Jakarta - Siapakah Selly Yustiawati ? Perempuan cantik ini meramaikan dunia maya atas
penipuan yang dilakukannya. Diduga, sudah ratusan juta berhasil dikeruknya.
Anda bisa membuktikan ketenarannya. Cukup mengetikan namanya di situs pencari Google, Anda akan diantarkan ke berbagai situs mulai dari Tweeter, situs berita sampai forum *****
Umurnya masih muda, hanya 25 tahun. Namun dia selicin penipu belia dalam film Catch Me If You Can yang dimainkan Leonardo DiCaprio. Bermodalkan wajah cantik dan kemampuan bercuap-cuap. Ratusan orang telah bertekuk lutut dan rela menyerahkan uangnya, dengan alasan mulai dari bisnis pulsa sampai dibantu mencari kerja.
Detikcom pun pernah mengendus Selly pada 2006 silam. Pada Kamis 3 Agustus 2006, sejumlah mahasiswi Universitas Prof Dr Moestopo (Beragama) melaporkan Selly karena penipuan ke Polda Metro Jaya. Selly menjanjikan para mahasiswi itu menjadi Sales Promotion Girl (SPG), asalkan mereka menyetor Rp 200.000 per orang. 30 Mahasiswi terbujuk, Selly pun melarikan Rp 6 juta.
Entah bagaimana langkah polisi mengurusi penipuan hanya Rp 6 juta. Yang jelas, akhir 2008 Selly kembali beraksi. Kali ini dia menjadi staf HRD Hotel Gran Mahakam. Modusnya kali ini adalah menawarkan pulsa murah, selain juga mengaku sakit dan butuh uang. Korban pun berjatuhan dari karyawan Gran Mahakam. Setelah bekerja sekitar 2 bulan, Selly menghilang pada awal 2009.
"Dahulu kami sudah melapor ke polisi. Kami pikir sudah ditangkap. Kami sangat berharap polisi menangkapnya," kata Debby, Humas Hotel Gran Mahakam kepada detikcom, Selasa (16/2/2010). Debby tidak ingat berapa puluh juta uang karyawan lenyap.
Lolos dari Gran Mahakam, Selly ketahuan beraksi lagi di Kompas Gramedia pada
medio 2009. Kali ini dia menjadi operator telepon redaksi Kompas. Seluk beluk kerja wartawan pun dipelajarinya. Sementara Selly tetap beraksi dengan modus lama menawarkan pulsa murah selain meminjam uang untuk kebutuhannya.
Selly berhasil menghimpun Rp 30,6 juta uang karyawan dan wartawan Kompas sebelum kembali menghilang. Setelah 6 bulan dicari, para karyawan Kompas berhasil menjebak Selly dan membawanya ke Polsek Tanah Abang pada awal Januari 2010. Namun Selly sungguh licin. Alih-alih ditangkap, Selly hanya diminta membuat surat perjanjian untuk mengembalikan uang dan tidak mengulangi perbuatannya.
"Kita gemas sekali, sudah capek-capek kita jebak, eh malah dilepas," kata Sarie, wartawan Kompas.
Selly pun kembali melenggang. Sudah 3 kali Selly dilaporkan bahkan sempat dibawa ke polisi, namun dia selalu lolos. Entah sudah berapa ratus orang yang menjadi korbannya.
Dia punya ciri khas dalam beraksi. Dia bisa dengan mudah keluar masuk perusahaan untuk mencari korban para karyawan. Cukup 2-3 bulan bekerja sambil mencari mangsa, lalu menghilang tiba-tiba.
Selly pun bisa saja menipu miliaran rupiah sekali gasak. Namun diduga dia tidak ingin menarik perhatian polisi, sehingga dia tidak pernah menipu dalam jumlah besar. Penipuan Rp 5-30 juta, itu kasus remeh temeh buat polisi.
Namun yang polisi mungkin tidak tahu, Selly melipatgandakan jumlah korban. Pada akhirnya, Selly tetap mereguk uang banyak. Selly pun diuntungkan dengan para korban yang malu untuk melapor. Selly bahkan punya ilmu baru, yaitu mengaku sebagai wartawan Kompas.
