cuman share.kita punya Tucano.si Rusky punya SU-25 FrogFoot.liat di wiki sih.ini yg aku dapet.***** dari wiki ada disini..
http://en.wikipedia.org/wiki/Sukhoi_Su-25
http://www.defencetalk.com
http://www.airforce-technology.com
http://www.airliners.net
http://www.fas.org
http://www.quora.com
http://www.aviation***
http://www.aviastar.org
http://forum.keypublishing.com
sebagia pembanding aja.soalnya gara2 dana militer cekak.terpaksa upgrade yg lamaan dikit***k kayak jaman era Soviet sebelum pecah***mbarnya ada di link aku kasih.ada kok.kita bisa kayak Russia klo dana militer kita miris.kita punya insinyur ebat2.tapi harus diakomodasi biar gak kabur ke luar negeri.
Diawali pada permulaan 1968, saat kementerian pertahanan Soviet memutuskan untuk membuat pesawat serang darat/bomber ringan dengan armor yang kuat yang sekaligus juga bisa berfungsi sebagai close air support untuk kekuatan darat militer Soviet. Saat itu Soviet sebenarnya memiliki Su-7, Su-17 dan MiG-23, namun pesawat-pesawat ini dirasa kurang mampu memenuhi kebutuhan pesawat close support. Selain tidak memiliki armor yang cukup kuat untuk menahan tembakan dari darat, kecepatan pesawat-pesawat ini terlalu tinggi sehingga pilotnya kesulitan menjejak dan membidik target di darat.
Memenuhi kebutuhan ini, hampir semua pabrikan pesawat Soviet ikut serta dalam kompetisi pengadaan pesawat baru, mulai dari Sukhoi, Yakovlev, Ilyushin dan Mikoyan. Masing-masing pabrikan membuat prototype pesawatnya untuk kemudian diuji coba dan ditandingkan satu sama lainnya. Pada akhirnya kementerian pertahanan Soviet mengumumkan pesawat T-8 (Su-25) Sukhoi sebagai pemenangnya, mengalahkan pesaingnya Il-102 buatan pabrikan Ilyushin. Produksi massalnya kemudian dilakukan tahun 1978 di Pabrik No.31 di Tbilisi, Georgia (Saat itu masih merupakan bagian Uni Soviet dengan nama Soviet Republic of Georgia).
Su-25 menggunakan berbagai macam material untuk kontruksi airframenya seperti 60% aluminium, 19% baja, 13,5% titanium, 2% magnesium dan 5,5% material lainnya. Untuk menjamin keamanan pilot, di sekeliling kokpitnya dilindungi dengan material titanium berbentuk bak mandi. Pesawat ini juga dilengkapi kursi lontar Zvezda K-36 yang juga dipakai di Su-27. Setiap Su-25 biasanya dilengkapi dengan radio komunikasi darat dan udara untuk koordinasi dan sebuah transponder SO-69 untuk membedakan kawan lawan. Masing-masing Su-25 juga dibekali dengan peralatan bela diri berupa 250 flare dan chaff, selain itu juga memiliki peralatan SPO-15 yang berfungsi memberikan peringatan jika pesawat terkunci oleh radar atau misil lawan.
Masing-masing sayap Su-25 memiliki 5 hardpoints yang bisa digantungi berbagai macam persenjataan, sehingga total 10 pilon pada satu SU-25. Pilihan senjatanya berupa misil udara ke darat Kh-23 (NATO : AS-7 Kerry), Kh-25ML (NATO : AS-10 Karen) dan Kh-29l (NATO : AS-14 Kedge). Untuk misil udara ke udara berupa R-35 (NATO : AA-2D Atoll) dan R-60 (NATO : AA-8 Aphid). Selain misil, persenjataan seperti tabung roket 57mm UB-32A, 80mm B-8M1, 240mm S-24 dan 330mm S-25 bisa menjadi pilihan untuk misi serang darat. Su-25 dapat membawa 350kg-670kg bom biasa maupun berpemandu dan 500kg bom bakar atau bom cluster. Sebuah kanon laras ganda 30mm AO-17A tertanam di dagu pesawat sebagai bawaan tetap, kanon ini dibekali 250 butir peluru. Jika dirasakan kurang, tersedia pod SPPU-22 yang berisi senapan mesin GSh-23 23mm yang dapat dibawa di pilon-pilon pesawat, masing-masing dibekali 260 butir peluru.
Su-25 dapat dipacu hingga kecepatan 950km/jam dengan radius tempur 375km, ketinggian maksimalnya 7km dari permukaan laut. Untuk terbang sebuah Su-25 memerlukan landasan sekurangnya 750 meter.
Operational history
Su-25 juga memiliki banyak pengalaman tempur, baik itu yang dimiliki Soviet maupun negara-negara pembelinya.
Perang Afghanistan (1981).
Perang Iran-Irak (1980-1988).
Perang Chechen pertama (1994-1996) & (1998-1999).
Perang Ethiopia-Eritrean. (2000).
Perang melawan insurgen di Macedonia (2001).
