Mohon infonya dari TS, yg dimaksud pola perekrutan intelijen itu di institusi mana? BIN, TNI, Polri, atau institusi lainnya. Setau saya ada berbagai Kementerian/institusi non-kementerian yang juga punya intelijen internal kok, seperti Ditjen Imigrasi, Kejaksaan, dan lain sebagainya. Namun, BIN sebagai lembaga negara yang mengkoordinir penyelenggaraan kegiatan intelijen negara.
Kalo di BAIS (Badan Intelijen Strategis), badan intelijen TNI, jelas anggotanya ya angota TNI. Tugasnya melakukan kegiatan intelijen kemiliteran, seperti berhubungan dengan kantor-kantor atase pertahanan negara lain yang punya kantor di Indonesia. Kalo di Intelijen Imigrasi, anggotanya ya pegawai imigrasi. Tugasnya melakukan pengawasan terhadap orang asing yang ada di Indonesia. Pendek kata, konsentrasi tugas intelijen di berbagai kementerian/non-kementerian lainnya sesuai dengan lini/area institusinya tersebut.
Kalo yang dimaksud TS BIN, jaman dulu pola perekrutannya lebih secara tradisional (baca: tertutup), misalnya dari lingkungan keluarga dan saudara. Hal ini terkait dengan pekerjaan intel yang serba rahasia dan butuh kepercayaan, sehingga jika direkrut dari lingkungan keluarga dirasa akan lebih aman. Selain itu dulu belum ada penyelenggaran pendidikan yang dapat men-supply tenaga intelijen untuk institusi intelijen. Kalo sekarang sudah ada STIN, sekolah kedinasan resmi sebagai penyalur tenaga-tenaga profesional intelijen untuk BIN. Kalo mau tahu pola kerja dan perekrutan intelijen beberapa dekade sebelumnya, coba baca buku "Menguak Tabu Intelijen" deh, ditulis oleh AC. Manulang (mantan Direktur Bakin-sekarang BIN).
Setau gw, yang kerja di BIN, selain tenaga intelijen lulusan STIN, juga ada dari Polri dan TNI, mereka bekerja bersama untuk mengelola intelijen negara. Koreksi sedikit dari
@tukangcrots, kalo STIN itu bukan dibawah Kemenhankam, tapi langsung di bawah BIN. BIN di bawah koordinasi Kemenko Polhukam, bukan Kemenhankam-istilah Kemenhamkam ini sudah lama tidak ada, sejak jamannya mantan Presiden Gus Dur, karena Polri dan TNI melepas diri dari Departemen (Kementerian) Hankam, jadi namanya hanya Departemen Pertahanan (Dephan).
Kalo di atas ada yang bilang, agen intel perlu background militer karena dikira lebih powerful, belum tentu juga sih. "Otot" menurut gw bukan lagi bagian utama persyaratan sebagai agen intel, cuma sehat fisik dan rohani itu yg penting. Pola kegiatan intelijen sekarang kan juga banyak berubah seiring perkembangan teknologi, jadi ya pengumpulan informasi oleh intelijen itu juga banyak mendapat bantuan dari teknologi.
Yah kurang lebih itu dari gw ya, kalo ada salah monmaap
Btw, gw seneng diskusi yang begini, berbobot