Sumber : detik.com
penipuan yang dilakukannya. Diduga, sudah ratusan juta berhasil dikeruknya.
Anda bisa membuktikan ketenarannya. Cukup mengetikan namanya di situs pencari Google, Anda akan diantarkan ke berbagai situs mulai dari Tweeter, situs berita sampai forum *****
Umurnya masih muda, hanya 25 tahun. Namun dia selicin penipu belia dalam film Catch Me If You Can yang dimainkan Leonardo DiCaprio. Bermodalkan wajah cantik dan kemampuan bercuap-cuap. Ratusan orang telah bertekuk lutut dan rela menyerahkan uangnya, dengan alasan mulai dari bisnis pulsa sampai dibantu mencari kerja.
Detikcom pun pernah mengendus Selly pada 2006 silam. Pada Kamis 3 Agustus 2006, sejumlah mahasiswi Universitas Prof Dr Moestopo (Beragama) melaporkan Selly karena penipuan ke Polda Metro Jaya. Selly menjanjikan para mahasiswi itu menjadi Sales Promotion Girl (SPG), asalkan mereka menyetor Rp 200.000 per orang. 30 Mahasiswi terbujuk, Selly pun melarikan Rp 6 juta.
Entah bagaimana langkah polisi mengurusi penipuan hanya Rp 6 juta. Yang jelas, akhir 2008 Selly kembali beraksi. Kali ini dia menjadi staf HRD Hotel Gran Mahakam. Modusnya kali ini adalah menawarkan pulsa murah, selain juga mengaku sakit dan butuh uang. Korban pun berjatuhan dari karyawan Gran Mahakam. Setelah bekerja sekitar 2 bulan, Selly menghilang pada awal 2009.
"Dahulu kami sudah melapor ke polisi. Kami pikir sudah ditangkap. Kami sangat berharap polisi menangkapnya," kata Debby, Humas Hotel Gran Mahakam kepada detikcom, Selasa (16/2/2010). Debby tidak ingat berapa puluh juta uang karyawan lenyap.
Lolos dari Gran Mahakam, Selly ketahuan beraksi lagi di Kompas Gramedia pada
medio 2009. Kali ini dia menjadi operator telepon redaksi Kompas. Seluk beluk kerja wartawan pun dipelajarinya. Sementara Selly tetap beraksi dengan modus lama menawarkan pulsa murah selain meminjam uang untuk kebutuhannya.
Selly berhasil menghimpun Rp 30,6 juta uang karyawan dan wartawan Kompas sebelum kembali menghilang. Setelah 6 bulan dicari, para karyawan Kompas berhasil menjebak Selly dan membawanya ke Polsek Tanah Abang pada awal Januari 2010. Namun Selly sungguh licin. Alih-alih ditangkap, Selly hanya diminta membuat surat perjanjian untuk mengembalikan uang dan tidak mengulangi perbuatannya.
"Kita gemas sekali, sudah capek-capek kita jebak, eh malah dilepas," kata Sarie, wartawan Kompas.
Selly pun kembali melenggang. Sudah 3 kali Selly dilaporkan bahkan sempat dibawa ke polisi, namun dia selalu lolos. Entah sudah berapa ratus orang yang menjadi korbannya.
Dia punya ciri khas dalam beraksi. Dia bisa dengan mudah keluar masuk perusahaan untuk mencari korban para karyawan. Cukup 2-3 bulan bekerja sambil mencari mangsa, lalu menghilang tiba-tiba.
Selly pun bisa saja menipu miliaran rupiah sekali gasak. Namun diduga dia tidak ingin menarik perhatian polisi, sehingga dia tidak pernah menipu dalam jumlah besar. Penipuan Rp 5-30 juta, itu kasus remeh temeh buat polisi.
Namun yang polisi mungkin tidak tahu, Selly melipatgandakan jumlah korban. Pada akhirnya, Selly tetap mereguk uang banyak. Selly pun diuntungkan dengan para korban yang malu untuk melapor. Selly bahkan punya ilmu baru, yaitu mengaku sebagai wartawan Kompas.
Sumber : detik.com