Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

My spirit my adventure

Status
Thread ini sudah dikunci moderator, dan tidak bisa dibalas lagi.
Siapa Aku?
Siapa Diriku?
Apakah Aku adalah diriku?
Apakah diriku bukanlah Aku?


mungkin,
Aku yang sejati adalah Aku yang telah ter-Putus dari semua Pengaruh-pengaruh Ruang dan Waktu, alias roh ku sendiri, itulah aku :victory:


kalau bisa tanpa mati (secara fisik), kenapa harus mati?
mati tanpa mati berarti kita hanya harus menutup semua Inderawi-inderawi kita,
karena itulah itulah yang disebut Mati sebelum Mati, iyo bukan lik ? :confused:
 
hidup tetaplah hidup, mati tetap lah mati dua haki2 yg berbeda yg pada hakekatnya tidak bisa di satukan....
semasih kita bernafas kita masih hidup..
jika tiada bernafas lagi kita mati....
badan/raga dan jiwa dua hal yang berbeda satu bisa dilihat yg satunya tidak bisa di lihat...
pasti ada yg menghubungkan antara raga dan jiwa si aku ini?
mari kita bahas bersama yang menghubungkan raga dan jiwa si Aku ini...

""meski ada yg berkata hidup segan mati tak mau, mati segan hidup tak mau ...""

abaikan tanda petik di comen juga gak papa..
 
sejak kapan manusia bisa mengerti kalo dia hidup?
apa manusia tahu bahwa dia tidak pernah melihat apa apa, selain yang sengaja diperlihatkan? atau malah dia sengaja tidak mau melihat yang ada di balik semua yang dia lihat?
apakah yang disebut kelihatan ini benar benar kelihatan?
sama halnya dengan pertanyaan: apakah hidup ini sebenarnya hidup?

atau bisa disambung: adakah kehidupan setelah kehidupan yang sekarang?
 
Ane yakin semua yg berpendapat disini mereke punya landasan.
Sebelum berkomentar mereka telah membaca artikel atau mungkin bertanya kepada rekan yang ahli.
Atau bahkan mereka simpul menyimpul kan suatu rumusan yang bahkan itu didapat dari kamus besar.
Semua tidak ada yang murni.


IMO

membaca pendapat ente, ane teringat subuah perkataan masyhur dari seorang ahli di bidang ini di masa lalu yg ane dapat dari seorang prof. yg ane kagumi...

"Tidaklah ada yang kita perdapat selama umur kita ini, selain dari mengumpulkan kata si fulan dan kata si anu"
 
Innalillahi wa inna ilaihi rojiun, suhu2 sdh ada yg pernah mencoba mati sebelum mati?
seru sekali pembahasan ini. Semoga tdk menjadikan salah paham buat yg sekedar membaca.
 
setidaknya untuk mengerti sesuatu manusia itu perlu ilmu,,, tentang yang ingin di ke-TAHU-i"
sambil menunggu yg lain berpendapat :beer:
 
betul, kita hanya mengumpulkan pendapat.
selama kita tidak pernah mengalaminya sendiri...
yang sedang ane lakukan adalah bersama kita melalui nya...

sudah siapkah untuk mendapatkan pengalaman empiris?

banyak guru di luar sana yang tidak pernah mau disebut guru, sebab dia hanya mengatakan sesuatu yg sudah dilaluinya dan memberi tahu ada apa di jalan di depan sana. sedangkan 'murid' nya sebentar lagi akan menyusul melalui jalan itu. membuktikan ucapan 'guru' apakah benar di jalan depan sana ada ini ada itu...
itupun tidak selalu sama apa yg dialami sebab guru tidak pernah menegaskan untuk melalui jalan yang di tengah, pinggir, atau bahkan zig zag...

demikian pula, orang orang yg sudah melalui jalanan itu, tentu saja bisa kembali untuk memberi tahu sesuatu yang ingin diketahui oleh 'murid-murid' selanjutnya.....

berjalanlah bersama sama....
 
Mati sebelum mati.. Nubi Serius Nyimak, dan memikirkan dg kedalaman di dalam sini sampe lupa segala galanya.. tp msh teringat juga dg besok senen harus bayar angsuran. Ada yg bs membantu? :D .
 
Mati sebelum mati.. Nubi Serius Nyimak, dan memikirkan dg kedalaman di dalam sini sampe lupa segala galanya.. tp msh teringat juga dg besok senen harus bayar angsuran. Ada yg bs membantu? :D .

lebih lanjut gabung aja tu di sticky supranatural, perihal meditasi...
 
yak!
sesederhana itu.

Orang dengan kekurangan dipanca inderanya.
Berarti itu disebut mati?
Terlalu..
Lantas apa makna hidup?, kalau yang diagung-agungkan cuma mati.
Mungkin hanya mereka yg tidak bisa menikmati hidup yang cuma memberikan pembenaran bahwa mati itu segala gala gala galanya,...
 
Mati Sak Jeroning Urip.

Seseorang memiliki mata yang mampu melihat namun tidak tergoda untuk menikmati kemewahan duniawi, tidak tergoda untuk menikmati kemolekan yang bertebaran yang ada. Matanya telah buta terhadap segala hal duniawi. Baginya dunia ini tidak lebih hanya seujung kuku.
Seseorang memiliki telinga yang mampu mendengar namun tidak akan merasa sakit hati bila digunjing, tidak sakit hati bila dihina, dan lain sebagainya. Terlinganya telah tuli terhadap segala sesuatu yang merusak jiwa. Yang membakar emosi. Yang menyulut iri dengki.
Seseorang memiliki lidah yang mampu membuatnya berucap. Namun dia tidak berucap kecuali hal yang penting dan berguna. Dia tidak terlena untuk berbicara berlebihan. Dia tidak terlena untuk membicarakan keburukan orang lain. Lidahnya telah mati untuk berucap hal yang tidak berguna. Lidahnya tak mampu bergerak untuk melontarkan ucapan yang menyakiti orang lain. Lidahnya tak mampu merasakan apa yang bukan haknya.
Seseorang memiliki hidung yang mampu mencium segala bau dan wewangian yang ada. Namun, hidungnya tak mampu mencium segala bau dan wewangian yang menyeretnya ke dalam hasrat duniawi. Hidungnya telah mati untuk mencium yang bukan haknya.
Seseorang memiliki kulit yang mampu merespon segala rangsangan. Namun kulitnya tak mampu merasakan rangsangan-rangsangan yang menyeretnya kepada lembah kenistaan duniawi. Kulitnya tak mampu merasakan sentuhan-sentuhan yang melenakan.
Seseorang memiliki tangan dan kaki lengkap yang mampu digunakan untuk segala kegunaan. Namun kakinya tidak akan melangkah ke arah yang akan merusak tatanan. Kakinya tak mampu bergerak untuk melukai orang lain. Tangannya tak mampu bergerak untuk mencelakai orang lain.

Seseorang yang hidup tapi di dalam kehidupannya dia tidak lagi memiliki keinginan untuk dirinya. Setiap yang dilakukannya bukan untuk hajat dirinya. Dia melakukan sesuatu untuk hajat/kepentingan orang lain dan alam semesta.

Itulah mati sak jeroning urip. Karena orang yang dikatakan hidup secara harfiah adalah orang yang ingin mempergunakan segala indranya untuk menikmati dunia ini untuk dirinya. Sedangkan orang yang telah mati dalam hidupnya, dia tidak lagi menginginkan itu. Karena dia merasa dan tahu sejatinya dia tidaklah ada (jasad).
 
Mati Sak Jeroning Urip.

Seseorang memiliki mata yang mampu melihat namun tidak tergoda untuk menikmati kemewahan duniawi, tidak tergoda untuk menikmati kemolekan yang bertebaran yang ada. Matanya telah buta terhadap segala hal duniawi. Baginya dunia ini tidak lebih hanya seujung kuku.
Seseorang memiliki telinga yang mampu mendengar namun tidak akan merasa sakit hati bila digunjing, tidak sakit hati bila dihina, dan lain sebagainya. Terlinganya telah tuli terhadap segala sesuatu yang merusak jiwa. Yang membakar emosi. Yang menyulut iri dengki.
Seseorang memiliki lidah yang mampu membuatnya berucap. Namun dia tidak berucap kecuali hal yang penting dan berguna. Dia tidak terlena untuk berbicara berlebihan. Dia tidak terlena untuk membicarakan keburukan orang lain. Lidahnya telah mati untuk berucap hal yang tidak berguna. Lidahnya tak mampu bergerak untuk melontarkan ucapan yang menyakiti orang lain. Lidahnya tak mampu merasakan apa yang bukan haknya.
Seseorang memiliki hidung yang mampu mencium segala bau dan wewangian yang ada. Namun, hidungnya tak mampu mencium segala bau dan wewangian yang menyeretnya ke dalam hasrat duniawi. Hidungnya telah mati untuk mencium yang bukan haknya.
Seseorang memiliki kulit yang mampu merespon segala rangsangan. Namun kulitnya tak mampu merasakan rangsangan-rangsangan yang menyeretnya kepada lembah kenistaan duniawi. Kulitnya tak mampu merasakan sentuhan-sentuhan yang melenakan.
Seseorang memiliki tangan dan kaki lengkap yang mampu digunakan untuk segala kegunaan. Namun kakinya tidak akan melangkah ke arah yang akan merusak tatanan. Kakinya tak mampu bergerak untuk melukai orang lain. Tangannya tak mampu bergerak untuk mencelakai orang lain.

Seseorang yang hidup tapi di dalam kehidupannya dia tidak lagi memiliki keinginan untuk dirinya. Setiap yang dilakukannya bukan untuk hajat dirinya. Dia melakukan sesuatu untuk hajat/kepentingan orang lain dan alam semesta.

Itulah mati sak jeroning urip. Karena orang yang dikatakan hidup secara harfiah adalah orang yang ingin mempergunakan segala indranya untuk menikmati dunia ini untuk dirinya. Sedangkan orang yang telah mati dalam hidupnya, dia tidak lagi menginginkan itu. Karena dia merasa dan tahu sejatinya dia tidaklah ada (jasad).

waw....
putra sang surya....
 
salam saya haturkan kepada super momod supra tercinta, himalaia. :ampun: (kayaknya kalo ada emot ini ---> _/|\_ asik)

salam...

coba share pengalaman dan pengetahuan ente tentang soal ini.
jiwa dan raga. klo ada referensi yang bagus, barangkali temen temen berniat mencarinya....
 
Untuk menambah semangat dan memperdalam diskusi dan tukar pendapat kita. Ane menambahkan sedikit pendapat dalam bentuk dialog yang ane kutip dari orang luar sana tentang Jiwa ato soul.

Dialognya dalam bahasa inggris yg telah ane terjemahkan secara bebas.

Yang bisa menerjemahkan lebih bagus lagi ane persilahkan komennya.


A. Can you give me a more precise definition of'soul'?

B. Well, it's virtually the same as 'spirit'-the part of you that is believed to exist after you die. But it can also mean your inner character.


A. Bisakah anda menjelaskan/mendefenisikan arti dari 'soul' dengan lebih tepat?

B. Baiklah, soul sebenarnya sama seperti 'spirit'-bagian dari dirimu yang dipercaya tetap ada setelah kau mati. Tetapi bisa juga diartikan bagian sebelah dalam dari dirimu(watak atau sifat).


Keterangan tambahan dari ane tentang arti kata Soul & Spirit yang diambil dari orang luar :

Soul: the spirit in person(spirit yg ada pada manusia).
Spirit: the mental atitude which controls how someone acts or respond to other people( cara berpikir atau sikap mental yang mengontrol bagaimana seseorang bertindak,berbuat atau menanggapi respon dari orang lain.


Dari terjemahan bahasa inggris-indonesia:

Soul: jiwa, arwah, makhluk.
Spirit: roh, jiwa, semangat, arwah (of a dead person "orang yg telah mati"), jin, hantu, mambang, makhluk halus.


//////////////////////////////////////////////////
:rose:
:rose: :rose:
:rose:
 
Mati Sak Jeroning Urip.

Seseorang memiliki mata yang mampu melihat namun tidak tergoda untuk menikmati kemewahan duniawi, tidak tergoda untuk menikmati kemolekan yang bertebaran yang ada. Matanya telah buta terhadap segala hal duniawi. Baginya dunia ini tidak lebih hanya seujung kuku.
Seseorang memiliki telinga yang mampu mendengar namun tidak akan merasa sakit hati bila digunjing, tidak sakit hati bila dihina, dan lain sebagainya. Terlinganya telah tuli terhadap segala sesuatu yang merusak jiwa. Yang membakar emosi. Yang menyulut iri dengki.
Seseorang memiliki lidah yang mampu membuatnya berucap. Namun dia tidak berucap kecuali hal yang penting dan berguna. Dia tidak terlena untuk berbicara berlebihan. Dia tidak terlena untuk membicarakan keburukan orang lain. Lidahnya telah mati untuk berucap hal yang tidak berguna. Lidahnya tak mampu bergerak untuk melontarkan ucapan yang menyakiti orang lain. Lidahnya tak mampu merasakan apa yang bukan haknya.
Seseorang memiliki hidung yang mampu mencium segala bau dan wewangian yang ada. Namun, hidungnya tak mampu mencium segala bau dan wewangian yang menyeretnya ke dalam hasrat duniawi. Hidungnya telah mati untuk mencium yang bukan haknya.
Seseorang memiliki kulit yang mampu merespon segala rangsangan. Namun kulitnya tak mampu merasakan rangsangan-rangsangan yang menyeretnya kepada lembah kenistaan duniawi. Kulitnya tak mampu merasakan sentuhan-sentuhan yang melenakan.
Seseorang memiliki tangan dan kaki lengkap yang mampu digunakan untuk segala kegunaan. Namun kakinya tidak akan melangkah ke arah yang akan merusak tatanan. Kakinya tak mampu bergerak untuk melukai orang lain. Tangannya tak mampu bergerak untuk mencelakai orang lain.

Seseorang yang hidup tapi di dalam kehidupannya dia tidak lagi memiliki keinginan untuk dirinya. Setiap yang dilakukannya bukan untuk hajat dirinya. Dia melakukan sesuatu untuk hajat/kepentingan orang lain dan alam semesta.

Itulah mati sak jeroning urip. Karena orang yang dikatakan hidup secara harfiah adalah orang yang ingin mempergunakan segala indranya untuk menikmati dunia ini untuk dirinya. Sedangkan orang yang telah mati dalam hidupnya, dia tidak lagi menginginkan itu. Karena dia merasa dan tahu sejatinya dia tidaklah ada (jasad).

menurut ane ini lebih tepatnya, mengacu kepada sifat manusia baik dan buruk...
tapi agak extrem juga ya tu yg ane bold
1. dunia tidak lebih seujung kuku,
dunia ini gede kalo seujung kuku terlalu sombong rasanya dengan kita yg hanya sekecil ini..
2. tidak memiliki keinginan dan hajat..
setiap manusia pasti mempunyai keinginan untuk memenuhi kebutuhan hidup individu.
3.menikmati dunia untuk dirinya..
terlalu anti sosial menurut ane
4. tidak menginginkan dan merasa sejatinya tidak ada(jasad)
hidup bernafas punya panca indra yg bisa diraba menganggap sejatinya tidak ada sungguh terlalu menganggap (jasad) tidak ada...
 
Status
Thread ini sudah dikunci moderator, dan tidak bisa dibalas lagi.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd