halusinasi
Semprot Kecil
Perang di jaman modern tidak hanya banyak2an membunuh musuh/lawan. Ga seperti tawuran antar kampung atau antar suporter bola. Perang (terhadap negara lain) itu dimulai dari pernyataan pemimpin negara atau kongres dengan berbagai alasan yang (menurut mereka) kuat, dengan tujuan yang hendak dicapai adalah bla bla bla (tentunya tujuan itu harus terdengar mulia). Hal tersebut harus diproklamirkan untuk mendapat legitimasi dari rakyat, legislatif, dan dunia international. Kalau tidak, perang/agresi itu akan kehilangan dukungan dan legitimasi sehingga dikhawatirkan sebelum tujuannya tercapai, sudah diterminasi oleh legislatif atau diinterupsi oleh dunia internasional.
Karena itu, dalam perang vietnam, perang irak, perang afganishtan, US dan sekutunya dinilai gagal (kalah?). Di Vietnam mereka berkampanye untuk mengusir komunisme dari Vietnam (era perang dingin) ~ untuk kemerdekaan dan menjaga perdamaian di asia tenggara. Nyatanya Komunisme tetap bercokol disana, justru US yang hengkang tunggang langgang. Di Irak mereka menginvasi dengan slogan membebaskan rakyat iraq dari tirani Saddam Hussein. Melucuti tentara Iraq untuk mewujudkan kedamaian, stabilitas dan keamanan di Iraq dan timur tengah. Nyatanya iraq justru hancur dan kacau balau, perang saudara antar sekte dan suku, hingga munculnya radikalisme (ISIS). Rakyat yang mereka mau bebaskan dari tirani justru tidak welkom terhadap mereka. Di Afganishtan pun tidak jauh berbeda.
Dengan kecanggihan senjata dan teknologinya, US memenangi hampir setiap pertempuran mereka. Tapi mereka sebenarnya kalah dalam perang karena tujuan perang yang digembar gemborkan tidak tercapai. They win the battles but lost the War. Pemikir2 militer mereka bahkan menyatakan bahwa militer mereka harus berubah dalam kesimpulan analisa kegagalan mereka di Iraq dan Afganishtan. Post modern challenges for modern warriors......
Intinya mereka selalu kesulitan menghadapi taktik gerilya lawannya. Senjata dan teknologi mereka semakin maju tidak menjamin kemenangan karena taktik dan ilmu perang gerilya sendiri juga berkembang dan berubah meyesuaikan jaman dan teknologi. Akhirnya saat keputusasaan datang, bumi hanguslah yang dipilih. Padahal dengan taktik bumi hangus itu, tujuan "mulia" mereka berperang telah gagal. They lost the war..........
Karena itu, dalam perang vietnam, perang irak, perang afganishtan, US dan sekutunya dinilai gagal (kalah?). Di Vietnam mereka berkampanye untuk mengusir komunisme dari Vietnam (era perang dingin) ~ untuk kemerdekaan dan menjaga perdamaian di asia tenggara. Nyatanya Komunisme tetap bercokol disana, justru US yang hengkang tunggang langgang. Di Irak mereka menginvasi dengan slogan membebaskan rakyat iraq dari tirani Saddam Hussein. Melucuti tentara Iraq untuk mewujudkan kedamaian, stabilitas dan keamanan di Iraq dan timur tengah. Nyatanya iraq justru hancur dan kacau balau, perang saudara antar sekte dan suku, hingga munculnya radikalisme (ISIS). Rakyat yang mereka mau bebaskan dari tirani justru tidak welkom terhadap mereka. Di Afganishtan pun tidak jauh berbeda.
Dengan kecanggihan senjata dan teknologinya, US memenangi hampir setiap pertempuran mereka. Tapi mereka sebenarnya kalah dalam perang karena tujuan perang yang digembar gemborkan tidak tercapai. They win the battles but lost the War. Pemikir2 militer mereka bahkan menyatakan bahwa militer mereka harus berubah dalam kesimpulan analisa kegagalan mereka di Iraq dan Afganishtan. Post modern challenges for modern warriors......
Intinya mereka selalu kesulitan menghadapi taktik gerilya lawannya. Senjata dan teknologi mereka semakin maju tidak menjamin kemenangan karena taktik dan ilmu perang gerilya sendiri juga berkembang dan berubah meyesuaikan jaman dan teknologi. Akhirnya saat keputusasaan datang, bumi hanguslah yang dipilih. Padahal dengan taktik bumi hangus itu, tujuan "mulia" mereka berperang telah gagal. They lost the war..........
Terakhir diubah: