Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
Para Suhu, izin tanya masalah kalimat langsung. Misal:

"Jadi...," dia menarik napas dalam, "masalah ini lebih besar daripada yang kita perkirakan."

Kata "masalah" seharusnya diawali dengan huruf kapital atau engga yah? Sempat baca artikel yang bilang ga perlu pake kapital, tapi saya kurang yakin. Menurut para suhu di sini bagaimana? Mohon pencerahannya.

Permisi, Neng @merah_delima, aku mau urun share, ya. :)

------–-------------–-----------------------------------------​

TENTANG "BERGEMING" DAN "ACUH"

Dewasa ini dalam praktik pemakaian bahasa Indonesia, cukup banyak pemakai bahasa menggunakan bentuk tidak bergeming, misalnya dalam kalimat demonstran tidak bergeming ketika air disemprotkan.

Pemakaian bentuk tidak bergeming seperti dalam kalimat di atas sebenarnya juga termasuk dalam bentuk yang salah kaprah jika yang dimaksudkan adalah diam saja alias tidak bergerak.

Sebenarnya, dalam bahasa Indonesia bergeming artinya 'tidak bergerak sama sekali’. Maka, kalau dikatakan demonstran tidak bergeming ketika air disemprotkan, makna yang sesungguhnya adalah tidak tak bergerak sama sekali. Jadi, perpaduan dua negasi ‘tidak’ itu menjadikan bentuk positif, ‘bergerak’ atau ‘tidak diam saja’.

Oleh karena itu, jika yang dimaksud adalah diam saja atau tidak bergerak, bentuk yang benar adalah demonstran bergeming ketika air disemprotkan, artinya demonstran tidak bergerak ketika air disemprotkan. Namun, bila pada kata bergeming diletakkan kata tidak sehingga menjadi tidak bergeming, kalimat itu sesungguhnya demonstran tidak diam saja atau tidak bergerak ketika air disemprotkan.

Kasus yang hampir sama juga terjadi pada kata acuh. Kata ini sering disamakan artinya dengan ‘tidak peduli’, padahal acuh bermakna ‘peduli’ dan bermakna ‘tidak peduli’ ketika didampingi oleh kata ‘tidak’. Jadi, kalimat dia tidak acuh terhadap lingkungan, berarti ‘dia tidak peduli terhadap lingkungan, sedangkan kalimat dia acuh terhadap lingkungan maknanya adalah dia peduli terhadap lingkungan, bukan dia tidak peduli terhadap lingkungan.

------–-------------–-----------------------------------------

Sekian dari aku, semoga bermanfaat. :)

Sama kaya "seronok" yah. Beberapa kali pernah baca istilah "berbuat seronok" di mana maksud penulisnya "berbuat tidak baik". Padahal di KBBI, seronok artinya sedap dilihat :ngakak
 
Rampes Om @BL4CKDEV1L ..
Nggak apa-apa, Om ..santai aja .
Hayu Om ketemuan di mana? #ehh
Ini sudah ketemu Kang hehehe..
Kalau berjodoh suatu saat pasti ketemu ngobrol bareng Kang sambil ngopi santai #ehh "berjodohnya" tambah tanda kutip :hammer:
 
Penggunaan Tanda Hubung (-)


1. Tanda hubung dipakai untuk menandai bagian kata yang terpenggal oleh pergantian baris.

Misalnya:

  • Di samping cara lama, diterapkan juga ca-
    ra baru ….
  • Nelayan pesisir itu berhasil membudidayakan rum-
    put laut.
  • Kini ada cara yang baru untuk meng-
    ukur panas.
  • Parut jenis ini memudahkan kita me-
    ngukur kelapa.
2. Tanda hubung dipakai untuk menyambung unsur kata ulang.

Misalnya:

  • anak-anak
  • berulang-ulang
  • kemerah-merahan
  • mengorek-ngorek
3. Tanda hubung dipakai untuk menyambung tanggal, bulan, dan tahun yang dinyatakan dengan angka atau menyambung huruf dalam kata yang dieja satu-satu.

Misalnya:

  • 11-11-2013
  • p-a-n-i-t-i-a
4. Tanda hubung dapat dipakai untuk memperjelas hubungan bagian kata atau ungkapan.

