Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Ruang Riung

Angkat nubi jadi muridmu suhu “besar” 🙇‍♂️

o iya kalo dikirim martabak, nubi dikasih kisi2 utk bales puisinya gak?
itu susah amatan balesnya
:maaf:
Sehat² mang, ati² nyetir jeepnya, ngeri nyusruk 🙇
 
😔😔😔

Aku nampak sedang memadamkan rembulan
Tanganku memegang siang
Sorot mataku kelabu
Mengalahkan langit yang sedang biru

Aku menolak malam
Aku mengundang dinihari
Penghuni dari kerajaan sunyiku

Aku menghela matahari
Baunya seletih nyala api
Di saat tungku telah nyaris mati

Kepada gerimis, aku mengadukan kemarau yang membuatnya tak bisa menanam bunga
Katanya; halaman rumahku berduka

Kepada pagi, aku berbincang tentang senja
Ujarnya; hatiku berada di wilayah sandyakala

Kepadamu, aku menatap sepasang mata
Menyaksikan kesepian menetap di sana




Kepada Siapa pun Engkau

terima kasih, telah menyempatkan diri berkunjung ke ruang batinku.
tinggalah selama kau suka.

di cakrawala seorang rembulan pun tampak sudah sangat tua,
letih menampung malam seorang diri sudah sejak hari yang pertama.

apaapa yang tertera di langit dan
apaapa yang terjadi di bumi akan kugubah menjadi diksi tanpa tinta,
semoga berkenan membacanya.
sebab engkau menjadi tamuku yang terakhir,
siapa pun engkau.

apakah engkau tidak pernah tahu,
bahwa rasa sepi itu sangat jahat

tapi sepi memang abadi,
tamu manusia yang tak pernah diundang

sekali lagi terima kasih,
siapa pun engkau,
aku rindu padamu.

Bandung, Mei’21
 
Terakhir diubah:
Baiklah, kebahagiaan Kita beda beda.. Kita akan meraih Nya dengan cara kita masing2.. Tunggu dan sabar lah Sayang, Sementara aku membangun Istana kebahagiaan itu.
 
aku tak ingat lagi
tentang malammalam lalu,
ketika matahari yang terbakar
ditelan gelap penyap.

yang aku ingat saat ini adalah kau,
makhluk lindap yang diamdiam
menggenapkan sunyi malam.
sempurna sudah segala rasa.

kau menjelma bayang menghilang.


*Bandung, menjelang pergantian hari
 
Padamu Segala Rindu


1
berjuta detik aku mencari alamat
bagi segenap luka dalam dada
hingga riuh musim mencampakkan aku pada sunyimu

kukenali gebar bergambar bintang
tempat segala kisah mencari muasalnya
meski tak akan pernah ada mula
atau akhir yang genap

lilin telah dinyalakan sejak senja datang
dan kita seperti bersiap memasuki hidup yang lebih asing
dari sekadar ziarah pada kubur leluhur


2
daun pinus berserakan
seperti jiwa kita yang tercecer
dari peristiwa satu ke peristiwa lain pada banyak kejadian
pada kurun waktu yang tak pernah terduga
saat itulah aku merasa menemukan pintu
tempat segala pulang
diberangkatkan

tak ada peta,
hanya teduh senyummu
yang setia membawaku
pada ruang kedap luka


3
padamu aku muarakan segala rindu
biar rasa tak sesat di sembarang tempat.
 
Semrawutnya

Mencoba menata kembali. Setelah hancur berkeping. Kembali mengumpulkan pecahan demi pecahan lalu ku susun ulang seperti sebelumnya. Berharap kembali utuh namun sudah pasti tak sempurna. Perasaan ku sama seperti sebuah keramik pecah yang retaknya tak beraturan, Ada yang besar dan kecil hingga serpihan-serpihan. Sekilas begitu mudah dilakukan, aku hanya perlu menempelkan masing-masing potongan menjadi satu bagian. Tapi ternyata tidak, ada banyak bagian yang menuntut penjelasan, ada banyak serpihan yang menuntut keadilan, sisanya penuh semburat misteri tak terjawab. Sepertinya aku sedang melakukan kesalahan yang sama dan berulang, membiarkan kesabaranku di permainkan, ketidaktegaanku dijadikan celah kelemahan. Aku muak hidup sejak hari itu hingga detik ini, menjalani hari demi-demi hari. Hatiku diselimuti kabut tebal kebingungan, perasaanku bergemuruh keras seperti suara teriakan tak pernah henti. Terlintas di benak... Untuk mengakhiri hidup, berharap derita ini usai bersama nafas terakhir. Atau pergi ke dunia lain menghilang meninggal semua tanpa jejak. Aku sungguh bingung dan kalut, hatiku hampa tanpa ruang, bahagia belum terlihat juga sampai kini bahkan harumnya saja juga tak tercium. Yang ada hanya aroma busuk kecurangan dan ketamakanmu. Aku tak salah memilihmu hanya kamu yang salah menilaiku. Tolong ajari aku cara meninggalkan seseorang, karena aku tak pernah tahu caranya. walaupun kini sebenarnya aku sangat INGIN.


Hidupku kini seperti petaka...
Malamnya di gentayangi mimpi buruk...
Siangnya digelayuti prasangka...
Keintiman ku telah pudar...
Dekatnya hambar...
Jauhnya gusar...
Perasaanku seperti dadu...
Tak pasti...
Bergulir tak menentu...
Masa depan suram...
Harapan hanya menjadi cita-cita...
Tujuan tak berarah...
Selalu ada Pertanyaan untuk:
Hari ini?
Besok?
Lusa?
Nanti?
Masa depan?
Entahlah...
Ku jalani saja semampuku.
Ku telan saja sekenyangku.
Ku tahan saja sekuat ku.
Ku diam saja sebisaku.
Ku pasrah saja sepasrahku.
berharap Tuhan tahu apa yang kulakukan, apa yang kurasakan, apa yang kujalani.
Jika ini cobaanNya sudah pasti ada jalanNya.
Jika ini ujianNya sudah pasti ada jawabNya.
Mungkin ini bagian dari caraNya untuk memisahkan sesuatu yang Baik dari yang buruk. Agar yang baik dengan yang Baik, yang Buruk bertemu dengan yang Buruk.


"Tolong ajari aku bagaimana caranya meninggalkan seseorang, Karena aku belum tahu caranya".
" Tolong ajari aku bagaimana caranya mencampakkan seseorang, Karena aku belum pernah melakukannya".
 
Hidup terkadang senang berkelakar dengan rasa
Yang paling kau cinta adalah yang paling menyiksa
Semakin kau lupakan
Semakin menjadi bayangan
Mengikutimu hingga ke jalan buntu

Tak usah kau ributkan masa depan
Belum tentu umur masih berkawan

Bersenggamalah dengan hari ini
Bercumbulah dengan sayatan luka masa lalu

Kelak,
Damai akan membius batinmu
Kepasrahan memeluk erat sepimu

Iya,kelak..
Will see. .........
 
Semrawutnya

Mencoba menata kembali. Setelah hancur berkeping. Kembali mengumpulkan pecahan demi pecahan lalu ku susun ulang seperti sebelumnya. Berharap kembali utuh namun sudah pasti tak sempurna. Perasaan ku sama seperti sebuah keramik pecah yang retaknya tak beraturan, Ada yang besar dan kecil hingga serpihan-serpihan. Sekilas begitu mudah dilakukan, aku hanya perlu menempelkan masing-masing potongan menjadi satu bagian. Tapi ternyata tidak, ada banyak bagian yang menuntut penjelasan, ada banyak serpihan yang menuntut keadilan, sisanya penuh semburat misteri tak terjawab. Sepertinya aku sedang melakukan kesalahan yang sama dan berulang, membiarkan kesabaranku di permainkan, ketidaktegaanku dijadikan celah kelemahan. Aku muak hidup sejak hari itu hingga detik ini, menjalani hari demi-demi hari. Hatiku diselimuti kabut tebal kebingungan, perasaanku bergemuruh keras seperti suara teriakan tak pernah henti. Terlintas di benak... Untuk mengakhiri hidup, berharap derita ini usai bersama nafas terakhir. Atau pergi ke dunia lain menghilang meninggal semua tanpa jejak. Aku sungguh bingung dan kalut, hatiku hampa tanpa ruang, bahagia belum terlihat juga sampai kini bahkan harumnya saja juga tak tercium. Yang ada hanya aroma busuk kecurangan dan ketamakanmu. Aku tak salah memilihmu hanya kamu yang salah menilaiku. Tolong ajari aku cara meninggalkan seseorang, karena aku tak pernah tahu caranya. walaupun kini sebenarnya aku sangat INGIN.


Hidupku kini seperti petaka...
Malamnya di gentayangi mimpi buruk...
Siangnya digelayuti prasangka...
Keintiman ku telah pudar...
Dekatnya hambar...
Jauhnya gusar...
Perasaanku seperti dadu...
Tak pasti...
Bergulir tak menentu...
Masa depan suram...
Harapan hanya menjadi cita-cita...
Tujuan tak berarah...
Selalu ada Pertanyaan untuk:
Hari ini?
Besok?
Lusa?
Nanti?
Masa depan?
Entahlah...
Ku jalani saja semampuku.
Ku telan saja sekenyangku.
Ku tahan saja sekuat ku.
Ku diam saja sebisaku.
Ku pasrah saja sepasrahku.
berharap Tuhan tahu apa yang kulakukan, apa yang kurasakan, apa yang kujalani.
Jika ini cobaanNya sudah pasti ada jalanNya.
Jika ini ujianNya sudah pasti ada jawabNya.
Mungkin ini bagian dari caraNya untuk memisahkan sesuatu yang Baik dari yang buruk. Agar yang baik dengan yang Baik, yang Buruk bertemu dengan yang Buruk.


"Tolong ajari aku bagaimana caranya meninggalkan seseorang, Karena aku belum tahu caranya".
" Tolong ajari aku bagaimana caranya mencampakkan seseorang, Karena aku belum pernah melakukannya".

Hidup terkadang senang berkelakar dengan rasa
Yang paling kau cinta adalah yang paling menyiksa
Semakin kau lupakan
Semakin menjadi bayangan
Mengikutimu hingga ke jalan buntu

Tak usah kau ributkan masa depan
Belum tentu umur masih berkawan

Bersenggamalah dengan hari ini
Bercumbulah dengan sayatan luka masa lalu

Kelak,
Damai akan membius batinmu
Kepasrahan memeluk erat sepimu

Iya,kelak..


biarkan jiwa bernyanyi

biarkan jiwa ini bernyanyi
mengisi setiap ruang kosong dalam diri
meski sekadar lirik sengau
lantas kembali berteriak garau

Menjeritlah

Menjeritlah selagi bisa
Menangislah
Jika itu dianggap penyelesaian*


terlalu hiruk diri ini menanggap
kejadian tiap peristiwa
hingga hitam menjadi pekat
sedang biru semakin benderang

biarkan jiwa bernyanyi dalam diri
agar rana bersedia singgah
di palung hati kita.
kita akan kembali terjaga, saat fajar tiba

bukankah sudah lama tak kau lihat awan jingga
dalam biru hatimu?


*) dikutip dari Nyanyian Jiwa - Iwan Fals
 
Rindu pada sosok nyata terasa indah

Rindu pada ketiadaan menguatkan gelisah

hampa dicumbu dengan mesra
Sunyi bercinta dengan hasrat

Hingga tercapai klimaks kesia-siaan


kekasih
loka mu memiliki buana dan jingga yang nyata,
tentu dengan wangi yang berbeda
kabut dan embun paginya,
juga berbeda
semua itu nyata

kekasih
mengapa wajahmu masih terbias di terang fajar dan remang sore?
mengapa pelukmu meluruhi rinai hujan dan selaput kabut?
mengapa semua nyata?

di sana, kamu tersenyum dan berkata
sebab kerinduan setelah kematian itu tidak tertahankan*



*dikutip dari Mbah Nun
 
Terakhir diubah:
"Hai...
Yang selalu bilang Cinta tapi malah mendua, sering bilang Rindu tapi malah Selingkuh. "

Aku patah, kali ini.
Menyerah padamu dan tak berharap lagi.
Aku roboh, saat ini.
tak seperti sebelumnya selalu kokoh.

sorry, tak ada waktu untuk membahasmu... Lekas enyahlah.
 
iya, ini tentang kamu, kenanga yang hilang.
tentang pertemuan kita di taman itu pada satu malam.
ketika harapan demi harapan tumbuh dalam hati para pemuja mimpi.
ketika kau dan aku sudah benarbenar nyata dan bukan cuma berupa nama-nama.

ini tentangmu, wahai perempuan.
akhirnya hidupku kembali pada malam.


*terjebak blokade ppkm darurat, juli’21
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd