Ijin ikutan berpendapat
Aku adalah bagian dari proses Manusia
Bagian terpenting dari eksistensi manusia yang dinilai baik secara individu maupun mahkluk adalah journey/perjalanan hidup.
Perjalanan membutuhkan awal/start dan tujuan/destination atau garis finish.
Secara umum alam semesta bekerja dengan proses berputar/berotasi/berevolusi jadi akhir atau finish akan kembali ke titik awal yang kemudian menjadi salah satu konsep adaya Tuhan sebagai awal dan akhir perjalanan.
Tuhan dan agama juga menjadi konsep pagar/pembatas, bimbingan, aturan dan pemersatu.
Tanpa adanya kesepakatan Tuhan bersama yang bisa mempersatukan kelompok manusia dalam jumlah mayoritas yang cukup besar manusia akan secara insting menciptakan sangat banyak dewa-dewa kelompok kecil mereka sendiri yang akan membuat lebih kacau/chaos dan menggangu konsep pemersatu kebersamaan manusia.
Buktinya manusia masih perang dan saling berbeda dan kacau?
Well jawabannya = tanpa konsep Tuhan bersama kekacauan dan perang akan jauh lebih banyak dan lebih mudah terpicu bersaing saling menindas.
Contoh mudahnya jika rumah dipagari masih bisa tembus apalagi tanpa pagar.
Jadi menghilangkan pagar (Tuhan/agama) adalah tindakan yang bodoh. Memperbaiki dan membuat pagar yang lebih bagus dan lebih kuat adalah tindakan yang lebih rasional.
Tapi pagar itu tetap harus berfungsi sebagai pembatas dan pelindung, tentu tidak boleh sampai memenjara diri kita sendiri.
Nah sekarang masuk ke topik utama
Siapa Aku?
Manusia adalah mahluk sosial mampu bekerja sama, beradaptasi, mengembangkan dan menurunkan pengetahuan/iilmu ke generasi berikutnya.
Aku bukan siapa-siapa tapi aku adalah bagian dari proses adaptasi, survival dan perkembangan umat manusia.
Aku mungkin adalah kakek buyut dari penemu baut tehnologi baru kelak.
Sebauah baut mungkin hanya bagian kecil tak berarti tapi mungkin jadi bagian sebuah pesawat antariksa tehnologi baru kelak.
Manusia mampu bekerja sama dan menggabungkan pengetahuan/ilmu secara kelompok yang tidak bisa dilakukan banyak mahluk lain pada umumnya.
Seorang manusia mungkin tidak bisa atau sangat sulit membuat sebatang korek api sederhana, namun secara sistem berkelompok batang korek api adalah hal yang sangat mudah dan murah.
Masalah, perbedaan, peperangan dan persaingan sangat mungkin diperlukan dalam proses umat manusia mencapai sesuatu penemuan atau sistem baru.
Kembang api jadi mesiu, jadi meriam lalu jadi sistem roket awal. Nuklir mungkin kelak jadi sumber energi bahan bakar atau pemicu penemuan dan perbaikan energi baru lain.
Manusia membuat sistem dan bekerja sama dan saling mengimbangi di berbagai aspek da bidang.
Spriritual adalah salah satu aspek penting yang diperlukan tapi hanya salah satu bagian dan bukan segalanya dalam proses perjalanan manusia.
Manusia mau tak mau harus beradaptasi, survive dan bekerjasama dalam melewati proses kehidupan.
Seorang guru perlu baju, uang, makanan, sistem perlindungan hukum, dan lain sebagainya yang tidak mungkin dia ciptakan sendiri semua tanpa bantuan manusia lain secara langsung maupun tidak langsung.
Seegois atau semulia apapun seseorang tetap butuh ilmu dan bantuan orang lain yang tidak bisa tercipta tanpa proses perjalanan hidup generasi manusia sebelumnya.
Bolehkan seseorang tidak percaya Tuhan dan merasa semuanya dalam hidup tak berarti?
Tentu boleh dan bebas-bebas saja, tapi secara sistem mayoritas akan merusak konsep basic perjalanan manusia yang butuh harapan, bimbingan dan pemersatu.
Mungkin atheis justru diperlukan dalam proses dan pembanding namun hanya bagian kecil dan tidak bisa/boleh jadi mayoritas. Setidaknya untuk saat ini.
Lanjut ke tahap analisa tujuan.
Mungkin Tuhan ingn melihat bagaimana manusia melewati sebagai bagian dari proses dan sejauh mana umat manusia yang sempurna bisa mencapai kemajuan.
Mungkin skenario Tuhan untuk mendidik dan mencari calon asisten nya kelak yang lebih efektif sebagai pengganti kaum malaikat.
Mohon maaf jika analisa imajinasi pendapat pribadi ane kelewat ngawur dan sangat sederhana.
Tapi ane kira jawaban ini masih sesuai batas aturan dari TS dan moderator.