya mengunci ke tanda tangan termal SR-71 yang sangat besar terbang pada kecepatan dan pada ketinggian – dilaporkan dari kisaran jarak lebih dari 100 km (62 mil). Foxbat dan Foxhound kemudian bisa mengunci Blackbird dengan radar utama mereka (info diperoleh dari IRST) ketika perintah diberikan untuk menyerang. Foxbat akan memakai 4 (empat) rudal R 40 (dua radar dan dua IR homing) dan MiG-31 Foxhound dengan R–33. SR-71 hampir pasti, akan tidak mampu mengatasinya bila ditargetkan dengan cara ini, yang selama ini tidak diketahui oleh publik.

Apakah supersonik Raptor bisa mendekat dan manuver ke posisi tembak yang tak terlihat oleh sistem IRST masa depan yang modern telah menjadi sumber perdebatan dan kerahasiaan untuk beberapa waktu. Sistem-sistem IRST baru sangat sensitif yang bahkan pelepasan senjata rudal lawan dapat dideteksi dari semburan roketnya dan bahkan pemanasan kerucut hidungnya. Cukuplah untuk mengatakan bahwa perbaikan dan siklus–desain sensor IR tentu akan melebihi badan/ airframe pesawat siluman.

IRST pada Flanker ini jelas terlihat tepat di depan kanopi. Lihat ukuran fisiknya. Sensor ini sepenuhnya terintegrasi ke dalam sistem senjata dan dapat memberikan isyarat target termal untuk radar, pilot atau keduanya. Menggunakan HMS (Helmet Mounted Sight) – penampakan : sensor, radar dan kepala pencari rudal – terlihat di mana pun pilot melihat.

IRST mungkin juga menggunakan data 'APM – Atmospheric Propagation Model ' yang disimpan sendiri untuk secara efektif "membuat tebakan" kisaran relatif jarak, aspek dan kecepatan sasaran tanpa radar atau laser pengintai. Pada dasarnya kinerja sendiri sensornya dikonstruksi untuk membangun sebuah model sensitivitas terhadap benda yang dikenal pada jarak dan kecepatan dikenal. Kemudian selama masa perang ketika IRST melihat sesuatu – akan dibandingkan dengan data APM yang dimiliki – dan sistem senjata kemudian mengekstrapolasikan kisaran jarak dan baringan sasaran.

Jadi pada dasarnya varian lanjutan Flanker (dengan rudal kelas IR seeker R-77) dapat mempengaruhi pertempuran melawan radio spectrum airfoil supersonik (F-22) dengan menggunakan – semua sensor yang tersedia – dalam lima (5) cara :

1) Positif – Benar (Doppler): IRST menggunakan inframerah Doppler -shift w / APM untuk menentukan kisaran jarak sasaran.
2) Positif – Benar (Laser): IRST menggunakan inframerah dan memverifikasi jarak ke sasaran dengan laser range -finder .
3) Positif – Benar (Radar): IRST menggunakan inframerah dan memverifikasi jarak ke sasaran dengan radar.
4) Positif – Benar (Siklus): IRST menggunakan inframerah dan memverifikasi jarak ke sasaran dengan ulangi melalui langkah 1-2-3.

Dan akhirnya ...

5) Secara konsepsual seseorang/ pilot dapat bertindak pada – ' Positif – Salah ' – bahkan jika siluman adalah 100 % efektif dalam spektrum radio :
a) IRST memindai sesuatu.
b) Arahkan radar Anda ke situ.
c) Tidak ada pantulan radar kembali (atau hal aneh)? = Siluman.
d) Kami/ Kawan tidak memiliki siluman .
e) Pilih rudal R-77 IR – ' Tembak ! '

Rusia telah mengidentifikasi dua bidang utama untuk mengeksploitasi Raptor supersonik .Yaitu berputar di sekitar, dan berulang kembali ke dalam dua masalah ini :

• Senjata utama F-22 .

• Tanda tangan/ signature Termal F-22.

Logikanya jelas. Jika Raptor mencoba untuk memperbaiki situasi kinematiknya dengan menggunakan ketinggian tinggi dan kecepatan tinggi – dia akan meningkatkan paparan termal nya. Setiap usaha untuk mengurangi masalah propagasi termal – oleh kecepatan atau ketinggian rendah – berdampak langsung pada daya ( mengurangi jarak ) senjata utama dari Raptor.

Tidak ada jalan keluar ...

Kelemahan lain pesawat siluman
Selain kelemahan utama seperti uraian di atas, Raptor juga mempunyai kelemahan lain :

1. Harga kelewat mahal.

Konsekwensinya tidak dibeli dalam kuantitas yang memadai (rencana semula 650 pesawat menjadi hanya 187 pesawat).

2. Biaya pemeliharaan yang mahal.

Ada tantangan untuk mempertahankan fitur siluman secara logistik setelah dicapai secara operasional. Bertambahnya usia pesawat siluman, meningkatan pemeliharaan LO yang diperlukan untuk mencegah degradasi fitur desain siluman yang unik. Pesawat sebelumnya F-117 dan B-2 telah menderita "tingkat kapabilitas misi" rendah – yaitu, jumlah waktu bahwa pesawat tersebut dinilai tidak siap tempur – karena berlebihnya waktu untuk mengganti dan memperbaiki struktur dan permukaan terkait LO. Bayangkan apabila kondisi medan tempurnya seperti di Vietnam atau Indonesia, dengan hujan yang deras dan kelembaban sangat tinggi? Permasalahan tersebut telah diperburuk oleh kekurangan angkatan kerja terampil yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan dan tuntutan pelatihan untuk menerbangkan jumlah pesawat yang terbatas, sehingga menunda perawatan yang dibutuhkan.

Tampaknya pasti bahwa F-22 yang supersonik, aerobatik dan F–35, termasuk yang berpangkalan di kapal induk akan menghadapi tantangan lingkungan dan logistik untuk mempertahankan fitur siluman mereka ketika dikerahkan ke garis depan.

Penutup
Pesawat siluman mempunyai kelebihan yang kuat, tetapi juga mempunyai kelemahan yang mendasar. Sampai sekarang, selain Amerika Serikat, baru Federasi Rusia dan China, yang mulai ikut mengembangkan pesawat siluman, antara lain karena kemampuan finansialnya selain teknologinya.

IRST adalah teknologi yang jauh lebih murah dan andal dibandingkan dengan VLO. Mungkin itulah sebabnya Negara maju Eropa serta Rusia lebih memilihnya dari pada VLO. Saat ini tingkat kemajuan IRST sudah hampir sama dengan kemampuan jarak sensor radar F-22. Tidak lama lagi hampir pasti akan melewatinya. Ingat bahwa sampai saat ini F-22 belum memiliki IRST, sedangkan F-35 memiliki Electro-Optical Targeting System (EOTS) dan Distributed Aperture System (DAS) yang optimal untuk sasaran di darat sesuai dengan misi utamanya yaitu ground attack bukan air dominance fighter.
 
Dibangun untuk menjadi pesawat pemburu yang mematikan dan pembunuh masa depan, F-35 sebenarnya juga bisa diartikan sebagai pesawat yang paling akan diburu di dunia. Persoalaannya menjadi rumit ketika sejumlah pihak menganggap F-35 penuh dengan kelemahan. Pesawat ini bahkan masih akan sangat sulit untuk melawan Sukhoi Su-30 Rusia. Pesawat siluman Amerika terbaru dengan biaya US$191 juta per unit ini dianggap penuh dengan cacat desain. Sementara Su-30 telah membuktikan dirinya sebagai pesawat super manuver.

Analisa para ahli, sayap pendek pada F-35 akan mengurangi kemampuan angkat dan manuver pesawat, bentuk pesawat yang bulat membuatnya kurang aerodinamis, kecepatan yang rendah dan mesin yang terlalu panas telah menjadikan pesawat ini mau tidak mau akan sangat sulit menghindar dari radar dan deteksi termal. Dan semua itu hanyalah beberapa kelemahan utama yang akan menjadi kerentanan selama pertempuran udara. Dengan lebih dari 600 Flanker Su-27 dan kemudian berevolusi menjadi Su-30, Su-34 dan Su-35 Super Flanker, pesawat ini telah terbang bersama angkatan udara di hampir seluruh dunia. Sehingga ini bisa menjadi gambaran nasib F-35 nanti. Ke manapun Ligthing II bertarung akan bertemu dengan musuh yang tidak bisa diremehkan tersebut.

Ahli Aerospace di seluruh dunia mulai berubah pikiran bahwa pesawat hasil program pengembangan senjata termahal dalam sejarah Pentagon tersebut akan menjadi sasaran empuk pesawat Flankers."pesawat ini mirip kalkun," kata insinyur luar angkasa Pierre Sprey dalam sebuah wawancara dengan televisi Belanda. Sesungguhnya tidak sembarang orang yang memiliki kemampuan menilai sebuah pesawat. Dari sedikit orang yang ada Sprey adalah salah satunya. Dia adalah co-desainer dari pesawat F-16 Fighting Falcon dan A-10 Warthog, dua pesawat paling sukses di Angkatan Udara AS.

Winslow Wheeler T, Director of the US' Straus Military Reform Project, Centre for Defense information setuju dengan pendapat Frey. "F-35 terlalu berat dan lamban untuk bisa sukses sebagai sebuah jet tempur," katanya. "Jika kita pernah menghadapi musuh dengan angkatan udara yang tangguh kita akan berada dalam kesulitan besar."

Sejauh ini AS memang beruntung karena tidak pernah bertempur dengan negara yang memiliki kekuatan udara seimbang. Di Timur Tengah, Amerika menghadapi negara-negara dengan kekuatan udara yang sangat lemah dan benar-benar tak berdaya seperti Irak, Afghanistan dan Libya. Tapi keberuntungan tentu saja bisa habis, Jika suatu saat Amerika harus berhadapan langsung melawan angkatan udara Rusia, Tiongkok atau India maka tidak akan semudah selama ini. Secara khusus, Angkatan Udara India bahkan telah mengalahkan jet generasi keempat Angkatan Udara menggunakan jet generasi ketiga dan keempat.

Bahkan para ahli mengatakan sebenarnya pertempuran udara belum dimulai tetapi Flanker sudah mencetak skor 1-0 atas F-35. Apa saja sebenarnya yang menjadi titik lemah dari F-35 yang menjadikan pesawat ini akan sangat sulit adu tanding dengan Flanker?

DESAIN SILUMAN

Masalah terbesar dengan F-35 adalah bahwa desainer AS terlalu bertumpu pada kemampuan siluman dan jangkauan radar jarak jauh untuk mengkompensasi kurangnya kecepatan dan manuver. Tetapi itupun juga tidak akan berhasil sepenuhnya. Amerika lupa, teknologi radar juga akan berkembang. Radar Rusia sudah akan menjadi lebih baik.

"Kemajuan radar sudah nampak dalam sistem rudal darat ke udara Rusia yang paling canggih, dan ada IRST (infra red scan and track) lanjutan yang digunakan pada jet tempur Rusia yang memperluas deteksi musuh termasuk untuk mencium keberadaan siluman dari jarak jauh. Peningkatan kemampuan penciuman IRST hingga 46km dan mampu membaca pesawat paling siluman sekalipun seperti F-22, ditambah dengan kemampuan rudal jarak jauh (AMRAAM) dan less infrared untuk menghantam pesawat siluman dari jarak 92km bahkan lebih. "

Pada saat yang sama tidak mungkin hanya ada satu radar dalam perang. "Ada banyak radar," jelas Sprey. "Dan Anda tidak bisa sembunyi dari semua radar dalam setiap pertempuran. Akan selalu ada radar yang bisa menangkap pesawat karena penempatan posisi yang bervariasi. Radar itu akhirnya akan dapat melihat si siluman "

LEMAH DALAM SENJATA
Masalah lainnya adalah dengan bentuk keseluruhan pesawat Amerika ini. "Sebagian besar bentuk pesawat yang "halus" karena Anda mencoba untuk mengurangi drag," kata Sprey. "Tapi di sini karena siluman mereka harus membuatnya sangat bulat dan sangat besar karena pesawat harus membawa senjata di dalam karena jika membawa senjata di luar pesawat bisa ditangkap radar. Akhirnya bentuk pesawat sekarang menjadi besar dan lamban seperti bomber. ".

Dengan ruang internal senjata yang lebih kecil berarti desainer di Lockheed Martin telah memberi hukuman mati kepada F-35. Pesawat hanya membawa dua bom besar dan empat yang kecil atau maksimal empat rudal udara ke udara atau Air to Air Missile (AAM) luar jangkauan visual atau beyond visual range (BVR).

USAF mengklaim radar canggih F-35 akan melihat pesawat musuh lebih dahulu (sebelum musuh melihat) dan mampu menghancurkannya dengan salah satu rudal dari empat rudal jarak jauh. Tapi sampai saat ini menembak pesawat dalam jarak di luar jangkauan visual masih menjadi mimpi para pilot. Belum pernah terjadi jika kemudian pilot tergantung pada hal ini maka sama saja bunuh diri.

Selama Perang Vietnam USAF begitu kepincut dengan konsep tempur BVR yang untuk kali pertama yang ditawarkan oleh F-4 Phantom. Karena begitu yakin pesawat itu hanya dipersenjatai dengan rudal tanpa kanon. Tapi setelah pilot Angkatan Udara Vietnam berhasil menembak jatuh pesawat tersebut, Amerika kembali memasang kanon di F-4. Bahkan Rusia yang dikenal memiliki lebih banyak rudal BRV pun tetap memasang 8 rudal semacam ini di tubuh Flanker. Alasannya sederhana bahwa dibutuhkan beberapa tembakan pada target yang bergerak cepat untuk bisa menghancurkannya. Hal yang sepertinya diabaikan oleh Amerika.

Secara teori, pilot Amerika akan bermain seperti di "video game" dan menembak pesawat musuh pada jarak 100 km. Dalam prakteknya pertempuran udara adalah seperti pertarungan yang sesungguhnya (bukan seperti di video game). Menurut Departeman Pertahanan Rusia, F-35 sangat mungkin akan menghadapi pertempuran dalam jarak yang pendek dan dalam situasi seperti ini Super Flanker akan menjadi ancaman tidak main-main bagi F-35.

KESIAPAN ARMADA
Menurut filosofi pertempuran udara baru yang didefinisikan oleh USAF Lockheed Martin adalah bahwa satu pesawat bisa melakukan semua hal (multi peran). Dan itu terwujud dalam F-35, hingga pesawat ini nanti akan menggantikan semua jet tempur lainnya dari segala jenis. Dari jet tempur superioritas udara hingga pesawat dukungan serangan darat. Tapi di sinilah masalahnya karena F-35 adalah pesawat udara yang mahal, angkatan udara hanya akan membeli sedikit pesawat saja.
Misalnya, Jepang saat ini memiliki 100 F-15 tetapi akan menggantinya dengan hanya 70 F-35. Sekali lagi, karena F-35 juga akan mahal untuk biaya terbang dan pemeliharaannya, angkatan udara juga akan membatasi jam terbang pilot. Dan ini sudah terjadi karena pemotongan biaya anggaran telah memaksa USAF untuk menghilangkan lebih dari 44.000 jam terbang dari 17 skuadron tempur udara mereka.

Selain itu untuk membuatnya tetap siluman adalah mahal. Pada F-35 sebagian besar biaya pemeliharaannya adalah pada lapisan silumannya. "Ini merupakan hambatan yang ironi untuk pertempuran," kata Sprey. "Anda sedang didarat selama 50 jam mengutak atik pesawat mencoba untuk membuatnya tetap siluman ketika ternyata tetap tidak mampu bersembunyi dari radar."

Secara teori adalah kemustahilan menyediakan armada dalam kondisi 100 persen. Rata rata ketersediaan armada USAF hanya sekitar 75 persen dan itu sudah dalam kondisi baik tetapi ketika nanti F-35 datang angkanya pasti akan merosot tajam. Bomber super B2 USAF memiliki tingkat ketersediaan hanya 46,7 persen. Dan pesawat tempur paling mahal Amerika, F-22 memiliki tingkat ketersediaan armada hanya 69 persen. Jadi katakanlah jika angkatan udara Australia hanya memiliki 48 pesawat F-35 dari yang direncanakan 70 maka bagaimana harus melawan China yang memiliki 400 pesawat Flanker. Anda bisa bertaruh Australia tidak akan mampu melakukan pertempuran dengan Tiongkok tanpa didukung kakaknya, Amerika.

Wheeler, yang telah berurusan dengan isu keamanan nasional Amerika selama lebih dari tiga dekade, menjabarkan implikasi bagi angkatan udara Barat yang berencana untuk tetap melantik F-35," Nasib pilot akan bertambah buruk karena mereka akan mendapatkan pelatihan yang jauh lebih sedikit, sesuatu yang lebih penting daripada masalah teknis. Akan ada jumlah pilot yang jauh lebih sedikit sebagai konsekuensi jumlah pesawat yang sedikit dan pada dasarnya anda akan memiliki pesawat yang hanya jadi barang pameran yang tidak bisa berbuat apa-apa." Jadi sepertinya pertempuran udara belum dimulai tetapi Flanker sudah mencetak skor 1-0 atas F-35.
 
Kalau lihat doktrin tempurnya amerika dan juga nato, kalau perang mereka akan berusaha meraih air superiority duluan.. jadi pangkalan udara dan situs2 pertahanan udara akan di hancurkan terlebih dahulu... kalau dulu di irak pakai tomahawak dan f117.. baru pesawat2 mereka bebas untuk support pasukan darat.. jadi kalau perang indonesia lawan aussie mungkin ngga ketemu tuh su35 vs f35... karena pesawat kita udah di hancurin duluan.. mustinya kita kaya singapura yang bisa deploy pesawat dari jalan raya.. jadi sulit untuk menghancurkan angkatan udara kita.. dan juga kita harus punya rudal hanud jarak jauh sekelas s300 sama pesawat awacs..

Sent from my samsung SM-N9208 Using Ez Forum for Android
 
Kalau di lihat doktrin perang AS dan sekutunya Bakal menjadi kesulitan perang di Indonesia
Apalagi banyak pangkalan dan bandara indonesia
Kalau 1 pangkalan diserang msh bs deploy pespur dari pangkalan lain
Kalau melakukan penyerangan skala besar malah akan ketahuan
Su-30/35 kalau seandainya terbang maka F35 menjadi sasaran empuk Flanker. Begitu dah masuk wilayah Indonesia dipastikan pertarungan jarak dekat.
Menjadi tugads F16 / T50i / Hawk 203 dan sasaran MANPAD dan SAM darat bila diatas wilayah darat..
 
Kalau di lihat doktrin perang AS dan sekutunya Bakal menjadi kesulitan perang di Indonesia
Apalagi banyak pangkalan dan bandara indonesia
Kalau 1 pangkalan diserang msh bs deploy pespur dari pangkalan lain
Kalau melakukan penyerangan skala besar malah akan ketahuan
Su-30/35 kalau seandainya terbang maka F35 menjadi sasaran empuk Flanker. Begitu dah masuk wilayah Indonesia dipastikan pertarungan jarak dekat.
Menjadi tugads F16 / T50i / Hawk 203 dan sasaran MANPAD dan SAM darat bila diatas wilayah darat..