Misalnya:

  • ber-evolusi
  • meng-ukur
  • dua-puluh-lima ribuan (25 x 1.000)
  • 23/25 (dua-puluh-tiga perdua-puluh-lima)
  • mesin hitung-tangan
Bandingkan dengan

  • be-revolusi
  • me-ngukur
  • dua-puluh lima-ribuan (20 x 5.000)
  • 20 3/25 (dua-puluh tiga perdua-puluh-lima)
  • mesin-hitung tangan
5. Tanda hubung dipakai untuk merangkai
a. se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital (se-Indonesia, se-Jawa Barat);
b. ke- dengan angka (peringkat ke-2);
c. angka dengan –an (tahun 1950-an);
d. kata atau imbuhan dengan singkatan yang berupa huruf kapital (hari-H, sinar-X, ber-KTP, di-SK-kan); e. kata dengan kata ganti Tuhan (ciptaan-Nya, atas rahmat-Mu);
f. huruf dan angka (D-3, S-1, S-2); dan
g. kata ganti -ku, -mu, dan -nya dengan singkatan yang berupa huruf kapital (KTP-mu, SIM-nya, STNK-ku).

Catatan: Tanda hubung tidak dipakai di antara huruf dan angka jika angka tersebut melambangkan jumlah huruf.

Misalnya:

  • BNP2TKI (Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia)
  • LP3I (Lembaga Pendidikan dan Pengembangan Profesi Indonesia)
  • P3K (pertolongan pertama pada kecelakaan)
6. Tanda hubung dipakai untuk merangkai unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa daerah atau bahasa asing.

Misalnya:

  • di-sowan-i (bahasa Jawa, 'didatangi')
  • ber-pariban (bahasa Batak, 'bersaudara sepupu')
  • di-back up
  • me-recall
  • pen-tackle-an
7. Tanda hubung digunakan untuk menandai bentuk terikat yang menjadi objek bahasan.

Misalnya:

  • Kata pasca- berasal dari bahasa Sanskerta.
  • Akhiran -isasi pada kata betonisasi sebaiknya diubah menjadi pembetonan.


Penggunaan Tanda Pisah (-)

1. Tanda pisah dapat dipakai untuk membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di luar bangun kalimat.

Misalnya:

  • Kemerdekaan bangsa itu—saya yakin akan tercapai—diperjuangkan oleh bangsa itu sendiri.
  • Keberhasilan itu—kita sependapat—dapat dicapai jika kita mau berusaha keras.
2. Tanda pisah dapat dipakai juga untuk menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain.

Misalnya:

  • Soekarno-Hatta—Proklamator Kemerdekaan RI—diabadikan menjadi nama bandar udara internasional.
  • Rangkaian temuan ini—evolusi, teori kenisbian, dan pembelahan atom—telah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta.
  • Gerakan Pengutamaan Bahasa Indonesia—amanat Sumpah Pemuda—harus terus digelorakan.
3. Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan, tanggal, atau tempat yang berarti 'sampai dengan' atau 'sampai ke'.

Misalnya:

  • Tahun 2010—2013
  • Tanggal 5—10 April 2013
  • Jakarta—Bandung
 
Itulah kenapa ane merasa bangga ketika berhasil dapat nilai A dalam pelajaran Bahasa Indonesia, ketika kuliah dulu.
Karena Bahasa Indonesia itu tidak semudah bayangan orang.
Dan bukti lainnya bahwa Bahasa Indonesia itu sulit, adalah fakta bahwa ane menjadi satu-satunya siswa seangkatan dan sejurusan yang berhasil dapat nilai A.
Hihi . .
Nah.... brarti akang jua cucok jadi pengampu kelas bahasa dimari... berbagi ilmu ke kita2.... xixixixixixixixi...
 
Nah.... brarti akang jua cucok jadi pengampu kelas bahasa dimari... berbagi ilmu ke kita2.... xixixixixixixixi...
Siap, Neng.
Nanti aku bagikan ilmu yg aku punya di sini, ya :)
 
mohon ijin buat suhu2 dimari....:sembah:
nubie baru baca sedikit..
ga paham juga...:nohope:

Permisiii...
Mau coba sharing peribahasa yah, karena akhir2 ini suka memerhatikan bbrp peribahasa yg menggelitik dan bermakna kebudayaan.
Sungkem dulu ke yg punya thread :ampun: @merah_delima
-----
Peribahasa punya tiga jenis: bidal, ungkapan, dan perumpamaan.