Pedang di Darfur (2003-2009).
Perang sipil Ivorian (2004).
Perang South Ossetia (2008)
Variants
Su-25 - varian dasar yang diproduksi pertama kali di pabrik No.31 Tbilisi.
Su-25K - K dari singkatan Komercheskiy, merupakan versi Su-25 varian dasar yang ditujukan untuk ekspor.
Su-28UB - Uchebno-Boyevoy, varian kursi ganda untuk kebutuhan latihan.
Su-25UBK - Varian kursi ganda yang ditujukan untuk ekspor.
Su-25UTG - Uchebno-Trenirovochnyy s Gakom. Varian Su-25UB yang berbasis di kapal induk.
Su-25BM - Buksirovshchik Misheney. Versi penarik target untuk latihan angkatan darat dan angkatan laut.
Su-25T - Tankovy. Versi spesialis pembasmi tank. Dapat terbang di segala cuaca dan dimalam hari.
Su-25TM - Versi Su-25 yang ditingkatkan kemampuannya, baik avionik, proteksi dan sistem lainnya.
Su-25SM - Stroyevoy Modernizirovannyi. Versi upgrade yang lebih murah dari Su-25TM.
Su-25KM - Kommercheskiy Modernizirovannyy. Versi upgrade pabrikan Tbilisi yang bekerjasama dengan Elbit Systems dari Israel.
Su-28 - Versi trainer tanpa kemampuan membawa senjata dan tidak dilengkapi armor.
Su-25R - Razvedchik. Versi pengintai taktis yang tidak jadi diproduksi
Su-25U3 - Uchebnyy 3-myestny. Versi trainer dengan tiga tempat duduk, tidak jadi diproduksi.
Su-25U - Uchebnyy. Versi trainer dari Su-25 yang diproduksi Georgia.
Su-25M1 Versi upgrade Su-25 milik Ukraina.
Su-25UBM1 Versi upgrade Su-25UB Ukraina
-Northrop A-9 (yang kalah melawan A-10 dalam pengadaan pesawat serang darat Amerika) memiliki konfigurasi struktur yang mirip dengan Su-25.
-Saat perang di Afghanistan, sebuah Su-25 yang dipiloti Kolonel Alexander V. Rutskoi rusak terkena tembakan artileri anti pesawat. Belum cukup, dua misil AIM-9L Sidewinder yang diluncurkan F-16 Pakistan turut menghantam Su-25nya. Rusak parah namun ia berhasil membawa Su-25nya kembali ke pangkalan.
-Sewaktu perang South Ossetia 2008, sebuah Su-25 milik Rusia terkena rudal anti pesawat Georgia, namun pesawat masih dapat terbang kembali ke pangkalan.
-Il-102 pesaing Su-25 memiliki keunikan, yakni adanya senapan mesin pada ekor pesawat. Pemakaian senapan mesin pada ekor pesawat serang darat tidak pernah diminati lagi setelah berakhirnya perang dunia 2.
-Penempatan posisi mesin pada A-10 di bagian atas fuselage dan terpisah satu sama lain membuat banyak orang menilai proteksi A-10 lebih baik dibanding Su-25. Su-25 menempatkan mesinnya di bagian bawah belakang fuselage sehingga lebih rawan oleh tembakan misil.
-A-10 bisa terbang lebih tinggi dan lebih jauh dari Su-25, membawa persenjataan lebih banyak dan memiliki gatling Avenger yang lebih tangguh dibanding kanon Su-25. Su-25 unggul dalam ukurannya yang kecil, terbang lebih cepat dan lebih lincah, selain itu variannya terbilang banyak.
-A-10 menggunakan mesin turbofan sedangkan Su-25 menggunakan mesin turbojet. Mesin A-10 selain lebih hemat bahan bakar juga pancaran panas yang dikeluarkan lebih rendah dibanding mesin turbojet. Mesin turbojet Su-25 lebih unggul dalam akselerasi dibanding mesin turbofan A-10.
-Perbedaan pandangan antara Amerika dan Soviet saat menciptakan kedua pesawat yakni saat perang dingin. A-10 digunakan untuk menahan laju tank-tank dan kendaraan Soviet, berpatroli di langit sambil bersiaga memberikan CAS dan tugas-tugas mendukung pasukan darat (spread its firepower out over multiple targets) dan lebih ke doktrin defensif . Su-25 lebih digunakan untuk menggempur target-target berat dengan kekuatan penuh seperti pos komando, garis pertahanan atau garis depan dan instalasi penting lainnya, sebagaimana artileri terbang (deliver its entire combat payload to the target in these one or two passes) dan lebih ke doktrin offensive sebagaimana Soviet saat perang dingin.
-Baik Soviet maupun penerusnya, Russia, sama-sama lebih banyak mengandalkan pesawat ini untuk menjalankan misi penyerangan dibanding pesawat lain dalam arsenal mereka.
-Pada perang South Ossetia, baik Russia maupun Georgia sama-sama mengerahkan Su-25nya masing-masing di medan tempur.