maaf nih buat tsnya kalau merasa saya singgung atau junk
soalnya sangat ga masuk akal para malaikat bersujud dan iblis sirik kepada manusia hanya karna manusia punya pikiran
saya kasih gambaran dikit
ayam tau dari mana kalau di bawah tanah ada cacing?
dan menggalinya di tempat2 tertentu?
dengan menngunakan kakinya?
jadi cobalah kita lebih arif dan bijak dalam menyingkapinya
sejauh apapun logika kalian,pikiran kalian iq kalian
tidak dapat menembus rahasia sang khalik
karna pikiran dan logika di ciptakan untuk berpikir dan menjalani hidup di dunia
tapi sebagian dr mereka tidak berpikir
di dlm alquran ada itu
silahkan di cek
maaf ya saya tidak bermaksud menyalahkan atau membenarkan
tp ini saya bertanya kalau salah maaf
kalau benar hanya tuhan yg tau
saya ga tau apa2
salam
Ane gak tersungging kog gan.. Aman..
tentang cerita sujudnya malaikat kepada manusia, ini sujud penghormatan lho, bukan menyembah. Kenapa ane kog lebih suka penafsiran bahwa malaikat bersujud itu sebagai bentuk penghormatan atas pengetahuan manusia.
Bahwa manusia itu kreatif, punya kemampuan mencipta (merubah satu bentuk benda ke benda lain), punya kemampuan mengembangkan bahasa. Walaupun itu diajari oleh Tuhan terlebih dahulu.
Nih ane kopi pastekan aja ya...
Alkisah sebelum melantik manusia sebagai khalifah di bumi, Allah melakukan hearing dengan malaikat. Meskipun Allah memiliki otoritas penuh, namun untuk memberikan pelajaran musyawarah, Allah berkehendak mengetahui pendapat pembantunya yang setia itu, walau meski tanpa tanya Allah pastinya sudah mengetahui semuanya. Dalam drama itu Allah berkata kepada malaikat: Aku akan menjadikan di bumi seorang khalifah. Malaikat protes: Mengapa engkau menjadikan di bumi itu (manusia) yang merusak dan menumpahkan darah. Allah menjawab: Sesungguhnya Aku tahu apa yang tidak kamu tahu.
Untuk membuktikan bahwa pilihan Allah tidaklah salah, maka Allah menguji manusia (Adam) dan Malaikat. Allah mengajarkan nama-nama benda seluruhnya kepada Adam dan mengemukakannya kepada malaikat serta menyuruh keduanya untuk menyebutkan kembali kata-kata yang sudah diajarkan. Dalam fit and proper tes ini malaikat menyerah dan mengakui kelemahannya, sedangkan Adam berhasil lulus ujian.
Ada beberapa hal menarik yang perlu kita cermati dalam kisah ini yakni pertama, adanya perbedaan metodologis penyampaian nama-nama benda yang diajarkan oleh Allah kepada Adam dan malaikat. Dalam bahasa al-Quran dikatakan bahwa Allah
mengajarkan kepada Adam, sedangkan kepada malaikat hanya sebatas
mengemukakan (Úztä). Ayat ini menyampaikan kepada kita bahwa dalam proses pendidikan (penyampaian informasi) yang paling efektif adalah allama, bukan sekedar aradha. Menjadi penting kemudian jika kita bertanya kepada diri kita sendiri, selama ini kita mengajari anak-anak kita, siswa-siswi kita dengan paradigma allama ataukah aradha? allama bermakna bahwa pendekatan yang dilakukan dalam proses pengajaran adalah pendekatan ilmiah yang menekankan pada proses. Ada metodologinya, ada pengamatan, ada pengalaman, ada pengujian dan baru penarikan kesimpulan. Sedangkan aradha hanya seperti angin lalu, informasi disampaikan tapi tidak ada telaah lanjut, maka pantas saja malaikat tidak bisa menyebutkan kembali nama-nama benda yang diajarkan Allah. Pelajaran apa saja yang harus disampaikan dengan paradigma allama? Jawabnya, semua pelajaran. Termasuk pelajaran moral: membantu sesama, berbuat jujur, adil, dsb. Kisah populer pengajaran al-Maun oleh Kyai Ahmad Dahlan adalah bentuk pengajaran dengan paradigma allama, menyuruh muridnya terlibat langsung dalam proses penarikan kesimpulan makna ayat.
Kedua, apa yang dimaksud dengan nama-nama benda itu? Mengapa yang menjadi materi uji adalah nama-nama benda dan bukan yang lain, misalnya kepatuhan yang menjadi keunggulan yang dibanggakan malaikat? Nama adalah merupakan kata yang menunjuk pada identitas, keberadaan. Dengan memiliki nama sesuatu dianggap eksis, minimal secara lingustik. Nama adalah kata, dengan begitu nama-nama benda dapat dikatakan sebagai pengetahuan dasar akan bahasa. Mengapa bahasa menjadi penting? Karena bahasa adalah jembatan ilmu pengetahuan. Wittgenstein, seorang filsuf bahasa menyatakan bahwa dimana batas bahasa seseorang disitulah batas ilmu pengetahuannya. Jadi Allah mengajarkan bahasa dasar kepada Adam, dan dengan kemampuan ilmiahnya Adam mampu mengembangkan bahasa dasar itu menjadi ilmu pengetahuan yang fungsional. Sedangkan malaikat masih dalam tataran magis: ia terkungkung dalam nama-nama. Kata malaikat: Aku tidak ada pengetahuan pada kami kecuali apa yang Engkau berikan.
Ketiga, meski Allah sudah tahu bahwa prediksi malaikat tentang kecenderungan manusia untuk membuat kerusakan dan menumpahkan darah akan benar-benar terjadi, mengapa Allah tetap memilih manusia menjadi khalifah? Terkait dengan kemampuan manusia mengembangkan ilmu pengetahuan dengan bahasa sebagai jembatannya, manusia memiliki kemampuan berkreasi, berinovasi. Manusia dengan kemampuan ilmiahnya mampu menciptadalam artian merubah sesuatu menjadi bentuk lainini dipandang Allah sebagai representasi dari keMahaPenciptaan-Nya. Malaikat yang pasif dan jumud tidak bisa berkreasi, karenanya tidak pantas jadi wakil Allah di bumi.
Keempat, hubungan dengan ayat selanjutnya, mengapa malaikat disuruh menghormat kepada Adam setelah proses ujian itu selesai? Adam dipandang sebagai perwakilan Allah setelah diangkat jadi khalifah, karenanya semua makhluk yang lain tidak terkecuali malaikat harus sujud (menghormat) kepadanya. Penghormatan ini semata-mata bermakna bahwa manusia lebih mulia karena ia bisa mengembangkan pemberian Allah, ia berproses menuju perbaikan. Sedangkan makhluk lain akan selalu statis tidak berkembang peradabannya.
Setelah peristiwa pelantikan dilakukan, drama kehidupan manusia dimulai. Namun, benar juga prediksi malaikat: manusia membuat kerusakan dan pertumpahan darah. Anak Adam yang awal, Qabil dan Habil sudah mengawali pembunuhan. Lalu salahkah Allah menujuk manusia sebagai khalifah? Ataukkah fit and proper test dulu tidak representatif? Kita harus menjernihkan pikiran dalam menjawab masalah ini. Ujian yang diberikan Allah kepada Adam adalah ujian kepada Adam secara personal, ia mewakili manusia hanya dalam tataran konseptual. Tapi dalam kehidupan praktis ini, masing-masing individu akan dilakukan tes sendiri-sendiri. Semua pribadi manusia akan dites oleh Allah, ia diajar ilmu melalui alam, mampukah ia mengembangkan pengetahuan dasar yang diberikan kepadanya?
Tidak semua manusia berhasil menjadi khalifah, ada juga yang gagal. Status khalifah hanya akan disandang mereka yang mampu mengembangkan kemampuan yang diberikan. Memaksimalkan potensi dirinya untuk menjadi wakil Allah di bumi ini. Menjadi wakil Allah artinya membantu Allah dengan kekuasaan dan sifat yang sama dengan Tuhan: mencipta, memelihara, mengatur, dsb. Bagi manusia yang gagal menjadi khalifah, maka ia harus menaati manusia yang sukses sebagai khalifah, ia harus sujud, hormat. Jika tidak mau? Maka ia akan seperti iblis, yang angkuh meski tahu kalau ia gagal. Manusia seperti ini akan diusir Allah dari surga, baik surga di dunia maupun surga di akhirat.
Sekali lagi semua itu hanya penafsiran ya gan..
termasuk ente menggunakan kalimat dibawah ini
soalnya sangat ga masuk akal para malaikat bersujud dan iblis sirik kepada manusia hanya karna manusia punya pikiran
itu sudah termasuk bagian dari penafsiran.. trus yang masuk akal yang gimana coba?
Kalau jawaban yang paling masuk akal adalah karena malaikat di suruh Allah Subekkana Watangalah.. ya sudah. berhenti sampai disitu.
trus kita berhenti berpikir.