3. Perumpamaan: peribahasa yang biasanya diawali kata bak, bagai, atau umpama.
  • Bagai enau dalam belukar melepaskan pucuk masing-masing
    Bagaikan tanduk bersendi gading
    Bagai anjing menyalak di ekor gajah
    Bagai diiris dengan sembilu
    Bagai denai gajah lalu
    Bagai air di daun talas
    Bagai beliung dengan asahan
    Bak pinang dibelah dua
    Besar bagai diambal-ambal, tinggi bagai dianjung-anjung
    Bagai buah masak ranum, dihinggut perdu luruh sendiri
    Seperti durian dengan mentimun
    Seperti orang buta kehilangan tongkat

penasaran juga....kok di bagian yg ketiga ini tidak sekalian dengan artinya ya...
atau mungkin disuruh mengartikan sendiri...
wah mungkin tiap orang bisa berbeda -beda mengartikannya...
:kopi:
 
mohon ijin buat suhu2 dimari....:sembah:
nubie baru baca sedikit..
ga paham juga...:nohope:



penasaran juga....kok di bagian yg ketiga ini tidak sekalian dengan artinya ya...
atau mungkin disuruh mengartikan sendiri...
wah mungkin tiap orang bisa berbeda -beda mengartikannya...
:kopi:
Sepertinya maksud beliau, silahkan mengartikan ndiri oommm..

Dan biasanya.. artinya uda pakem dari sononya..alias tidak berdasarkan hasil kreasi pemikiran kita sendiri
 
Sepertinya maksud beliau, silahkan mengartikan ndiri oommm..

Dan biasanya.. artinya uda pakem dari sononya..alias tidak berdasarkan hasil kreasi pemikiran kita sendiri

berarti klo udah pakem dari sononya,
mmg benar ada artinya dan mungkin tidak dipublikasikan
jadi boleh diartikan sendiri ya...:o
asal tidak melenceng jauh
seiring berjalan waktu,,
suatu saat nanti mungkin artinya bisa berkembang mengalami perbedaan...

Hehehe sengaja om @n_p biar menggigit

nah...ini yg belum paham
kenapa harus menggigit...:lol:

padahal masih heran dengan artinya apa...
otw browsing ah......:ngacir:
 
Tata Cara Menulis Dialog yang Benar

  1. Penggunaan tanda titik di akhir dialog
    Contoh salah : “Aku yakin dia pemenangnya”.
    Contoh benar : “Aku yakin dia pemenangnya.”
    Tanda baca ditempatkan sebelum tanda kutip di akhir dialog.
Apabila di iringi narasi, maka ketentuannya seperti ini :
Contoh salah : “Dia memang sangat berbakat.” menatap Bayu kagum.
Contoh benar : “Dia memang sangat berbakat.” Menatap Bayu kagum.

Apa yang membedakannya? Huruf awal narasi. Yap. Huruf awal narasi harus di dahului oleh kapital.

Jika narasinya berada di awal, maka ketentuannya seperti ini :
Contoh salah : Andi tersenyum, “Kamu adalah sahabat terbaik.”
Contoh benar : Andi tersenyum. “Kamu adalah sahabat terbaik.”

Perbedaannya apa? Penggunaan tanda baca. Yup! Yang pertama kenapa salah? Kan, huruf awal dalam dialognya udah bener … pake kapital? Emang, sih. Tapi, penulis menggunakan tanda baca (,) yang seharisnya (.)

  1. Penggunaan tanda koma di akhir dialog
    Biasanya, di gunakan bersamaan dengan dialog tag. Apa itu dialog tag? Dialog tag adalah frase yang mengikuti dialog. Fungsinya menginformasikan si pengucap kepada pembaca. Selain itu, dialog tag di gunakan apabila dialog tersebut isinya tentang pengungkapan sesuatu. Di awali dengan huruf kecil setelah tanda petik. Dan di tandai dengan : “ujar, kata, pekik, sambung, tukas, ungkap, dan lain sebagainya.”
Contoh salah : “Aku yang membuang kucing itu.” Ungkap Daniel.
Contoh benar : “Aku yang membuang kucing itu,” ungkap Daniel.

Dimana perbedaannya? Coba perhatikan. Contoh awal, tanda bacanya adalah (.) yang seharusnya (,).
Kemudian, huruf awal setelah dialog adalah besar. Padahal, seharusnya huruf awalnya adalah kecil.

Perhatikan contoh berikut ini.
Contoh salah : Salsa berkata. “Sepeda barumu kupinjam.”
Contoh benar : Salsa berkata, “Sepeda barumu kupinjam.”

Nah, frase sejenis “Ungkap Daniel” dan “Salsa berkata” itulah yang disebut sebagai Dialog Tag.
Apabila dialog tagnya berada di awal seperti contoh Salsa, maka setelah kata “Salsa berkata” diberi tanda baca (,) baru kemudian memulai dialog dan di akhiri dengan tanda baca (.) sebelum tanda kutip penutup sebagai tanda baca.
Apabila dialog tag berada di akhir seperti contoh Daniel, maka gunakan tanda baca (,) sebelum tanda kutip penutup dalam dialog.
Catatan : Ingat. Huruf awal setelah dialog adalah huruf kecil.

  1. Penggunaan tanda seru di akhir dialog
    Tanda seru biasanya di gunakan untuk menegaskan, memberi peringatan, ungkapan marah dan berteriak.
Perhatikan contoh A
Contoh salah : “Pergi dari rumahku sekarang.” bentak Rafli.
Contoh benar : “Pergi dari rumahku sekarang!” bentak Rafli.

Kenapa contoh awal salah dan contoh kedua benar?
Lihatlah narasi setelah dialog. Di situ, narasinya adalah “Bentak” yang mana sudah pasti intonasinya tinggi, bukan? Untuk itulah, tanda bacanya menggunakan (!).

Perhatikan contoh B
Contoh salah : “Aku tidak sejahat itu!” ucapnya lirih.
Contoh benar : “Aku tidak sejahat itu …” ucapnya lirih.

Kenapa contoh awal salah? Padahal, itu sebuah bentuk penegasan. Dia menegaskan bahwa dia tidak sejahat yang orang kira. Yup! Kalau dilihat dari segi ungkapan memang benar. Lalu apa yang salah? Narasinya. Coba perhatikan lebih detail. Penulis memberi narasi “ucapnya lirih.” yang mana kata lirih intonasinya rendah. Tidak sesuai dengan pengertian tanda seru itu sendiri, bukan? Jadi, harus di perhatikan baik-baik ya, guys.
Catatan : Apabila ingin menggunakan contoh B (contoh salah), maka setelah dialog tidak usah menggunakan narasi lagi.
“Aku tidak sejahat itu!” ✓

  1. Penggunaan tanda tanya di akhir dialog
    Tanda tanya digunakan untuk melenggapi kalimat tanya.
Contoh salah : “Sedang apa kamu di sini?”, Tanya Kanza.
Contoh benar : “Sedang apa kamu di sini?” tanya Kanza.

Contoh awal salah karena setelah tanda kutip di akhir dialog, penulis kembali menggunakan tanda baca. Itu jelas salah karena menggunakan dua tanda baca. Selain itu, posisinya pun tidak sesuai aturan. Jadi, buanglah tanda koma pada tempatnya :v
Dan lagi, huruf awal dalam narasi menggunakan huruf kapital, yang mana seharusnya menggunakan huruf kecil.

Catatan : Setiap dialog yang menggunakan tanda tanya atau tanda seru, narasinya di awali dengan huruf kecil. (teriaknya; tanyanya.)

Perhatikan contoh :
“Apa kau yang melukainya?” Melirik ke arah wanita di sampingnya.
Kenapa huruf awal dalam narasinya kapital? Yup! Karena sudah beda kalimat. “Melirik wanita di sampingnya” di katakan sebagai kalimat baru.

Berbeda apabila kalimatnya seperti ini :
“Apa kau yang melukainya?” tanya Arsyil melirik wanita di sampingnya. Betul! Karena diawali dengan kata seperti (tanya, selidik, dll). Dan itu dikatakan masih dalam satu kalimat.

  1. Tanda Elipsis/Titik tiga (…)
    Tanda ini biasanga digunakan untuk memberikan jeda pada dialog.
Contohnya : “Jadi … kau benar-benar menolakku?”
Perhatikan teknik penggunaannya. Cara menggunakan elipsis dalam dialog adalah ketika ada jeda dalam dialog tersebut. Sebelum menggunakan elipsis, beri spasi terlebih dahulu. Setelah menggunakannya pun beri spasi lagi. Kemudian silahkan mulai kata selanjutnya. Ingat, kata baru setelah elipsis huruf awalnya harus kecil. Lihat contoh untuk pehamaman lebih detail.
Nah, bagaimana bila elipsisnya berada di akhir?
Perhatikan contoh di bawah ini.
Contoh 1
“Jangan menangis lagi. Kumohon ….”

Contoh 2
“Jangan menangis lagi. Kumohon …” ucap Billy pelan.
Apabila elipsisnya berada di belakang dan tidak ada narasi lagi setelahnya, maka gunakan contoh 1.
Kok titiknya empat bukan tiga? Yap! Tiga titik pertama adalah elipsis, dan satu titiknya lagi adalah tanda baca.
Nah, apabila elipsisnya berada di belakang dan ada narasi lagi setelahnya, maka gunakan contoh nomor 2. Yang mana hanya terdalat tanda elipsis di sana.

  1. Penggunaan en dash (—) dalam dialog
    Biasanya digunakan untuk dialog yang terputus-putus atau terpotong.
Contoh 1 :
“Ti— tidak. Bukan itu maksudku.” (terputus-putus).

Contoh 2:
“Jadi kau pe—” (terpotong karena seseorang langsung menyergah ucapannya).
“Iya. Aku pelakunya,” ucap Andra cepat.

  1. Penggunaan kata “kan” dalam dialog
    Perhatikan contoh di bawah ini.
Contoh :
“Dia itu kekasihmu, kan?”
Perhatikan cara meletakannya. Tak jarang kita menemukan kalimat seperti ini dalam beberapa cerita.
Letakkan tanda (,) sebelum menulis kata “kan” dalam dialog.

Contoh serupa :
“Belajar yang rajin ya, Nak.”
Kalimat seperti itupun berlalu penggunaan tanda (,) sebelum kata “Nak.”
Catatan : kata “Nak” dalam dialog huruf awalnya besar, karena itu merupakan panggilan pengganti untuk seorang anak. (Nak, Nduk, Non, dll).

Kenapa harus begitu? Ya memang ketentuannya sudah seperti itu. Dan tulisanmu pun akan semakin enak di baca serta para pembaca tidak salah dalam menafsifkan makna.

Berlaku juga untuk kata panggilan seperti :
“Warna senja itu indah. Iya kan, Kak?”
“Aku tidak bohong kok, Bun.”

  1. Penggunaan nama dan panggilan dalam dialog
    Contoh 1 :
    “Aku harap Ayah merestui pernikahan kami,” ucap David penuh harap.
    Contoh 2 :
    “Aku berharap ayahmu merestui pernikahan kita,” kata Nia lirih.
Perhatikan antara contoh satu dan dua. Di contoh pertama, kata “Ayah” diawali dengan huruf kapital. Kenapa? Karena orang yang di maksud ada di sana. Atau terlibat dalam percakapan tersebut.
Sedangkan di contoh kedua, kata “ayah” di awali dengan huruf kecil yang mana menandakan sang ayah tidak ada di sana. Atau tidak terlibat dalam percakapan tersebut.

Contoh 3 :
“Menurut pak Aldi, tidak seharusnya kita melewati jalan ini.”

Contoh 4 :
“Terimakasih Pak Aldi atas kerjasamanya.”

Nah, apabila menemukan kalimat seperti pada contoh nomor tiga dan empat, perhatikan baik-baik.

Di contoh nomor 3, kata “pak Aldi” huruf awalnya ditulis kecil dan huruf keduanya ditulis besar karena merupakan nama orang. Ini sama seperti contoh nomor 1, yang mana pak Aldi tidak terlibat dalam percakapan tersebut.

Di contoh nomor 4, kata “Pak Aldi” huruf awalnya ditulis besar dan huruf keduanya ditulis besar karena merupakan nama orang. Ini sama seperti contoh nomor 2, yang mana pak Aldi terlibat dalam percakapan tersebut.

Tambahan :
-Huruf awal dalam dialog harus kapital.
-Nama orang atau panggilan pun harus menggunakan huruf kapital. (Kimel, Mel, dll).
 
Makasih banyak, Om @BL4CKDEV1L :ampun:

Senangnya nongkrong di sini, makin banyak guru yang berbagi ilmu kepada kita. :)
Sami-sami, Kang..
Guru ane 'kan, Kang PB :ampun:

Dan ternyata selama ini penulisan dialog ane di cerbung salah :((
Mana sudah nyampai part XIV dan juga di part awal 1-7 salah ejaan EYD/PUEBI yang sampai sekarang belum ane edit karena malas :((
 
Terakhir diubah:
Sami-sami, Kang..
Guru ane 'kan, Kang PB :ampun:

Dan ternyata selama ini penulisan dialog ane di cerbung salah :((
Mana sudah nyampai part XIV dan juga di part awal 1-7 salah ejaan EYD/PUEBI yang sampai sekarang belum ane edit karena malas :((
Duh... saya jadi malu, dipanggil 'guru' oleh seorang guru... :malu:

Ilmu terkini tentang ejaan dan tata tulis cerita, bisa digunakan untuk projek selanjutnya kok, Om.
Mungkin itulah tujuan Neng @merah_delima bikin trit ini, supaya kualitas tulisan kita semua makin bagus. :)
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd