Gambaran GBP/USD. 25 September. Sentimen "anti-Johnson" di Inggris semakin kuat.
Timeframe 4 jam Detail teknikal: Channel regresi linear atas: arah - ke atas. Channel regresi linear bawah: arah - ke bawah. Moving average (20; smoothed) - ke bawah. CCI: -65.8594 Pound sterling Inggris menghabiskan hari keempat perdagangan pekan ini dalam perdagangan yang cukup tenang tanpa pergerakan besar. Sebagian besar perdagangan terjadi di antara Murray levels "0/8" and "1/8". Dengan demikian, bears belum berhasil melewati level 1.2700, dan koreksi dapat dimulai. Pada waktu yang sama, mata uang Inggris masih belum memiliki alasan untuk tumbuh. Tidak ada berita positif dari luar negeri. Dengan demikian, alasan untuk kemungkinan penguatan mata uang Inggris mungkin benar-benar teknikal. Tapi, permasalahan di Inggris semakin menjadi-jadi setiap hari. Ini hanyalah situasi dimana anda tidak tahu ke mana harus mendekati dan dari mana untuk memulai. Pada prinsipnya, dari sisi yang tidak anda dekati, anda dapat langsung melihat permasalahan yang sangat besar. Hal paling menariknya adalah permasalahan yang sama yang muncul di negara-negara lainnya di dunia dan Uni Eropa. Tapi mungkin di masa krisis-lah kualitas utama pemerintah terungkap. Apakah pemerintah tidak kompeten atau terlibat dalam isu-isu non-pemerintah, dan hasilnya adalah muncul permasalahan yang lebih banyak. Inggris memiliki jumlah infeksi tertinggi di antara negara-negara Eropa selama gelombang pertama. Jumlah kematian tertinggi akibat COVID-19. Ekonominya menyusut hingga ke rekor 20% dalam kuartal kedua, dan bahkan Italia, Spanyol dan Portugal yang juga sangat terdampak oleh pandemi, tidak mencapai angka ini. Sekarang gelombang kedua epidemi telah dimulai di Inggris dan dalam hari-hari pertamanya, terlihat jelas bahwa pandemi akan jauh lebih kuat dan "keras" dari gelombang pertama. Pertama, jumlah kasus infeksi harian mencapai level maksimum di musim semi pada awal pandemi. Kedua, jika di musim semi banyak pemerintah yang takut akan pandemi dan tidak ragu memberlakukan "lockdown" dan kebijakan karantina yang ketat, sekarang hampir semua pimpinan dunia mengatakan "lockdown" adalah langkah yang paling ekstrim karena setelahnya ekonomi berada dalam penurunan total, yang konsekuensinya dapat lebih besar dari konsekuensi pandemi. Oleh karena itu, tidak diragukan lagi bahwa bagaimanapun kerasnya gelombang kedua dan ketiga pandemi, "lockdown" sekarang akan diperkenalkan hanya sebagai bantuan terakhir. Ini berarti bahwa kemungkinan jumlah korban akibat virus corona dapat mencapai jauh lebih tinggi dari gelombang pertama. Dan ini tak terelakkan lagi akan menyebabkan penuruan ekonomi. Seperti yang telah dikatakan berulang kali, bahkan jika "lockdown" tidak diberlakukan, ini tidak berarti masyarakat menjalankan hidup yang normal. Aktivitas sosial dan ekonomi mereka menurun tajam, aktivitas bisnis jatuh dan tingkat pengangguran naik, yang memberikan tekanan pada anggaran negara. Yaitu, tidak akan ada opsi bahwa "lockdown" tidak akan diberlakukan, mereka yang sakit akan dirawat dan yang lainnya menjalani hidup normal. Ini juga dipahami oleh Boris Johnson yang tampaknya telah menetapkan targetnya baru setahun lalu untuk menyelesaikan Brexit, tapi takdir memberinya ujian yang sangat sulit, dimana ia dinilai tidak siap menghadapinya. Sekarang di Inggris, bar dan restoran akan ditutup dari pukul 22:00 malam hingga 05:00 pagi, kerumunan lebih dari 15 orang dilarang, stadion olahraga ditutup untuk penonton, dan masker wajib dikenakan di transportasi umum dan tempat umum lainnya. "Dalam dua pekan terakhir, jumlah pasien yang masuk ke rumah sakit naik dua kali lipat di Inggris. Puluhan ribu infeksi baru pada bulan Oktober dapat menyebabkan ratusan kematian per harinya pada bulan November. Angka-angka ini akan tumbuh jika kita tidak melakukan apapun," kata Boris Johnson, yang kepercayaan warga Inggris terhadapnya menurun pada 2020. Di hadapan parlemen, Perdana Menteri tersebut mengatakan bahwa pemerintah melakukan segalanya untuk menghindari "karantina total" yang baru. Sementara itu, perusahaan-perusahaan besar melanjutkan kepergian mereka dari Inggris. Sekarang 98% jelas bahwa tidak akan ada kesepakatan perdagangan antara UE dan Inggris. Dengan demikian, jika sebelumnya banyak perusahaan besar masih berpikir untuk meninggalkan Inggris, sekarang mereka telah menerapkan rencana mereka. Selanjutnya adalah salah satu bank terbesar dunia, JPMorgan. Dilaporkan bahwa dewan bank akan mentransfer lebih dari 200 miliar euro dari London ke Franckfurt dan sekitar 200 karyawan dari cabang Inggris juga akan pindah ke kota-kota lainnya di benua Eropa. Sementara itu, sentimen "anti-konservatif" terus berkembangan di Inggris, menggantikan sentimen "anti-Eropa". Kami telah menyentuh pencapaian Boris Johnson sebagai Perdana Inggris. Dari sudut pandang kami, prestasinya sama sekali tidak ada. Menurut informasi terbaru, rating persetujuan Perdana Menteri tersebut di kalangan warga Inggris telah turun ke 30%. Rating pertentangan naik ke 63%. Dengan demikian, hasil kerja Johnson selama setahun "jelas". Warga Inggris kecewa dengan tindakan pemerintah dan semakin meyakini bahwa pimpinan buruh yang baru, Keir Starmer, akan melakukan pekerjaan yang jauh lebih baik sebagai kepala negara. Pemerintah saat ini, menurut mayoritas warga Inggris, gagal mengatasi pandemi, gagal merampungkan kesepakatan perdagangan dengan Uni Eropa ataupun Amerika Serikat, risiko semakin meningkat dengan Brussels selama bertahun-tahun yang menekan sentimen kepada Inggris pada level internasional, semua ini berimbas negatif pada ekonomi, dan oleh karena itu, setiap warga Inggris. Ini telah memberikan dampak karena bukan rahasia bahwa standar hidup dan kesejahteraan telah mulai menurun. Selanjutnya, di hampir situasi apapun, warga biasalah yang membayar akibat untuk krisis apapun. Apakah oleh kenaikan pajak atau penurunan gaji. Dengan demikian, semua kolaps dalam PDB, masa lalu dan masa depan, bukanlah masalah pemerintah Inggris, namun warga Inggris yang memilih pemerintahan ini pada akhir tahun lalu dan bahkan mempercayakan semua kewajiban pemerintahan kepada satu orang. Dengan begitu, kami tidak mengesampingkan kemungkinan bahwa tahun depan di Parlemen Inggris, pertarungan akan dimulai dengan Boris Johnson sendiri. Jika Theresa May dua kali menerima mosi ketidakpercayaan dan menyerukan pengunduran dirinya karena ia hanya gagal merampungkan perjanjian dengan Brussels yang dapat memuaskan mayoritas anggota parlemen, maka Boris Johnson melakukan lebih sedikit. Ia juga gagal mencapai perjanjian dengan Parlemen, dan tidak akan ada kesepakatan perdagangan dengan Brussels sama sekali. Rata-rata volatilitas pasangan GBP/USD saat ini 126 poin per hari. Untuk pasangan pound/dolar, angka ini "tinggi". Pada hari Jumat, 25 September, kami mengharapkan pergerakan di dalam channel yang dibatasi oleh level 1.2615 dan 1.2867. Reversal indikator Heiken Ashi ke bawah akan mensinyalkan penyelesaikan koreksi kenaikan spiral. Level support terdekat: S1 – 1.2695 S2 – 1.2634 S3 – 1.2573 Level resistance terdekat: R1 – 1.2756 R2 – 1.2817 R3 – 1.2878 Rekomendasi trading: Pasangan GBP/USD pada timeframe 4 jam mulai menyesuaikan diri pada moving average. Dengan demikian, hari ini disarankan untuk membuka short position yang baru dengan target 1.2695 dan 1.2634 segera setelah indikator Heiken Ashi berbalik turun atau harga melambung dari garis moving average. Disarankan untuk trading pasangan ini untuk kenaikan dengan target 1.2867 dan 1.2939 jika harga kembali ke area di atas garis moving average. *Analisis pasar yang diposting disini dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan Anda namun tidak untuk memberi instruksi trading.
Timeframe 4 jam Detail teknikal: Channel regresi linear atas: arah - ke atas. Channel regresi linear bawah: arah - ke bawah. Moving average (20; smoothed) - ke bawah. CCI: -65.8594 Pound sterling Inggris menghabiskan hari keempat perdagangan pekan ini dalam perdagangan yang cukup tenang tanpa pergerakan besar. Sebagian besar perdagangan terjadi di antara Murray levels "0/8" and "1/8". Dengan demikian, bears belum berhasil melewati level 1.2700, dan koreksi dapat dimulai. Pada waktu yang sama, mata uang Inggris masih belum memiliki alasan untuk tumbuh. Tidak ada berita positif dari luar negeri. Dengan demikian, alasan untuk kemungkinan penguatan mata uang Inggris mungkin benar-benar teknikal. Tapi, permasalahan di Inggris semakin menjadi-jadi setiap hari. Ini hanyalah situasi dimana anda tidak tahu ke mana harus mendekati dan dari mana untuk memulai. Pada prinsipnya, dari sisi yang tidak anda dekati, anda dapat langsung melihat permasalahan yang sangat besar. Hal paling menariknya adalah permasalahan yang sama yang muncul di negara-negara lainnya di dunia dan Uni Eropa. Tapi mungkin di masa krisis-lah kualitas utama pemerintah terungkap. Apakah pemerintah tidak kompeten atau terlibat dalam isu-isu non-pemerintah, dan hasilnya adalah muncul permasalahan yang lebih banyak. Inggris memiliki jumlah infeksi tertinggi di antara negara-negara Eropa selama gelombang pertama. Jumlah kematian tertinggi akibat COVID-19. Ekonominya menyusut hingga ke rekor 20% dalam kuartal kedua, dan bahkan Italia, Spanyol dan Portugal yang juga sangat terdampak oleh pandemi, tidak mencapai angka ini. Sekarang gelombang kedua epidemi telah dimulai di Inggris dan dalam hari-hari pertamanya, terlihat jelas bahwa pandemi akan jauh lebih kuat dan "keras" dari gelombang pertama. Pertama, jumlah kasus infeksi harian mencapai level maksimum di musim semi pada awal pandemi. Kedua, jika di musim semi banyak pemerintah yang takut akan pandemi dan tidak ragu memberlakukan "lockdown" dan kebijakan karantina yang ketat, sekarang hampir semua pimpinan dunia mengatakan "lockdown" adalah langkah yang paling ekstrim karena setelahnya ekonomi berada dalam penurunan total, yang konsekuensinya dapat lebih besar dari konsekuensi pandemi. Oleh karena itu, tidak diragukan lagi bahwa bagaimanapun kerasnya gelombang kedua dan ketiga pandemi, "lockdown" sekarang akan diperkenalkan hanya sebagai bantuan terakhir. Ini berarti bahwa kemungkinan jumlah korban akibat virus corona dapat mencapai jauh lebih tinggi dari gelombang pertama. Dan ini tak terelakkan lagi akan menyebabkan penuruan ekonomi. Seperti yang telah dikatakan berulang kali, bahkan jika "lockdown" tidak diberlakukan, ini tidak berarti masyarakat menjalankan hidup yang normal. Aktivitas sosial dan ekonomi mereka menurun tajam, aktivitas bisnis jatuh dan tingkat pengangguran naik, yang memberikan tekanan pada anggaran negara. Yaitu, tidak akan ada opsi bahwa "lockdown" tidak akan diberlakukan, mereka yang sakit akan dirawat dan yang lainnya menjalani hidup normal. Ini juga dipahami oleh Boris Johnson yang tampaknya telah menetapkan targetnya baru setahun lalu untuk menyelesaikan Brexit, tapi takdir memberinya ujian yang sangat sulit, dimana ia dinilai tidak siap menghadapinya. Sekarang di Inggris, bar dan restoran akan ditutup dari pukul 22:00 malam hingga 05:00 pagi, kerumunan lebih dari 15 orang dilarang, stadion olahraga ditutup untuk penonton, dan masker wajib dikenakan di transportasi umum dan tempat umum lainnya. "Dalam dua pekan terakhir, jumlah pasien yang masuk ke rumah sakit naik dua kali lipat di Inggris. Puluhan ribu infeksi baru pada bulan Oktober dapat menyebabkan ratusan kematian per harinya pada bulan November. Angka-angka ini akan tumbuh jika kita tidak melakukan apapun," kata Boris Johnson, yang kepercayaan warga Inggris terhadapnya menurun pada 2020. Di hadapan parlemen, Perdana Menteri tersebut mengatakan bahwa pemerintah melakukan segalanya untuk menghindari "karantina total" yang baru. Sementara itu, perusahaan-perusahaan besar melanjutkan kepergian mereka dari Inggris. Sekarang 98% jelas bahwa tidak akan ada kesepakatan perdagangan antara UE dan Inggris. Dengan demikian, jika sebelumnya banyak perusahaan besar masih berpikir untuk meninggalkan Inggris, sekarang mereka telah menerapkan rencana mereka. Selanjutnya adalah salah satu bank terbesar dunia, JPMorgan. Dilaporkan bahwa dewan bank akan mentransfer lebih dari 200 miliar euro dari London ke Franckfurt dan sekitar 200 karyawan dari cabang Inggris juga akan pindah ke kota-kota lainnya di benua Eropa. Sementara itu, sentimen "anti-konservatif" terus berkembangan di Inggris, menggantikan sentimen "anti-Eropa". Kami telah menyentuh pencapaian Boris Johnson sebagai Perdana Inggris. Dari sudut pandang kami, prestasinya sama sekali tidak ada. Menurut informasi terbaru, rating persetujuan Perdana Menteri tersebut di kalangan warga Inggris telah turun ke 30%. Rating pertentangan naik ke 63%. Dengan demikian, hasil kerja Johnson selama setahun "jelas". Warga Inggris kecewa dengan tindakan pemerintah dan semakin meyakini bahwa pimpinan buruh yang baru, Keir Starmer, akan melakukan pekerjaan yang jauh lebih baik sebagai kepala negara. Pemerintah saat ini, menurut mayoritas warga Inggris, gagal mengatasi pandemi, gagal merampungkan kesepakatan perdagangan dengan Uni Eropa ataupun Amerika Serikat, risiko semakin meningkat dengan Brussels selama bertahun-tahun yang menekan sentimen kepada Inggris pada level internasional, semua ini berimbas negatif pada ekonomi, dan oleh karena itu, setiap warga Inggris. Ini telah memberikan dampak karena bukan rahasia bahwa standar hidup dan kesejahteraan telah mulai menurun. Selanjutnya, di hampir situasi apapun, warga biasalah yang membayar akibat untuk krisis apapun. Apakah oleh kenaikan pajak atau penurunan gaji. Dengan demikian, semua kolaps dalam PDB, masa lalu dan masa depan, bukanlah masalah pemerintah Inggris, namun warga Inggris yang memilih pemerintahan ini pada akhir tahun lalu dan bahkan mempercayakan semua kewajiban pemerintahan kepada satu orang. Dengan begitu, kami tidak mengesampingkan kemungkinan bahwa tahun depan di Parlemen Inggris, pertarungan akan dimulai dengan Boris Johnson sendiri. Jika Theresa May dua kali menerima mosi ketidakpercayaan dan menyerukan pengunduran dirinya karena ia hanya gagal merampungkan perjanjian dengan Brussels yang dapat memuaskan mayoritas anggota parlemen, maka Boris Johnson melakukan lebih sedikit. Ia juga gagal mencapai perjanjian dengan Parlemen, dan tidak akan ada kesepakatan perdagangan dengan Brussels sama sekali. Rata-rata volatilitas pasangan GBP/USD saat ini 126 poin per hari. Untuk pasangan pound/dolar, angka ini "tinggi". Pada hari Jumat, 25 September, kami mengharapkan pergerakan di dalam channel yang dibatasi oleh level 1.2615 dan 1.2867. Reversal indikator Heiken Ashi ke bawah akan mensinyalkan penyelesaikan koreksi kenaikan spiral. Level support terdekat: S1 – 1.2695 S2 – 1.2634 S3 – 1.2573 Level resistance terdekat: R1 – 1.2756 R2 – 1.2817 R3 – 1.2878 Rekomendasi trading: Pasangan GBP/USD pada timeframe 4 jam mulai menyesuaikan diri pada moving average. Dengan demikian, hari ini disarankan untuk membuka short position yang baru dengan target 1.2695 dan 1.2634 segera setelah indikator Heiken Ashi berbalik turun atau harga melambung dari garis moving average. Disarankan untuk trading pasangan ini untuk kenaikan dengan target 1.2867 dan 1.2939 jika harga kembali ke area di atas garis moving average. *Analisis pasar yang diposting disini dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan Anda namun tidak untuk memberi instruksi trading.
Dilakukan oleh Paolo Greco,
Ahli analisa
InstaForex Group © 2007-2020