kenapa harus bingung, ckp kirim JASSM missile (range 500 km) dng sasaran makasar dan iswahyudi maka separuh kekuatan udara indonesia sdh lumpuh. pilosofi F35 adlh menghancurkan kekuatan musuh sblm pespur musuh mengudara.

doktrin perang US/NATO itu integrated network untuk mencapai air supremacy. jelas dngn deretan hornet dan rhino yg bvr capable jauh lbih unggul d bndingkan pespur TNI AU yg minim bvr missile
 
kl ceritanya kita diserang pake rudal jarak menengah sampai jauh pasti kt kalah, sistem pertahanan kt masih minim, masih berkutat pd pertahanan titik pd pangkalan udara masing2, belum lagi "mata" hanud yg masih dibilang buta.
namun perlu diingat F35 masih punya segudang masalah, dari masalah software sehingga doi ngak bs nembak sampai kebanggaan mode siluman yg masih dipertanyakan "kesilumannya".
 
Ada oerlikon skyshield dan AA gun yg lain
JASM efektif tembak itu 100 KM
Dan sebelum menembak F35 terdeteksi radar darat
Jassm itu bisa 1000km https://en.wikipedia.org/wiki/AGM-158_JASSM
Kalau diserang banyak rudal jelajah, skyshield keteteran juga lah... belum lagi kalau yg diserang pusat2 komando dan telekomunikasi, yang belum ada hanudnya.. bandara kita emang banyak tapi ngga semuanya bisa di jadikan pangkalan tempur, menyangkut kesiapan logistik.. lagian tinggal tiap bandara di kirim satu tomahawk untuk hajar landasan pacunya, minimal beberapa hari ngga bisa di pake..

Sent from my samsung SM-N9208 Using Ez Forum for Android
 
Lebih bijak kalo kita kerja nyata dengan memberi sedikit sumbangsih guna memperkuat negara kita ketimbang kita lirak lirik kekuatan tetangga kita yg songong mode on.
Bravo Indonesia jaya
 
Jassm itu bisa 1000km https://en.wikipedia.org/wiki/AGM-158_JASSM
Kalau diserang banyak rudal jelajah, skyshield keteteran juga lah... belum lagi kalau yg diserang pusat2 komando dan telekomunikasi, yang belum ada hanudnya.. bandara kita emang banyak tapi ngga semuanya bisa di jadikan pangkalan tempur, menyangkut kesiapan logistik.. lagian tinggal tiap bandara di kirim satu tomahawk untuk hajar landasan pacunya, minimal beberapa hari ngga bisa di pake..

Sent from my samsung SM-N9208 Using Ez Forum for Android

JASSM = 500-600 km Range. operator USA, Australia
JASSM-ER = 800-1000 km range. operator USA

harus d akui bahwa air defence indonesia lemah dan relatif hany short range (AA gun dan shorad/vshorad). selain itu pespur indonesia juga lemah utk kemampuan BVR dan terbatas jumlah missile bvr.
technically IRST yg dimiliki su30 mk2 juga msh terbatas maksimal d 40-50 km range dng efektif range sekitar 30-40 km minus range finder.
so,itulah sedikit dari sekian banyak ketertinggalan d bnding oz dan sing
 
setidaknya dengan perkembangan Stealth sekarang kemampuan IRST akan ditingkatkan

Nah ini ngomong masalah SAM, rencanaya tahun2 ini diteken untuk SAM dan Anti - Ballistic Missile. Kira2 antara S-300 atau S-400 dengan pastinya ToT menurut UU

JASSM itu punya Ausie jaraknya 300km dengan keakuratan untuk versi yang dimiliki Aussie 75%. Belum lagi ada Jamming dari pesawat ataupun perangkat Jammer lainnya
 
efektif untuk hanud tiap lanud bertumpu pd oerlikon skyshield yg pd dasarnya sdh standby, berbeda dengan misil shorad kt yg tdk standby setiap saat itupun terbatas pd lanud2 tertentu.
S-300 pilihan yg paling masuk akal saat ini
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd